Pernah berlakon Cut Nyak Dhien, neng geulis ini jadi cinta Aceh
Meski berdarah sunda, Ayu Puspa Nanda, menaruh kecintaan sangat tinggi pada sejarah, budaya, bahkan konflik di Aceh.
Ayu Puspa Nanda, gadis sunda yang lahir 24 tahun silam memiliki kecintaan tersendiri pada kerajinan khas Aceh. Kecintaannya dengan souvenir khas Aceh bermula ketika Ayu terlibat dalam pementasan teater Tanah Perempuan karya Helvi Tiana Rosa.
Perannya sebagai sebagai salah seorang pejuang tanah rencong, Cut Nyak Dhien, telah memantik dirinya harus mempelajari tentang Aceh dari berbagai hal, mulai dari sejarah, budaya, kerajinan dan bahkan konflik hingga Tsunami.
Di mata gadis ini, Aceh memiliki makna tersendiri, karena ada banyak hal yang unik dan telah menghipnotis orang luar Aceh untuk mengetahui dan mempelajarinya. Baik dari segi budaya, suku, adat, bahasa, bahkan sejarah masa kelam Aceh sekalipun memiliki kisah tersendiri yang menarik untuk dipelajari.
"Rasa penasaran saya tentang Aceh semakin besar, dan terjawab setelah pementasan di Banda Aceh," kisah Ayu pada merdeka.com, Sabtu (6/12) di Banda Aceh.
Gadis kelahiran 13 Oktober 1990 ini pun mengaku tertarik dengan adat dan budaya yang dimiliki oleh provinsi baling barat Indonesia ini. Tidak hanya budaya, kuliner Aceh ikut menyita perhatiannya karena bisa memanjakan lidah siapapun yang mencicipinya.
"Ditambah lagi dengan aturan-aturan agama yang kuat, yang tidak diterapkan di daerah lainnya," tutur gadis Sunda itu sambil tersenyum semringah.
Kecintaannya pada souvenir khas Aceh, hasil kerajinan rajutan puta-putri Aceh seperti tas, dompet perempuan dan lainnya, bukan hanya isapan jempol belaka. Setelah dia menetap di Serambi Mekkah, gadis lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta ini lantas membuka bisnis souvenir Aceh melalui online shop.
Pemasaran pun tidak tanggung-tanggung, Ayu mengaku telah memasarkan produk souvenir Aceh sampai berbagai wilayah Indonesia juga luar negeri menggunakan fasilitas internet dan media sosial.
Ayu menilai sebagai orang luar Aceh, kerajinan khas Aceh ini masih bernyawa, unik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Ketertarikannya membuka usaha ini juga karena banyak yang tertarik dengan sentuhan corak dan motif yang ada di setiap souvenir khas daerah Iskandar Muda ini.
"Tiap saya hadiahkan souvenir Aceh saat berkunjung ke Aceh dulu, mereka selalu tanya beli di mana tasnya? Kok bagus! Unik banget! Gak pasaran. Pasti mahal ya?" kenang Ayu menuturkan respon teman-temannya kala itu yang menginspirasinya membuka bisnis souvenir dari Aceh.
Kerajinan khas Aceh inipun dipasarkannya melalui online shop dengan nama @keumalasouvenir. Nama Keumala sendiri diambilnya untuk menampilkan sentuhan Aceh pada para pelanggannya yang berasal dari Medan hingga Papua.
Menjalankan bisnis ini, jelasnya, tidak hanya digunakan sebagai media perantara untuk orang Aceh yang merantau keluar dan rindu kampung halamannya, atau bagi mereka yang belum berkesempatan berkunjung ke Aceh. Namun juga untuk menyadarkan masyarakat Aceh bahwa daerah ini punya banyak hal indah dan menarik untuk dilestarikan.
"Sedikit yang tahu tentang indahnya souvenir Aceh. Orang di sini masih bangga belanja ke Medan, Jakarta, Singapura dan Malaysia demi tas branded berkualitas. Sedangkan orang luar berlomba-lomba memesan tas Aceh tiap harinya," tuturnya.