Perjuangan Sukamti, 25 Tahun Bekerja di Malaysia Demi Wujudkan Mimpi Ayah untuk Naik Haji
Dia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Dia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
- Perjuangan Lansia Hidup Sendiri Jualan Kerupuk, Istri dan 7 Anaknya Meninggal Dunia
- Begini Penjelasan Kemenag Usai Dituding Tak Prioritaskan Calon Jemaah Haji Lansia
- Timwas Pelaksanaan Haji Bakal Dalami Alokasi Tambahan Kuota Haji Khusus di Pansus
- Sisihkan Rp10 Ribu Selama 24 Tahun dari Memijat, Mbah Supiyah Akhirnya Naik Haji
Perjuangan Sukamti, 25 Tahun Bekerja di Malaysia Demi Wujudkan Mimpi Ayah untuk Naik Haji
Sejak usia 8 tahun, Suroso(84) tak bisa lagi melihat indahnya dunia. Namun semangat hidupnya tak pernah padam. Cita-citanya hanya satu, pergi haji ke Tanah Suci.
Keinginan Suroso ini menjadi tekad Sukamti (44). Putri sulung Suroso ini meminta izin dan restu sang ayah untuk bekerja di Malaysia menjadi Pekerja Migran Indonesia. Dia ingin mewujudkan mimpi sang ayah pergi haji ke Baitullah.
"Bagi saya, keinginan orang tua dan juga keinginan anak saya adalah suatu keharusan yang mesti diwujudkan," ujar Sukamti, di Madinah, dikutip Selasa (21/5).
Sukamti bekerja di Malaysia selama 25 tahun. Sebagian penghasilannya ditabung untuk membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) bapaknya. Tak hanya untuk memberangkatkan sang ayah, gaji yang diterima Sukamti juga digunakan untuk membiayai keluarga berikut empat adiknya.
Sebagai ibu tunggal, Sukamti juga harus bekerja keras untuk membiayai kuliah anak semata wayangnya.
"Sukamti ini memang anak yang selalu berbakti dan memikirkan keluarga termasuk semua adiknya dibiayai sekolah," cerita Suroso lirih.
Menurut Suroso, sejak kecil, Sukamti selalu punya tekad yang kuat. Ia rela dititipkan di panti asuhan hanya demi berjuang mendapatkan pendidikan gratis sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Teknik Mesin (STM) jurusan kelistrikan.
Mengingat dengan kondisi serba terbatas, Suroso tidak mampu maksimal mencari nafkah. Ia waktu itu hanya mengandalkan istrinya Mardiyah (75) yang sejak dulu bekerja menggarap di sawah.
"Alhamdulillah tahun ini niat saya berhaji dikabulkan Allah. Saya bahagia sekali meskipun tidak bisa melihat indahnya Tanah Suci," ucap Suroso.
Kini Sukamti berhasil mewujudkan impian ayahnya yang tunanetra untuk beribadah haji. Sukamti dan ayahnya tergabung dalam kelompok terbang (kloter) sembilan Embarkasi Solo (SOC 09).
"Tabarakallah, saya bisa mendampingi Bapak berhaji, meskipun agak sedih karena belum bisa sekalian bersama Ibu," tutur Sukamti sambil berkaca-kaca.
Dia bersyukur mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Ketua Kloter Faozan menjelaskan kondisi Suroso yang harus didorong kursi roda saat ke Masjid Nabawi, sering menginspirasi jemaah lainnya. Bahkan anggota kloter yang lainnya juga ikut saling membantu, termasuk saat ke Raudhah, untuk mendorong kursi roda Suroso secara bergantian. Sebab Sukamti tidak bisa masuk Raudhah bersama sang ayah.