Pihak Sekolah Ungkap Kondisi Psikis Dante Sebelum Ditenggelamkan Pacar Tamara
Dante anak yang ceria di sekolah dan keceriaannya semakin terpancar usai bertemu dengan ayahnya
Pihak sekolah memaparkan kondisi Dante dalam tiga bulan terakhir.
- Saksi Ahli Ungkap Kejanggalan Dalih Pacar Tamara Melatih Berenang Dante
- Usut Kasus Kematian Dante, Polisi Kembali Periksa Tamara hingga Guru Sekolah Hari Ini
- Pembelaan Tamara Tyasmara saat Dante Disebut Takut Renang Karena Trauma
- Pihak Sekolah Ungkap Dante Sering Kangen Ayahnya, Ini 10 Potret Kenangan Angger Dimas dan Mendiang Putranya yang Begitu Hangat
Pihak Sekolah Ungkap Kondisi Psikis Dante Sebelum Ditenggelamkan Pacar Tamara
Misteri kematian Andante Khalif Pramudityo alias Dante (6) anak Tamara Tyasmara, masih menyimpan teka-teki. Khususnya soal motif dari YA (33) pacar Tamara yang jadi tersangka atas kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Dante.
Atas perkembangan kasus ini, pihak sekolah Dante pun buka suara, melalui Ketua Yayasan & Parents Relation Janitra Bina Manusa School, Wani Siregar memaparkan kondisi Dante dalam tiga bulan terakhir.
“Ia bukan termasuk anak yang mempunyai inisiatif untuk spontan bercerita, namun ada beberapa kali Dante pernah bercerita ketika bertemu dengan ayahnya,” kata Wani dalam keteranganya, Jumat (16/2).
Menurut Wani, Dante anak yang ceria di sekolah dan keceriaannya semakin terpancar usai bertemu dengan ayahnya, Angger Dimas. Namun dia tidak banyak bercerita selain aktivitas bersama ayahnya tersebut.
“Tidak ada cerita yang spesifik, tapi Dante hanya cerita bahwa ‘Dante habis main sama Bapak dan menginap di rumah Bapak. Dante jarang bertemu jadi Dante suka kangen, dan Dante sekarang senang banget,” ujarnya.
Dante selama bersekolah bukanlah anak yang banyak berbicara, kecuali jika ada topik pembicaraan temannya yang menarik perhatiannya. Dante tidak jahil ataupun agresif dan seringkali memilih diam jika ada konflik kecil dengan temannya
“Contohnya, jika ada yang merebut mainan pada saat sedang digunakan, Dante akan mengalah dan ambil mainan yg lain ketimbang konfrontasi atau mencari bantuan dari guru,” tuturnya.
“Dante berteman dengan siapa saja dan menjadi teman bermain favorit untuk teman-teman perempuan sekelasnya. Lantaran pembawaan Dante yang baik, perhatian, dan cenderung lebih tenang,” tambah Wani.
Sementara untuk kegiatan berenang, Wani juga memiliki cerita ketika Dante mengikuti pelajaran berenang di sekolah. Dia mengatakan anak Tamara itu memang awalnya takut dengan air hal itu berdasarkan pengamatan pihak sekolah.
“Saat awal kala sesi renang baru diadakan di sekolah Dante sangat ketakutan dan tidak mau lepas dari pelukan gurunya,” ujarnya.
Namun setelah beberapa kali sesi renang dilaksanakan, lanjut Wani, lambat laun Dante mulai menunjukkan kemajuannya untuk mengikuti sesi berenang. Meskipun masih terlihat rasa kurang percaya diri Dante untuk berenang.
Sampai akhirnya setelah beberapa latihan dari pelatih, Dante tetap kurang antusias untuk berlatih berenang. Dengan memilih tetap duduk di pinggir kolam sambil melihat / observasi keadaan kolam dan kondisi teman-temannya yang sedang bermain dan belajar renang.
Dante selalu jadi giliran paling akhir untuk melakukan aktivitas rutin dalam sesi renang, dan memang prinsip metode belajar di sekolah kami bukan dengan paksaan, tapi lebih kepada dorongan yg menguatkan dan dukungan.
“Dante 3 bulan terakhir hampir selalu absen bertepatan dengan jadwal sesi renang kelasnya di sekolah. Di kolam sekolah Dante tidak pernah mengalami hal buruk,” ujarnya.
“Namun untuk rasa takut dan tidak nyamannya Dante terhadap kolam, menurut penjelasan dari Ibunya, karena Dante pernah mengalami insiden tenggelam saat berenang di hotel,” tambah dia.
Sedangkan, Wani mengatakan sudah tiga bulan terakhir di sekolah hingga meninggalnya Dante. Dia hampir tidak pernah lagi mengikuti sesi renang di sekolah karena selalu absen atau tidak hadir di saat ada jadwal renang untuk kelasnya.
“Menurut keterangan pihak sekolah dan dilengkapi bukti bayar, selama ini Angger sebagai bapak yang menanggung biaya sekolah Dante serta cukup aktif berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait administrasi,” tuturnya.
Adapun dari kematian Dante, YA telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di rutan Polda Metro Jaya. Dia dijerat Pasal UU Perlindungan Anak dan/atau Pasal 340 KUHP, dan/atau Pasal 338 KUHP dan/atau Pasal 359 KUHP.
Penetapan tersangka, karena YA diyakini jadi orang yang diduga dengan sengaja menenggelamkan Dante sampai 12 kali, hingga akhirnya nyawa anak Tamara tersebut tidak tertolong.