Pergeseran jembatan Cisomang terjadi berkala dalam ukuran milimeter
Pergeseran jembatan Cisomang terjadi berkala dalam ukuran milimeter. Pergeseran terjadi lantaran jembatan Cisomang yang berada di zona merah terdiri dari batuan lempung dan napalan yang mudah gembur.
Tim tanggap darurat Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam terus melakukan penelitian di lokasi pergeseran dan retakan Jembatan Cisomang, Kilometer 100.800 Tol Cipularang wilayah Darangdan, Purwakarta, Jawa Barat.
Setelah melakukan penelirian selama tiga hari, dengan menurunkan tim dari geologi bidang teknik dan tim geologi darurat gerakan tanah, Badan Geologi Kementerian ESDM mulai menyimpulkan bahwa jembatan Cisomang yang berada di zona merah terdiri dari batuan lempung dan napalan yang mudah gembur.
Salah satu tim ahli teknik, Sugalang menuturkan, dari hasil penelitian dengan kondisi tanah seperti itu, ditambah beban jembatan, kendaraan yang melintas, adanya sungai serta air hujan diperkirakan pergerakan tanah terus terjadi setiap harinya. Sehingga pergerakan tanah tersebut akan membawa pilar penyangga jembatan yang bertumpu pada lempung ikut bergeser.
"Perhitungan itu kan sudah dihitung, makanya bisa disebutkan sekian puluh centimeter bergerak. setelah akumulasi, pergeseran selalu apalagi musim hujan. Kisarannya kecil hanya milimeter, kalau disebut lambat ya pokoknya dalam milimeter lah. Tapi akibatnya ada kalau untuk bangunan yang demikian," kata Sugalang di jembatan Cisomang Tol Cipularang. Selasa (27/12).
Untuk itu pihaknya juga menyarakan agar dilakukan penguatan terhadap lereng dan sungai yang ada di sekitar jembatan Cisomang.
Sedangkan menurut kepala Badan Geologi, Ago Syahrial. Sedikitnya 200 kejadian pergeseran tanah terjadi di Indonesia dan 50 persen di antaranya terjadi di Jawa Barat termasuk jembatan Cisomang. Itu terjadi lantaran adanya lempengan yang terdapat di jalur tersebut.
"tahun 2016 ini kita mencatat hampir 200 kali terjadi gerakan tanah di seluruh Indonesia yang memicu longsor maupun banjir bandang, hampir 50 persen terjadi di Jawa Barat. Memang karakteristik batuan di Jawa Barat batuannya lapuk dari hasil vulkanik dan memang di sini pertemuan tiga lempeng jadi gempa-gempa tidak terasa itu salah satu pemicu, plus satu lagi yang kita alami sekarang curah hujan yang sangat di atas normal. Jadi lereng-lereng yang sudah berubah tata lahan adalah salah satu pemicunya," jelas Ago.
Sementara dari pantauan di lokasi, perbaikan jembatan Cisomang saat ini terus dilakukan sebagai upaya perbaikan awal. Yaitu dengan menyuntik pilar yang retak serta pelapisan pilar menggunakan bahan karbon. Perbaikan sendiri ditargetkan selesai dalam tiga bulan ke depan dengan proses lanjutan, yaitu perbaikan permanen yang akan dilakukan mulai Januari 2017.