Polisi sampai mahasiswa di daerah hilang, diduga masuk ISIS
Kepergian tanpa jejak menimbulkan tanda tanya di benak orang-orang terdekat.
Jejaring gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di berbagai daerah mulai dibongkar satu persatu. Meski begitu, mereka tatap berjalan di bawah tanah dan aktif merekrut calon anggota.
Kabar orang hilang diduga pergi ke luar negeri dan bergabung dengan ISIS pun bermunculan di berbagai daerah. Mereka yang raib bak ditelan bumi memiliki latar belakang berbeda.
Sampai saat ini keberadaan mereka pun belum jelas. Meski begitu orang terdekat mereka juga belum bisa memastikan sanak saudaranya memang terlibat organisasi itu. Berikut ini adalah beberapa cerita berhasil dikumpulkan soal orang-orang hilang diduga bergabung dengan ISIS di berbagai daerah.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang membuat posisi Indonesia semakin baik dalam Global Terrorism Index? Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted.
-
Apa yang menjadi polutan utama di udara Jakarta saat ini? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Kapan Iswadi Idris menjadi Kapten Timnas Indonesia? Berkat karakternya itu, Iswadi dipercaya menjadi kapten Timnas Indonesia dari tahun 1970 hingga tahun 1980.
Pemuda Palembang hilang diduga gabung ISIS
Seorang warga Palembang kembali dinyatakan menghilang. Kali ini orang dicari-cari itu adalah pemuda berusia 27 tahun bernama Arif Priandani, warga Jalan Setia, Kelurahan Talang Bubuk, Kecamatan Plaju, Palembang.
Menurut keterangan diperoleh, Arif menghilang sejak 26 Februari. Diduga dia bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Dia hilang dari rumahnya sejak 26 Februari 2015 yang lalu. Muncul kemudian, informasi bahwa dia bergabung dengan ISIS," kata Budi, Kamis lalu.
Kasat Intelkam Polresta Palembang Kompol Budi Santoso mengatakan, dugaan itu muncul berdasarkan temuan beberapa barang bukti disita dari rumahnya. Seperti satu eksemplar buku berlambang ISIS dan video tentang perekrutan anggota ISIS disimpan di komputer jinjing pria lajang itu. Polisi juga menemukan sebuah visa tujuan Turki milik Arif.
"Apakah dia (Arif) simpatisan atau anggota ISIS belum tahu, masih kita kembangkan. Tapi, dari barang bukti, indikasinya sangat kuat," ucap Budi.
Menurut Budi, pihaknya terus mencari keberadaan Arif dengan cara berkoordinasi dengan Mapolda Sumsel dan Kantor Imigrasi Kelas IA Palembang. Supaya memudahkan penyelidikan, Budi mengaku tidak bisa memperlihatkan foto Arif ke masyarakat. Sebab, dia bisa saja kabur dan sulit ditemukan.
"Kita belum tahu apakah dia masih ada di Indonesia atau sudah keluar negeri. Ini yang kita cari," lanjut Budi.
{content-split}
Selain menemukan buku dan video hasil unggahan dari situs berbagi video YouTube di rumah Arif, polisi berhasil mendapatkan data elektronik di komputer jinjing milik pemuda itu tentang beberapa percakapan melalui jejaring sosial Facebook. Hal itu diketahui dari hasil penggeledahan di rumah pemuda itu di Jalan Setia, Kelurahan Talang Bubuk, Kecamatan Plaju, Palembang, Rabu lalu.
Kapolsek Plaju AKP Siti Farida mengatakan, pihaknya langsung bergerak mendatangi rumah Arif begitu ayahnya melapor ke polisi. Saat menggeledah, polisi kaget lantaran menemukan buku-buku berlambang ISIS dan video hasil unggahan dari YouTube. Petugas juga menyita visa tujuan Turki milik Arif.
"Video itu menunjukkan tata cara perekrutan anggota ISIS," kata Farida.
Polisi juga mendapatkan percakapan antara Arif dengan pihak tertentu tentang perekrutan anggota ISIS. Hal itu diketahui saat polisi membuka Facebook di komputer jinjing milik pemuda itu.
"Kalau dilihat memang ada indikasi dia akan bergabung ke ISIS. Tapi masih kita kembangkan lagi," ujar Farida.
