Polisi persilakan Gunadarma buat laporan kasus bullying
Polisi persilakan Gunadarma buat laporan kasus bullying. Kata mantan Wadirkrimum Polda Metro Jaya ini, pihaknya belum menerima laporan dari pihak kampus. Tetapi, Gunadarma telah membuat tim investigasi untuk selidiki kasus itu.
Kapolresta Depok Kombes Herry Heryawan mengatakan, pihaknya belum menerima laporan adanya pembullyan di Kampus Gunadarma. Tetapi, ia telah perintahkan untuk berkoodinasi dengan pihak kampus untuk mengetahui kronologi kejadian tersebut.
"Hari ini sudah saya perintahkan Kasatreskrim untuk koordinasi dengan pihak kampus," ujarnya saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Rabu (19/7).
Kata mantan Wadirkrimum Polda Metro Jaya ini, pihaknya belum menerima laporan dari pihak kampus. Tetapi, Gunadarma telah membuat tim investigasi untuk selidiki kasus itu.
"Belum ada, belum ada (lapor). Dari tim kampusnya sudah ada (tim khusus). (Polisi ada tim khusus?) Oh enggak dong. Kita kan tunggu laporan polisi. Dari kampus kita sudah koordinasi. Mereka sudah membuat tim internal sendiri. Sudah melakukan penyelidikan sendiri. Nanti koordinasi dengan kita. Kalau dari kesimpulan sementara. Kita kan harus cek. Harus ketemu dengan orangnya, dengan si korbannya," pungkasnya.
Sebelumnya, Universitas Gunadarma (UG) melakukan pengusutan internal terhadap insiden bullying kepada mahasiswanya yang berkebutuhan khusus. Rekaman video tersebut beredar viral di media sosial.
"Kita sedang kumpulkan data, sidik. Kita data sudah dapat," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma, Irwan Bastian, saat dihubungi merdeka.com, Minggu (16/7).
Berdasarkan indivasi yang diperoleh, diketahui korban dan pelaku merupakan mahasiswa kelas 1KH01 Jurusan Sistem Indivasi Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Indivasi (FIKTI) Gunadarma.
Indivasi tersebut berdasarkan tim rektorat dari Wakil Dekan III FIKTI Gunadarma. Dekan yang bersangkutan pun telah menghubungi langsung wali mahasiswa, baik korban maupun para pelaku.
"Dan pastinya kita akan tindak lanjutnya dengan peraturan yang berlaku," tegasnya.
Baca juga:
Kasus mahasiswa bully rekan berkebutuhan khusus, ini sikap Gunadarma
Terkait kasus bully, Gunadarma sedang lakukan investigasi
Kemenristek Dikti nilai bullying di Gunadarma masuk pelanggaran HAM
Gunadarma pastikan mahasiswa korban bullying tak berkebutuhan khusus
Wakil rektor Gunadarma sebut rekan Farhan cuma bermaksud bercanda
-
Bagaimana bullying tersebut terjadi? Dalam video tampak korban, AY (14), tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku. Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Apa yang dimaksud dengan bullying? Bullying atau perundungan salah satu masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja hingga dunia maya.
-
Apa itu bullying? Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terus menerus.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kasus bullying? Dalam kasus bullying, terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu pelaku, korban, dan saksi, dan masing-masing memiliki peran tersendiri. Pelaku adalah individu yang melakukan tindakan agresif dengan tujuan menyakiti atau mengintimidasi orang lain. Korban adalah orang yang menjadi sasaran dari tindakan bullying tersebut dan sering kali mengalami dampak negatif baik secara fisik maupun psikologis. Saksi adalah orang-orang yang menyaksikan atau mengetahui terjadinya bullying.
-
Bagaimana cara mengatasi dampak bullying pada pelaku? Mereka cenderung mengembangkan perilaku agresif yang dapat berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko terlibat dalam tindakan kriminal atau kekerasan lainnya. Selain itu, pelaku bullying sering kali memiliki masalah dalam membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan, baik secara pribadi maupun profesional. Mereka juga bisa mengalami masalah emosional dan psikologis seperti rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan merasa terisolasi dari lingkungan sosial mereka.