Penyebab Warga Mudah Percaya Isu Kiamat di Ponorogo
Akibat isu tersebut sebanyak 52 warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, memilih keluar dari desa mereka.
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dihebohkan dengan isu kiamat. Akibat isu tersebut sebanyak 52 warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, memilih keluar dari desa mereka.
Pindahnya warga desa menjadi viral di media sosial karena mudah percaya isu tersebut. Merdeka.com merangkum penyebab warga percaya isu kiamat di Ponorogo:
-
Bagaimana Bathara Katong mendirikan Ponorogo? Pada tahun 1486, Bathara Katong memerintahkan rakyat membabat alas. Gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus berhasil dikalahkan karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker.Akhirnya pekerjaan membabat hutan berjalan lancar. Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah istana kadipaten didirikan, Batara Katong memboyong permaisurinya, Niken Sulastri ke istana kadipaten.
-
Dimana lokasi Dusun Bisang di Kabupaten Ponorogo? Desa Watu Bonang merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Ponorogo. Letaknya berada di kawasan dataran rendah lereng perbukitan kapur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri. Walau begitu, ada salah satu dusun di sana yang letaknya cukup terpencil berada di atas perbukitan kapur.
-
Di mana letak makam Kiai Ageung di Purwakarta? Mengutip disipusda.purwakartakab.go.id, makam ulama tersebut berada persis di sebuah pulau kecil Situ Wanayasa yang diberi nama Penclut Pasir Mantri.
-
Di mana Pesanggrahan Kotanopan berada? Di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal terdapat sebuah bangunan bernilai sejarah tinggi serta menjadi saksi bisu gejolak pasca kemerdekaan.
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Kapan Masjid Agung Ponorogo dibangun? Masjid ini didirikan oleh bupati Tjokronegoro pada 1858.
Percaya akan Ada Perang
Warga yang percaya isu kiamat diduga sudah terpapar paham Thoriqoh Musa. Warga diminta untuk menjual semua aset yang dimiliki untuk bekal akhirat. Uang hasil penjualan aset dibawa dan disetorkan ke ponpes. Selain itu, jemaah juga diharuskan salat 5 waktu di masjid pondok di Malang.
Kemudian mereka juga percaya pada Ramadhan tahun ini akan ada huru-hara atau perang. Untuk itu setiap warga diminta untuk membeli pedang seharga Rp 1 juta. Sementara jemaah yang tidak membeli pedang diharuskan menyiapkan senjata di rumah, sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Kemudian jemaah juga diminta berlindung di pondok.
Dengan Mudah Percaya dan Yakin
Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni juga mengaku prihatin dengan doktrin kiamat yang menimpa warganya, sehingga memilih pindah dan berlindung ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadi'in di Kabupaten Malang.
"Mereka percaya akan ada kiamat dan kalau di pondok itu enggak ikut kiamat. Sesungguhnya kita sudah melakukan pembinaan sekaligus memberikan pemahaman, tapi ya sulit, mereka terlanjur percaya dan meyakini," katanya.
Ipong berharap, semua pihak terkait ikut turun tangan untuk memberikan pembinaan. "Jadi harus ada upaya yang serius dari Ormas-Ormas keagamaan, MUI, Pemprov, Pemkab Malang," kata Ipong.
Salah Referensi
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang ikut angkat bicara dan heran dengan doktrin kiamat tersebut tanpa klarifikasi lebih dulu oleh si penerima informasi. "Itu kerentanan masyarakat ketika menerima informasi-informasi yang mereka tidak sempat tabayyun, tidak sempat klarifikasi atau mereka salah referensi," kata Khofifah.
Jadi, lanjutnya, warga yang menerima informasi tanpa tabayyun itu sudah punya ketaatan, kepercayaan, ketundukan kepada orang tertentu. "Sehingga ketika orang yang merasa menjadi top reference dalam hidupnya itu menyampaikan sesuatu, ya sudah mereka langsung percaya, dianggap kebenaran," jelasnya.
(mdk/has)