Peringati Milad ke-112, Muhammadiyah Gelar Pengajian di Kolong Jembatan Sungai Ciliwung Depok
Selain pengajian juga digelar kegiatan pelepasan benih ikan ke kali.
Pengajian yang digelar oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Grand Depok City (GDC) Kota Depok ini terbilang unik. Kegiatan digelar di bawah kolong jembatan GDC, tepatnya di bantaran sungai Ciliwung. Kajian melibatkan Komunitas Ciliwung Depok (KCD).
Kajian @Bantar Sungai Ciliwung (Kabar Suci) bertema Perintah Pelestarian Lingkungan dalam Alquran. Selain itu, digelar juga kegiatan pelepasan benih ikan ke kali, penuangan cairan Ecoenzim, peluncuran program sedekah minyak jelantah dan pelantikan Duta Sungai.
- Saat Cak Imin Sapa Mantan Panglima TNI Sebut Orang Sakti Keturunan Kiai
- Mencicipi Kue Gandus, Kudapan Berbahan Ikan Khas Palembang Dipadukan dengan Taburan Unik
- Mencicipi Kipang Kacang, Kudapan Asli Pariaman yang Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda
- Ini Rincian "Malam Muda Mudi" pada Perayaan Tahun Baru 2024 di Jakarta
Pimpinan Ranting Muhammadiyah GDC, Firmansyah mengatakan, kegiatan ini digelar oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah GDC bersama Pimpinan Ranting Aisyah GDG dalam rangka menyemarakkan milad 112 Tahun Muhammadiyah. Pimpinan Ranting Muhammadiyah GDC adalah bagian dari warga GDC yang menjadi stakeholder Ciliwung.
"Di sini ada KCD juga sehingga dengan mengaitkan tema besar sepertinya tidak afdol kalau tidak ada pelestarian lingkungan karena ini bagian dari upaya memakmurkan bangsa Negara, terutama lingkungan terdekat adalah Sungai Ciliwung," katanya, Senin (23/12).
Kegiatan ini sengaja digelar di bantaran Ciliwung tepatnya di bawah kolong jembatan GDC dengan maksud untuk mengenalkan masyarakat terutama warga Muhammadiyah GDC terhadap ekosistim Sungai Ciliwung. Sehingga diharapkan memiliki kesadaran bahwa Muhammadiyah dalam dakwahnya dapat memberikan pencerahan.
"Di sini kita melihat langsung kenyataan lingkungan Ciliwung sehingga bisa tercerahkan dan bisa tergerakkan. Kita juga luncurkan sedekah minyak jelantah bahwa warga Muhammadiyah GDC mempunyai sampah dalam kehidupan sehingga dengan sedekah jelantah bisa mengurangi beban Ciliwung," ujarnya.
Dengan melihat kondisi yang ada di Ciliwung maka diharapkan dapat menimbulkan rasa untuk menjaga kelestariannya, termasuk menjaga agar bantaran Ciliwung tidak dijadikan atau didirikan bangunan permanen. Seperti yang terjadi di bantaran Ciliwung GDC dimana diatas bantaran saat ini berdiri tembok yang berbatasan dengan bangunan permanen. Kondisi itu dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana nantinya.
"Kita upayakan untuk melihat kondisi nyata, pada hakikatnya bencana yang muncul salah satunya dari buah tangan manusia sendiri kalau kita mau menyadari maka ada tata kelola yang harus diperbaiki. Kalau lihat kenyataan, ada tata kelola yang harus diperbaiki otomatis kita dan pemerintah melihat ada hal yang harus diperbaiki terutama terkait dengan izin pendirian di bantaran sungai harus diperhatikan kembali sehingga tidak menimbulkan bencana ke depan," tukasnya.
Dia meminta agar seluruh pihak menyadari pentingnya menjaga lingkungan agar terhindar dari bencana alam seperti yang sedang sering terjadi di Tanah Air belakangan ini. Selain itu dia meminta agar pemeritnah berperan aktif melihat kondisi lapangan serta menegur jika ada yang melanggar.
"Kita melihat akhir ini bencana di mana-mana, kita melihat di bantaran Ciliwung ada pagar bangunan di GSS in yang jadi koreksi jangan bangun seenaknya dan pemerintah harus atur soal izin sesuai ketentuan. Saya dengar dari aparat pemerintah baik dari keluarahan sepertinya belum memberi izin sehingga perlu dari level terendah utnuk dapat melakukan peninjauan. Kalau tidak sesuai diberikan teguran dan diarahkan sehingga nantinya tidak membawa dampak buruk bagi lingkungan," katanya.
Di tempat yang sama, Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustaz Muhammad Choirin dalam dakwahnya menjelaskan mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Dikatakan, dalam Islam tidak hanya mengatur persoalan hubungan manusia dengan Tuhan, tapi ada juga alam sekitar.
"Sehingga poin pentingnya adalah kita punya tanggung jawab untuk melestarikannya semua sudah didesain untuk manusia dan manusia diminta untuk menjaga ekosistem dan tidak boleh merusak. Dalam banyak ayat sudah diperintahkan agar kita ini menanam tumbuhan juga bagian dari menumbuhkan green. Nabi bahkan menyebut kalau besok kiamat tiba dan kita memegang bebijian ada benih maka disuruh untuk nanam. Mungkin kalau ekonomi disebut investasi, tapi dari sudut pandang ekosistem pelestarian alam kita diminta untuk kontribusi menghadirkan alam yang lebih hijau," katanya.
Dia mengimbau agar lebih menghayati lagi mengenai menjaga lingkungan dalam konteks beragama. Menurutnya, beragama bukan hanya sebatas ibadah semata tetapi juga bagaimana menjaga lingkungan agar tetap terjaga dengan baik.
"Ini perlu agar penghayatan kita atas agama tidak hanya sekedar persoalan ritual ubudiah antara mahluk dan Kholik, tapi juga ekspresi kita menjaga kelestarian alam menjaga alam juga bagian dari manifestasi keimanan. Enggak mungkin nabi menyebut sampai disuruh menanam, dan Allah hadir dengan narasi kelestarian alam, kalau itu tidak menjadi substansi keberagaamaan. Sehingga orang beragama tidak hanya pada persoalan seberapa panjang dia sujud, tidak hanya sekedar Quran yang sering dikhatamkan tapi juga pada menjaga alam," pungkasnya.