Polda Papua sebut insiden Tolikara terdiri dari empat kasus
Keempat kasus itu, diantaranya terkait dugaan penghasutan, penyerangan, pembakaran dan penyalahgunaan senjata api.
Peristiwa pembakaran musala yang dilakukan orang tak dikenal di Kabupaten Tolikara masih terus diselidiki. Kepolisian Daerah Papua menyatakan sudah memilah dan menyatakan insiden terjadi pada Jumat (17/7) pagi atau tepat saat Idul Fitri itu terdiri dari empat kasus berbeda.
"Jadi dalam insiden di Karubaga itu, penyidik Polda Papua memilah dalam empat kasus," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige di Kota Jayapura, Papua, Selasa (21/7).
Keempat kasus itu, diantaranya terkait dugaan penghasutan, penyerangan, pembakaran dan penyalahgunaan senjata api oleh aparat keamanan yang bertugas saat peristiwa itu terjadi.
"Hingga kini kami telah memeriksa sekitar 30-an saksi, 22 dari masyarakat dan sembilan saksi dari aparat kepolisian," katanya.
Lebih lanjut, mantan Kapolres Merauke itu mengemukakan bahwa pada Selasa (21/7) pagi, jajaran penyidik Polda Papua akan kembali memeriksa lima orang saksi terkait insiden di Tolikara dalam kasus dalam empat kasus yang telah dipilah itu.
"Polisi terus bekerja, harapannya semua pihak bisa menahan diri untuk memberikan kami ruang agar penyidikan dan penyelidikan bisa berjalan lancar," katanya, seperti dilansir Antara.
Secara terpisah, tokoh Papua yang juga Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) Pater Neles Tebay menilai tanggapan pada persoalan intoleran di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, membuktikan semua pihak simpati dan perhatian pada kehidupan beragama di Papua.
"Peristiwa Tolikara memunculkan banyak reaksi dan tanggapan dari seantero Nusantara. Itu semua membuktikan simpati dan perhatian, karena itu saya berharap perhatian itu juga untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki dan mendorong perdamaian," katanya di Kota Jayapura.
Berbagai tanggapan yang banyak beredar lewat pemberitaan atau pun media sosial, menurut Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur Kota Jayapura itu, patut dihargai karena menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap kehidupan umat beragama di Tanah Papua.
Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak, pihaknya mengharapkan kepada sesama anak bangsa di seluruh Nusantara agar mendoakan keselamatan dan perdamaian bagi semua penduduk di Kabupaten Tolikara dan di seluruh Tanah Papua.
"Janganlah pertentangkan kami dalam doamu, dengan memohon kepada Allah perlindungan dan keselamatan bagi satu kelompok dan kutukan bagi kelompok yang lain. Itu tidak tepat," katanya.
Baca juga:
Peduli Tolikara, PPP siapkan Rp 1,3 M untuk warga & renovasi musala
Kepala BIN sudah mendeteksi Tolikara rusuh saat lebaran
FPI desak polisi segera tindak hukum pelaku kerusuhan Tolikara
Buntut tragedi Tolikara, Gereja di Kediri dijaga 24 jam
Warga ikut bantu padamkan api yang berkobar di gereja GBI, Bantul
-
Kapan Masjid Jami' Jayapura dibangun? Jika Masjid Baiturrahman berdiri pada tahun 1974, Masjid Jami’ sudah berdiri pada tahun 1943.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Di mana Masjid Al-Jabbar berada? Masjid Al-Jabbar berlokasi di Bandung, Jawa Barat sementara masih ditutup untuk umum.
-
Dimana Masjid Jami' Jayapura dibangun? Di Kota Jayapura, ada sebuah gedung bercat tiga yang tampak biasa saja.
-
Kapan Masjid Cipto Mulyo dibangun? Masjid itu dibangun oleh Raja Keraton Surakarta, Pakubuwono X, sekitar tahun 1905 Masehi.
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.