Perjuangan haru Ari Wibowo, manusia bersisik ular
Ari tetap semangat jalani hidup sambil berdoa kondisi ini bisa segera dia lewati sehingga tak dikucilkan di lingkungan.
Nasib Ari Wibowo, (16) tak seberuntung anak seusianya. Dia terlahir dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan.
Sejak lahir, Ari mengalami penyakit yang menyerang bagian kulit di seluruh tubuhnya. Kulit Ari bersisik, merekah, dan merah. Orang-orang menyebutnya mirip kulit ular.
Setiap setengah jam, kulit Ari harus dibasahi air sebanyak tiga kali. Selanjutnya diolesi pelembap. Tujuannya, agak tak kaku sehingga dia bisa beraktivitas seperti orang sehat pada umumnya.
Punya kondisi yang berbeda dengan teman-temannya, tak membuat Ari menyerah. Dia tetap semangat menjalani hidup sambil berdoa kondisi ini bisa segera dia lewati sehingga tak dikucilkan di lingkungannya.
Ini cerita perjuangan mengharukan Ari, bocah 'kulit ular' hadapi kerasnya kehidupan:
-
Siapa Pratama Arhan? Lemparannya Nyaris Jadi Goal, Simak Deretan Fakta Pratama Arhan Siapa Pratama Arhan? Lemparan dalam nyaris jadi goal Pertandingan Indonesia vs Argentina yang digelar kemarin (19/6) membawa nama Pratama Arhan jadi sorotan.
-
Apa itu arsik? Arsik sendiri bermakna “mengguyur”, yakni cara memasak ikan mas dengan menyiramkan bumbu dan air hingga bumbunya meresap dan airnya mengering.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Apa yang digambarkan oleh arca Ardhanari? Arca Ardhanari digambarkan dengan posisi berdiri tegap di atas padmasana. Kedua sisi arca dihiasi tumbuhan teratai yang keluar dari vas bunga.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Siapa Ki Arsantaka? Ki Arsantaka merupakan putra dari Bupati Onje II, pemimpin Kadipaten Onje (cikal bakal Kabupaten Purbalingga).
Untuk biaya kelahiran Ari, keluarga jual TV butut dan kambing
Perekonomian keluarga sedang sulit saat Ari akan lahir ke dunia. Masnah, nenek Ari menceritakan, kisah pilu detik-detik jelang kelahiran Ari.
"Waktu mau lahir, ibunya sempat dirawat di bidan sini tapi setelah seminggu gak di situ, kabarnya digerebek gak ada izin praktik. Lalu kita bawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah habis Rp 1,5 juta, kita jual kambing dan TV butut," kata Nenek Ari, Masnah (58).
Masnah menyatakan, setelah dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah, Ari dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Hal itu karena kondisinya yang tak kunjung sehat seperti bayi pada umumnya.
"Terus Ari dioper ke Rumah Sakit Harapan Kita, diinkubator. Kondisinya waktu itu kaya daging merah, kayak ayam dikeset," terang dia.
Lanjut dia, saat akan dibawa pulang pihak rumah sakit meminta uang tebusan jutaan. Pihak keluarga pun mencoba meminta keringanan saat itu.
"Waktu itu kita harus nebus RP 3 juta cuma dirawat sebulan. Kita dikasih keringanan seratus ribu saja," ujar dia.
Jadi penjaga warnet untuk beli salep kulit
Ari tak berdiam diri dengan keadaan. Dia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Saban hari, dia menjaga warnet tantenya. Ari memanfaatkan pekerjaannya untuk menuangkan hobi menggambarnya.
Dari adiknya, Ari 'mencuri' ilmu bagaimana operasikan sebuah komputer. Tanpa bantuan sekolah formal, Ari ternyata mampu menguasainya.
"Belajar sama adek namanya Aris. Awalnya main game cacing-cacingan itu," kata Ari saat berbincang santai dengan merdeka.com, di kawasan Tangerang Selatan, Jumat (26/9).
Meski jago mengopreasikan komputer, Ari tak doyan main game online. Dia memilih kegiatan yang lebih menantang di depan komputer, yakni membuat gambar.
"Suka menggambar juga dengan komputer. Bikin gambar dengan paint lewat komputer," terang dia.
Hasil dari menjaga warnet dia gunakan untuk membeli jajan. Selain itu juga dipakai membeli salep pelembap.
"Duitnya buat jajan saja. Beli obat juga iya," pungkas dia.
Ingin jadi tentara penumpas penjajah
Meski lahir dengan kondisi tubuh memprihatinkan, Ari tetap punya semangat dan cita-cita. Dia ingin kelak menjadi tentara.
Ari mengaku terkesan dengan jasa tentara dalam mengusir penjajah. "Cita-cita ingin jadi tentara. Itu karena melawan penjajah Belanda," kata Ari di Tangerang.
Ari berharap kondisinya cepat pulih seperti manusia normal. Dengan begitu dia dapat mengejar citaa-citanya.
Tak diterima sekolah formal, Ari pilih pendidikan Islam
Ari Wibowo tak sempat mengenyam pendidikan formal. Tak ada sekolah yang mau menerima akibat kelainan pada kulitnya.
"Saya daftarin di salah satu SD di Pondok Pucung sama MI Baitus Salam Tegal Rotan. Mereka enggak ada yang mau nerima," kata Nenek Ari, Masnah.
Masnah menyatakan, kepala sekolah salah satu SD di Pondok Pucung takut siswa lain kabur melihat Ari. Kepala Sekolah MI Baitus Salam Tegal Rotan juga menolak dengan alasan Ari tak mampu mengikuti pelajaran anak-anak normal.
"Kata kepala sekolah SD, entar gara-gara anak satu anak (Ari Wibowo) yang lain pindah. Kalau Kepala Sekolah MI Baitus Salam bilang entar ketinggalan pelajaran," terang dia.
Lanjut dia, akibat penolakan itu, Masnah mencari alternatif agar Ari tetap mengenyam pendidikan. Ari pun diajarkan mengaji Al-Quran. "Saya akhirnya panggil guru ngaji setahun cuma saya bayar Rp 200 ribu per bulan. Sekarang ngaji TPA sendiri bayarnya dua puluh ribu sebulan," ujar dia.
Jago baca Alquran dan melukis
Meski tak diterima sekolah di institusi pendidikan formal, Ari tak berhenti mencari ilmu. Ari kini mengikuti pendidikan agama di kampungnya.
"Ari sudah bisa baca Al Quran, sekarang tingkat Jus Amma ngaji di Majelis Taklim Nurul Anwar ini. Saya kasian awalnya mau sekolah ditolak jadi di sini saya persilakan buat mengaji," kata guru ngaji Ari, Fatimah.
Fatimah menyatakan awalnya santrinya takut dengan keadaan Ari. Namun, lambat-laun mereka terbiasa dengan keadaan Ari tersebut. "Kalau awal-awal pada berhenti takut (santri lain). Alhamdulillah lama-kelamaan gak ada yang takut, sudah enam tahunan ngajinya," terang
dia.
Neneknya menambahkan, Ari juga punya bakat menggambar. Karena itu, keluarga berharap Ari dapat bersekolah di bidang seni lukis. "Dia kan bisa gambar, gambar pakai pensil bagus. Pengennya disekolahin lukis, keahliannya kayaknya itu," harap Masnah.