Perajin batik Banyumas buat motif khusus sambut kemerdekaan
Batik bergambar lomba tujuh belasan ini hanya diproduksi terbatas.
Menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, suasana gegap gempita menyambut hari proklamasi kerap menggema di seluruh nusantara.
Berbagai cara dan gaya dilakukan segenap anak bangsa untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-71, dengan kreativitas yang unik dan menarik. Seperti yang dilakukan rumah batik Hadi Priyanto di Jalan Mruyung Banyumas Jawa Tengah. Rumah batik yang kini dikelola Slamet Hadi Priyanto membuat motif unik untuk menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, yakni motif lomba tujuh belasan dan juga baris berbaris.
Slamet mengemukakan, ide untuk membuat motif tersebut datang begitu saja. "Motif ini saya bikin khusus untuk menyambut hari kemerdekaan, dan juga produksinya terbatas hanya beberapa lembar saja," ujarnya saat ditemui, Selasa (9/8).
Dia menjelaskan, untuk memproduksi batik khas tujuh belasan tersebut, membutuhkan waktu minimal dua bulan. Proses tersebut meliputi pembuatan desain hingga menjadi bentuk lembaran batik.
Batik motif unik tersebut, ditulis menggunakan canting di atas lembaran kain berukuran 105 sentimeter dengan panjang 215 sentimeter. "Untuk batik motif tujuh belasan ini, sudah kali kedua kami buat. Tahun lalu, hanya ada satu motif saja, yakni motif lomba tujuh belasan," jelasnya.
Dalam motif lomba tujuh belasan, berbagai lomba unik khas kemerdekaan di kampung-kampung dan kota di Indonesia dilukiskan. Meski bermotif tujuh belasan, ciri khas batik banyumasan dengan warna dasar gelap tidak lantas ditinggalkannya.
"Tetap batik banyumasan. Hanya gambarnya banyak motif, ada lomba makan kerupuk, panjat pinang, lomba kelereng sampai gebuk bantal ada di dalam motif batik. Kalau untuk tahun ini, motif ditambah satu lagi, yakni upacara bendera dan baris berbaris," katanya yang menekuni batik dari ayahnya.
Tahun ini, rumah batiknya hanya memproduksi sebanyak delapan lembar kain batik untuk motif tujuh belasan. Kondisi tersebut, jelasnya, berbeda dengan tahun lalu, karena jumlah produksinya hanya lima lembar.
"Jadi memang sangat terbatas. Di samping waktu yang mepet, memang tidak banyak orang yang membeli, kecuali hanya kolektor batik," ucapnya.
Untuk harga, Slamet menjual batik tulis motif tujuh belasan tersebut seharga Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Variasi harga tersebut, lanjutnya, dibedakan menurut kasar dan halusnya kain dan gambar. "Kalau kasar lebih murah dibanding yang halus," ucapnya.
Meski hanya diminati kalangan tertentu, batik motif tujuh belasan ini selalu habis dijual. "Saat ini saja tersisa satu kain, kemarin sudah habis semua," ucapnya.
Walau laris dijual, Slamet mengakui, hingga kini masih ingin terus mengeksplorasi motif-motif batik yang disesuaikan momen atau waktu spesial. "Setiap momen spesial, seperti valentine atau Natal, kami selalu mengeluarkan batik edisi khusus. Ini dilakukan, memang karena saya cinta dengan seni batik," tuturnya.
-
Dimana batik kawung berasal? Ini adalah batik yang berasal dari Yogyakarta dengan ciri khas corak unik dan menarik.
-
Dimana Batik Terogong berasal? Sesuai namanya, batik ini lahir dari kampung Terogong di wilayah Cilandak, Jakarta Selatan.
-
Dimana Batik Pring ini dibuat? Motif Batik Pring terinspirasi dari asal batik tersebut yaitu Dusun Papringan yang merupakan tempat pembuatan Batik Pring.
-
Dimana batik tulis Bayat diproduksi? Kecamatan Bayat di Kabupaten Klaten, merupakan sebuah kawasan yang mungkin belum banyak mendapat sorotan di peta pariwisata Indonesia. Namun siapa sangka, jika di Kampung Ngembel, Desa Kebon terdapat harta karun budaya yang tak ternilai yakni kerajinan batik tulis.
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Batik apa yang dikenakan oleh Ibu Susi Sulistiyanto? "Bangga, rasanya bangga dapat mempromosikan diplomasi Batik secara total malam ini. Meski ini pertama kalinya kami turut serta acara ini, kami bersyukur audiens dari kalangan diplomat dan pengusaha menyambut baik. Bahkan sejumlah audiens langsung mendekati kami seusai pagelaran untuk menanyakan busana yang kami kenakan,"
Baca juga:
Jelang 17 Agustus, pengrajin bendera di Malang kebanjiran order
Jelang HUT kemerdekaan RI, pembuat bendera banjir orderan
Melihat produksi lampion merah putih yang siap meriahkan HUT RI
Abimana Aryasatya penasaran di mana Tan Malaka
Ini 9 makanan Indonesia yang diwariskan penjajah Belanda