Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.
-
Dimana tempat yang ditetapkan untuk melaksanakan haji? Miqot makani, artinya dilakukan di tempat yang telah ditetapkan.
-
Kapan orang berhaji? Melansir dari berbagai sumber, Senin (6/2/23), berikut ulasan selengkapnya untuk Anda mengenai 25 kata-kata naik haji dengan sarat doa dan harapan mulia.
-
Kapan waktu pelaksanaan haji? Pelaksanaan ibadah haji dilakukan setiap satu tahun sekali dan selalu memiliki jumlah jemaah yang banyak dan berasal dari seluruh penjuru dunia. Setiap tahun, Haji dilaksanakan dalam periode lima hari, mulai dari tanggal 8 dan berakhir di 12 Zulhijjah.
-
Apa yang dimaksud dengan haji? Haji secara istilah adalah menyengaja berkunjung ke Baitullah, di Makkah untuk melakukan ibadah pada waktu dan cara tertentu serta dilakukan dengan tertib.
-
Di mana Masjidil Haram berada? Masjidil Haram dibangun mengelilingi Ka’bah yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dari seluruh penjuru dunia dalam mengerjakan ibadah salat.
-
Mengapa haji penting untuk umat Islam? Apalagi haji sendiri termasuk rukun Islam yang kelima, yang mana bila ada ada muslim maupun muslimah yang mampu memenuhinya, maka bisa dikatakan dapat menyempurnakan keislamannya.
Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji
Sebanyak 22 kloter jemaah haji Indonesia yang ada di Madinah berangkat menuju Mekkah pada Selasa (21/5). Sebelum berangkat ke Mekkah, 8.641 jemaah haji akan singgah terlebih dahulu di Bir Ali untuk salat sunnah dan mengambil niat umrah wajib.
Sebagai informasi, Masjid Bir Ali sebelumnya dikenal juga dengan nama Dzulhulaifah. Masjid ini menjadi tempat para jemaah haji maupun umrah dari Madinah yang hendak menjadi Mekkah untuk mengambil miqot.
Konsultan Ibadah Haji, KH Mukti Ali menuturkan Bir Ali dijadikan miqat sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dulunya di Bir Ali terdapat pohon sejenis akasia yang menjadi tempat berteduh Rasulullah.
"Dulunya lokasi Masjid Bir Ali ini terdapat sebuah pohon sejenis akasia tempat Nabi Muhammad SAW pernah berteduh dan mengambil miqat kalau mau umrah," tutur KH Mukti Ali di Madinah, Selasa (21/5).
Kemudian Sayidina Ali menggali banyak sumur di sekitar tempat itu. "Itulah kemudian kenapa tempat itu dinamakan Bir Ali atau Bikru Ali yang artinya Sumur Ali," lanjutnya.
KH Mukti Ali mengatakan tempat itu bisa juga disebut Abyar Ali karena memang sumur yang digali Sayidina Ali cukup banyak. "Abyar merupakan kata jamak dari Bikru dalam bahasa Arab," ujar dosen di PTIQ itu.
Namun sumur-sumur yang dibuat Sayidina Ali itu kemudian tertutup oleh bangunan-bangunan penduduk.
KH Mukti Ali menjelaskan ada 3 hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat, di Bir Ali. Antara lain mandi sunnah ihram dan memakai pakaian ihram, salat sunnah ihram dua rakaat, dan berniat ihram serta bertalbiyah.
Di tempat yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Masjid Nabawi ini, jemaah haji akan mandi, salat sunah dua rakaat, niat berumrah dan berpakaian ihram. Setelah itu, baru mereka berangkat ke Masjidil Haram, Makkah yang berjarak
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Mekkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu 4 sampai 6 jam naik bus untuk tiba di Mekkah karena jaraknya sekitar 450 km.
Selain terdapat tempat wudhu dan toilet, Masjid Bir Ali juga dilengkapi kamar mandi untuk memfasilitasi jemaah yang mengambil miqot. Setidaknya ada 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (difabel).
Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87-93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi).
Lalu pada zaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M).
Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri dari 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun.