Polisi Sebut Lokasi Bentrokan Warga di Flores Timur Sudah Kondusif
"Pasukan dari Polres dan Kodim Flores Timur sudah mengamankan lokasi kejadian. Ada sementara perjalanan Brimob dari Maumere 1 SSK, Polres Sikka 1 SST dan Polres Lembata 1 SST," jelasnya.
Sengketa tanah di kebun Wulen Wata (Pantai Bani), Desa Baobage, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, berbuntut panjang. Perang suku memperebutkan kebun Wulen Wata (Pantai Bani), antara Suku Kwaelaga dan suku Lamatokan terjadi pada Kamis (5/3/) sekitar pukul 10.45 WITA di Kebun Wulen Wata.
Kejadian ini mengakibatkan enam orang meninggal dunia. Dua orang dari suku Lamatokan dan empat orang dari suku Kwaelaga. Korban dari suku Lamatokan diketahui berasal dari Desa Tobitika, Kecamatan Witihama dan satunya dari Desa Sandosi. Sementara korban dari Suku Kwaelaga semuanya berasal dari Desa Sandosi.
-
Benteng Romawi seperti apa yang ditemukan di Timur Tengah? Berdasarkan foto-foto satelit ini, para peneliti menemukan sebagian besar benteng Romawi ini tampaknya telah terabaikan selama ribuan tahun.
-
Siapa yang mewadahi para peternak madu teran di Belitung Timur? Selain penghasil timah, Bangka Belitung juga menjadi penghasil madu yang cukup potensial. Bahkan para peternak madu teran sudah diwadahi dalam sebuah komunitas bernama Raja Teran Belitong yang menjadi tempat berbagi soal madu teran tersebut.
-
Kenapa Emping Beras begitu istimewa di Bangka Belitung? Tak heran jika kuliner yang satu ini begitu legendaris di masyarakat Bangka Belitung.
-
Kapan Benteng Van Der Wijk dibangun? Benteng Van Der Wijk didirikan pada tahun 1844-1848.
-
Apa yang dibudidayakan oleh para peternak di Belitung Timur? Budi daya madu yang cukup terkenal dengan perawatan alami dan selalu mengedepankan kualitasnya, yaitu madu heterotrigona itama atau biasa disebut madu teran khas Bangka Belitung.
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Timnas Australia? Pada hari ini, Selasa (10/9/2024), Timnas Indonesia menjalani laga kedua di grup C.
Kapolres Flores Timur AKBP Deny Abrahams kepada merdeka.com melalui pesan Whatsapp mengatakan, situasi sementara di lokasi kejadian sudah kondusif.
"Pasukan dari Polres dan Kodim Flores Timur sudah mengamankan lokasi kejadian. Ada sementara perjalanan Brimob dari Maumere 1 SSK, Polres Sikka 1 SST dan Polres Lembata 1 SST," jelasnya.
Informasi yang dihimpun, masing-masing korban mendatangi lokasi kebun Wulen Wata. Kedua belah pihak diketahui sudah lama bersengketa masalah lahan tersebut sejak tahun 1990-an. Tiba di lokasi, kedua suku kemudian saling menyerang sehingga menimbulkan korban dari kedua belah pihak, walaupun kedua suku berasal dari satu desa yakni Sanusi.
Awalnya masing-masing menempati lokasi yang ada. Suku Lamatokan berada di Sandosi 2 dan Suku Kwaelaga di Sandosi 1 dan digabung menjadi satu Desa yaitu Desa Sandosi l, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur.
Baik Suku Lamatokan maupun suku Kwaelaga saling klaim lokasi tersebut. Kedua suku Sudah berulangkali difasilitasi oleh pemerintah Kecamatan Witihama dan Polsek Adonara untuk penyelesaian namun belum menemukan jalan keluar.
Sebelumnya pada Kamis (27/2) tujuh orang dari Suku Kwaelaga ke lokasi sengketa untuk melakukan kegiatan atau berkenan, yakni menanam anakan jambu mente dan kelapa yang selama ini digarap oleh Suku Wuwur dan Suku Lamatokan.
Kegiatan yang dilakukan oleh Suku Kwaelaga tersebut menimbulkan kekecewaan dari Suku Lamatokan. Buntutnya, hari ini warga suku Lamatokan mendatangi lokasi dan mengecek tanaman yang ditanam Suku Kwaelaga.
Para korban dari suku Kwaelaga mendatangi lokasi tersebut sehingga terjadi perdebatan terkait status lokasi tersebut dan berujung saling serang menggunakan senjata tajam, hingga jatuhnya korban jiwa.
Diperoleh pula informasi kalau lokasi sengketa bertempat di wulewata pantai Bani Desa Baubage Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur, selama ini diklaim oleh suku Kwaelaga sebagai miliknya. Sedangkan didalam lokasi yang disengketakan selama ini telah digarap oleh empat suku yaitu Suku Lamatokan, Suku Making, Suku Lewokeda dan Suku Wuwur.
Warga kesal karena Suku Kwaelaga selalu menebang tanaman yang ada di lokasi milik empat suku tersebut dengan alasan lokasi tersebut adalah milik mereka. Empat suku yang ada dilokasi tidak merespon dan mengupayakan jalan damai, dengan melaporkan apa yang dilakukan suku Kwaelaga kepada pemerintah Kecamatan dan Polsek Adonara.
Kapolres Flores Timur, AKBP Deny Abrahams, yang dkonfirmasi, membenarkan kejadian ini.
Dia mengerahkan anggota Polres Flores Timur memback up anggota Polsek Witihama, ditambah bantuan keamanan dari aparat TNI. Hingga saat ini, aparat keamanan masih berjaga di sekitar lokasi kejadian dan menghimbau masyarakat tidak melakukan aksi balasan.
Kapolres Flores Timur AKBP Deny Abrahams juga hingga saat ini masih berada di lokasi kejadian.
(mdk/ray)