Polisi awasi aktivitas pengikut Gafatar di Kutai Kartanegara
Pengikut Gafatar di Kukar sehari-hari menggarap kegiatan pertanian dan sosial.
Polisi terus mengawasi aktivitas ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dalam penelusuran kepolisian, kantor Sekretariat DPD Gafatar Kalimantan Timur, yang berlokasi di Kecamatan Samboja, masih aktif hingga saat ini.
Penelusuran yang dilakukan merdeka.com, akun twitter Gafatar Kaltim, juga mencantumkan alamat sekretariat mereka, di kawasan Samboja, Kutai Kartanegara. Pengikut akun twitter beberapa waktu lalu juga memiliki 426 pengikut.
"Tempat (sekretariat DPD Gafatar Kaltim) masih ada, masih dalam pengawasan bersama unsur Muspika (musyawarah pimpinan kecamatan)," kata Kapolres Kutai Kartanegara AKBP Handoko kepada merdeka.com, Selasa (19/1).
Handoko menerangkan, meski sejauh ini belum ada perekrutan anggota baru, namun upaya pendekatan Gafatar ke masyarakat, juga masih dalam pengawasan kepolisian bersama elemen masyarakat terkait.
"Sementara tetap, belum ada penambahan anggota baru. Masih diawasi oleh Muspika, baik itu Pak Camat Samboja, Danramil," ujar Handoko.
Seiring dengan meningkatnya eskalasi pembicaraan keberadaan ormas Gafatar di sejumlah daerah, Senin (18/1) kemarin, unsur Muspika, tokoh agama dan warga setempat di sekitar lokasi sekretariat DPD Gafatar bertemu untuk membahas perihal Gafatar.
Sama halnya juga dengan keberadaan Gafatar di daerah lainnya, Gafatar di Kutai Kartanegara, di daerah Samboja itu juga giat melakukan aksi sosial dan kegiatan pertanian bersama masyarakat setempat.
"Iya, aktivitasnya masih soal aksi sosial dan pertanian. Masih dalam monitoring," sebut Handoko.
"Yang dikhawatirkan masyarakat kan dari mereka (Gafatar) mengajarkan ajaran sesat. Masih juga dimonitor oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kutai Kartanegara. MUI lakukan pendekatan secara agama. Sementara belum ditemukan penyimpangan," demikian Handoko.
Diketahui, kawasan Samboja, memang menjadi salah satu basis pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara. Warga pendatang yang berada di lokasi itu, bekerja mengelola lahan yang sebelumnya merupakan yang kurang menghasilkan dari sisi ekonomi.