{content-split}
Kedua orangtua Arif, DR (62 tahun) dan ST (57 tahun) sangat sedih. Betapa tidak, Arif merupakan tulang punggung keluarganya.
Ayah Arif, DR mengatakan, anaknya dalam kesehariannya bekerja sebagai desainer grafis di salah satu perusahaan percetakan di kawasan Jalan Sudirman Palembang. Di hari hilangnya, 26 Februari 2015 lalu, Arif sempat berpamitan dengan kedua orangtuanya untuk bekerja.
"Waktu mau berangkat kerja, waktu itu pagi jam delapan, dia pamit dulu. Tak tahunya tak pulang lagi ke rumah," kata DR.
DR mengatakan, saat berangkat bekerja, anaknya tersebut membawa tas ransel berisi pakaian. Namun, dirinya tidak terlalu curiga atas apa yang dibawa Arif.
"Ya, biasalah, kan anak sendiri. Lagian dia anaknya baik," kata dia.
Keluarga mulai khawatir setelah sore harinya hingga tiga hari berikutnya, Arif tak kunjung pulang. Kekhawatirannya bertambah begitu rekan kerja anaknya mendatangi rumahnya menanyakan keberadaan Arif. Ternyata Arif tidak masuk kerja selama tiga hari.
"Waktu itulah, kami langsung lapor ke polisi," ujarnya.
Beberapa hari setelah melapor, jajaran dari Polsek Plaju Palembang mendatangi rumahnya untuk menyelidiki hilangnya Arif. Saat diperiksa di kamarnya, polisi menemukan buku dan video unggahan dari Youtube tentang ISIS.
Polisi juga mendapati percakapan melalui Facebook di akun Arif tentang perekrutan gerakan tersebut. Bahkan ditemukan juga visa tujuan Turki atas nama Arif Priandani.
"Kami cuma berharap anak saya kembali ke rumah dengan selamat. Karena dia tulang punggung keluarga kami," tukasnya.
{content-split}
Menurut DR, Arif agak berubah sejak kuliah D1 jurusan komputer di salah satu perguruan tinggi di Palembang pada 2006 lalu. Anaknya itu senang memanjangkan jenggotnya.
Bahkan, sebelum menghilang, jenggot Arif sudah di bawah leher atau sebatas dada. Arif juga kerap mengenakan pakaian serba hitam.
"Memang dari dulu sudah curiga. Tapi, tidak begitu dimasalahkan," kata DR.
Namun, kecurigaan itu tidak dia tindaklanjuti. Apalagi, DR jarang menonton televisi sehingga tidak mengetahui informasi yang berkembang saat ini. Isu ISIS saja diketahuinya dari obrolan bersama tetangganya.
"Dulu kan ada teroris. Kami takut dia (Arif) ikut juga. Nah sekarang ISIS, kami lebih takut lagi, kan kata orang lagi heboh," kata dia.
Dia menambahkan, sosok Arif dikenal tetangganya pendiam dan sederhana. Sebab, keluarganya termasuk kalangan kelas bawah. Arif juga rajin ke masjid di kampungnya. Arif sendiri tercatat sebagai alumni di SDN 535, SMPN 20, SMAN 4, dan kuliah D1. Semuanya berada di Palembang.
"Selama ini tidak ada masalah, dia tiap hari bekerja di percetakan, sorenya pulang. Tapi, dia memang orangnya rajin salat, orang alimlah," pungkasnya.
Anggota polisi di Jambi diduga pergi ke Turki gabung ISIS
Polda Jambi masih penyelidikan terkait informasi ada anggota Polres Batanghari, Brigadir S, yang meninggalkan tugas kedinasan dan diduga telah berangkat ke Turki setelah mengurus paspor di kantor Imigrasi Jambi.
Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah mengatakan, Polres Batanghari dan instansi terkait sudah menyelidiki terkait informasi Brigadir S yang diduga bergabung ke kelompok radikal ISIS. namun sejauh ini, kata Almansyah, belum bisa dipastikan apakah yang bersangkutan memang terlibat atau tidak.
"Sudah dilakukan penyelidikan oleh Polres Batanghari dan instansi terkait, serta belum ditemukan ke arah keterlibatan oknum polisi itu di kelompok radikal," kata Almansyah kepada wartawan di Jambi, Rabu (25/3).
