POGI Tidak Rekomendasikan Ivermectin untuk Ibu Hamil dan Anak Kecil
Sekjen POGI, dr Budi Wiweko menjelaskan bahwa saat ini belum bisa diambil kesimpulan pasti terkait khasiat ivermectin untuk terapi Covid-19.
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tak merekomendasikan ivermectin untuk digunakan oleh ibu hamil dalam terapi Covid-19. Ini disampaikan oleh Ketua Umum POGI dr Ari Kusuma Januarto.
"Namanya obat cacing biasanya tidak direkomendasikan lah buat anak kecil maupun buat ibu hamil. terus terang saat ini kami belum rekomen untuk ivermectin ini walaupun saat masih dalam taraf uji klinis," katanya dalam konferensi pers daring, Jumat (2/7).
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Apa itu obat cacing? Obat cacing, seperti namanya, dirancang untuk mengatasi infeksi cacing di dalam tubuh manusia. Cacing-cacing yang sering diatasi oleh obat cacing termasuk cacing gelang, cacing kremi, dan cacing pita.
-
Apa saja jenis obat yang sering disalahgunakan? Berikut beberapa jenis obat yang sering disalahgunakan beserta potensi bahayanya. 1. Tramadol 2. Triheksilfenidil 3. Amitriptilin 4. Klorpromazin 5. Haloperidol 6. Dekstrometorfan 7. Amfetamin 8. Antidepresan 9. Opioid 10. Benzodiazepin
Lebih lanjut, Sekjen POGI, dr Budi Wiweko menjelaskan bahwa saat ini belum bisa diambil kesimpulan pasti terkait khasiat ivermectin untuk terapi Covid-19.
"Untuk ivermectin datanya masih inkonklusis," terang dia.
Dia menjelaskan, dalam studi in vitro ivermectin terbukti efektif 98 persen menghambat replikasi virus SARS-Cov-2. Namun ada tantangan dalam studi in vivo. Sebab membutuhkan dosis yang lebih tinggi.
"Studi in vivo repotnya membutuhkan dosis yang lebih besar. Itulah yang sangat ditakutkan adalah dosis terapinya. Apakah nanti dosis terapinya memberikan efek samping," ungkap dia.
Budi pun menyampaikan bahwa saat ini uji klinis ivermectin masih dilakukan. Kesimpulan yang lebih baik bisa diambil setelah uji klinis selesai.
"Sistematically view juga ada merekomendasikan ada yang tidak. Jadi masih sangat inkonklusis. Karena itu kita menunggu studi. Ivermectin clinical trial kita besar di 8 rumah sakit di Jakarta. Saya kira akan sangat luar biasa data ribuan mudah-mudahan interim analysis-nya akan dalam waktu 2 bulan atau 3 bulan," tandasnya.
(mdk/fik)