Namun, Almansyah juga membenarkan, jika Brigadir S sudah lama tidak masuk kerja dan terakhir dia berangkat ke Medan tanpa seizin pimpinan atau Kapolres Batanghari, dan saat ini yang bersangkutan masuk Daftar Pencarian Personel (DPP).
Terkait paspor yang dibuat Brigadir S di kantor Imigrasi Jambi, Almansyah mengatakan siapa saja anggota polisi bisa membuat paspor untuk keluar negeri. Tapi untuk apa paspor tersebut dibuat oleh Brigadir S, polisi belum bisa memastikannya.
"Namun belum bisa dipastikan apakah memang digunakan untuk berangkat guna bergabung dengan kelompok radikal atau tidak," tegas Almansyah lagi.
Polda Jambi pun menyelidiki Brigadir S. Brigadir S bahkan kini sudah masuk daftar pencarian personel (DPP) 1. Sebab berdasarkan aturan, anggota tidak masuk kedinasan selama 14 hari maka DPP 1 ini wajib dikeluarkan oleh pimpinan.
Sementara itu, Kapolres Batanghari, AKBP Hery Widagdo membantah bahwa Brigadir S terlibat dan bergabung dengan kelompok radikal.
" Berita itu tidak benar dan isu ini sengaja dimainkan oleh orang dekatnya," kata Hery.
Mahasiswi UMS diduga dibawa eks napi teroris ke Suriah
Siti Lestari, mahasiswi semester akhir Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo, dilaporkan hilang. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, wanita asal Kabupaten Demak tersebut dibawa calon suaminya bernama Bahrun Naim, ke Suriah.
Bahrun Naim merupakan eks terduga teroris yang pernah ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada November 2010 silam. Saat ditangkap dari rumah kontrakan di Pasarkliwon, Solo, polisi juga mengamankan ratusan butir peluru.
Sugiran ayah Siti mengaku anaknya sudah tidak bisa dihubungi sejak awal Februari lalu. Keluarga juga sudah berupaya mencari, namun tidak bisa diketemukan. Kontak terakhir dengan anaknya dilakukan pada bulan Januari.
"Januari lalu dia menelepon minta uang Rp 3,5 juta, untuk membayar semesteran dan biaya hidup sehari-hari. Setelah itu tidak bias dihubungi lagi. Selang beberapa hari ia mengirim semua barang-barangnya ke rumah saya di Demak. Ada 5 kardus yang dikirimkan berisi pakaian serta buku-buku. Setelah itu, tidak bisa dihubungi lagi," ujar Sugiran, saat ditemui wartawan di Mapolres Sukoharjo.
Tak kunjung ada kabar, Sugiran berangkat ke Sukoharjo untuk mengetahui keberadaan Siti. Setelah dicari di tempat kos, Siti ternyata sudah lama meninggalkan kos dan pindah ke sebuah kontrakan sejak pertengahan tahun lalu. Setelah dilacak lagi, Sugiran menemukan kontrakan tersebut. Hanya saja, rumah itu ternyata telah kosong. Sejumlah tetangga mengatakan, Siti tinggal di kontrakan tersebut bersama seorang pria bernama Bahrun Naim.
"Anak saya memang pernah membawa Bahrun ke rumah di Demak. Ia memperkenalkan sebagai calon suaminya. Saat itu kami menolak karena Bahrun sudah punya istri dan anak. Kami mendapat informasi Bahrun sudah berangkat ke Suriah. Saya khawatir anak saya dibawa ke sana," jelasnya.
Khawatir dengan keberadaan anaknya, Sugiran melaporkan hal tersebut ke Polres Sukoharjo.
Sementara itu terkait Bahrun Naim, dia telah divonis penjara selama 2,5 tahun oleh Pengadilan Negeri Solo. Dia terbukti melanggar Undang-Undang Darurat Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api dan bahan peledak.
Aktivis Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) Endro Sudarsono mengatakan, Bahrun yang tinggal bersama Siti memang sama dengan Bahrun yang pernah ditangkap Densus 88, 2010 lalu.
"Bahrun yang bersama Siti orangnya memang sama dengan yang ditangkap Densus dulu. Saya tidak begitu kenal dengan dia," pungkasnya.