Satelit Mata-Mata AS Ungkap Ada 400 Benteng Romawi di Timur Tengah, Fungsinya Masih Misterius
Benteng-benteng itu terletak di Timur Tengah, khususnya di wilayah yang sekarang menjadi Irak dan Suriah.
Berdasarkan foto-foto satelit ini, para peneliti menemukan sebagian besar benteng Romawi ini tampaknya telah terabaikan selama ribuan tahun.
Satelit Mata-Mata AS Ungkap Ada 400 Benteng Romawi di Timur Tengah, Fungsinya Masih Misterius
Sejumlah foto yang baru diungkap ke publik dari satelit mata-mata Amerika Serikat di masa Perang Dingin antara AS dan Uni Sovyet mengungkap ada lebih dari 400 benteng Romawi yang terletak di Timur Tengah, khususnya di wilayah yang sekarang menjadi Irak dan Suriah.
Penemuan ini memicu sejumlah besar penemuan arkeologi yang baru, membuka pintu ke masa lalu yang terkubur dalam debu dan waktu.
-
Dimana arkeolog menemukan bangunan militer Romawi? Saat menggali di kota kuno Hasankeyf, Turki, para arkeolog dari Universitas Artuklu menemukan bekas bangunan militer Romawi berusia 1.600 tahun.
-
Bagaimana arkeolog menemukan benteng? Tim secara metodis menyisir lapisan tanah dan batu yang berbeda dengan sikat dan sekop berbulu halus. Tanah dikeluarkan dari parit disaring dengan hati-hati.
-
Bagaimana bentuk benteng itu? 'Eksplorasi arkeologi mengungkap keberadaan (kira-kira 14,4 kilometer) tembok benteng yang sampai sekarang tidak diketahui, (sekitar 5 kilometer) di antaranya merupakan bagian dari jaringan luar yang mengelilingi kawasan oase,' kata para arkeolog.
-
Mengapa tembok Romawi dibangun? 'Tembok tersebut kini telah diidentifikasi secara meyakinkan sebagai bagian dari struktur yang dibangun oleh jenderal Romawi Marcus Licinius Crassus untuk menampung pemimpin pemberontakan budak Spartacus dan pasukannya,' jelas pernyataan dari Institut Arkeologi Amerika (AIA).
-
Bagaimana bentuk benteng ini? Benteng Redoute de Baros memiliki bentuk persegi dengan bastion di sudut utara dan selatan. Bastion tersebut berbentuk setengah lingkaran.
-
Mengapa benteng ini penting? Benteng ini merupakan salah satu saksi sejarah masa lampau era penjajahan di tanah Sumatra.
Berdasarkan foto-foto satelit ini, para peneliti menemukan sebagian besar benteng Romawi ini tampaknya telah terabaikan selama ribuan tahun.
Salah satu yang paling mengejutkan adalah penemuan ini memperluas temuan sebelumnya. Seorang arkeolog Prancis bernama Antoine Poidebard pada 1934 menemukan 116 benteng Romawi dari kegiatan survei.
Kini, kita tahu bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih besar, yaitu 396 benteng. Dengan temuan dari foto satelit ini, penelitian ini telah mengoreksi atau setidaknya melengkapi survei Poidebard.Jesse Casana, seorang profesor antropologi di Dartmouth College, menjelaskan, “benteng-benteng ini bentuknya mirip dengan banyak benteng Romawi dari tempat lain di Eropa dan Afrika Utara. Ada lebih banyak benteng dalam studi kami daripada di tempat lain, tetapi ini mungkin karena mereka lebih baik dilestarikan dan lebih mudah dikenali.”
"Ini juga bisa jadi adalah produk nyata dari pembangunan benteng yang intensif terutama selama abad kedua dan ketiga Masehi."
Para peneliti berpendapat alasan di balik pembangunan benteng-benteng ini mungkin karena Roma sedang memperkuat perbatasannya.
Namun, satu pertanyaan yang muncul adalah mengapa benteng-benteng ini terlalu tersebar. Para ahli mengemukakan benteng-benteng ini mungkin tidak diciptakan untuk membentuk garis pertahanan yang solid melawan musuh-musuh dari timur. Sebaliknya, mereka menyebar di sepanjang wilayah dengan cara yang berbeda.
Foto-foto ini kini tersedia untuk publik melalui U.S. Geological Survey.
Tentu saja, penting untuk memahami situs-situs kuno seperti benteng Romawi menghadapi ancaman. Selain kerusakan yang disebabkan oleh penjarahan dan aktivitas militer, penghancuran situs-situs karena pembangunan perkotaan, pertanian yang meningkat, dan pembangunan bendungan juga menjadi ancaman serius. Perubahan iklim juga memainkan peran dalam hal ini.
Penelitian ini juga mengungkapkan sejumlah situs mungkin hilang antara survei Poidebard pada tahun 1920-an dan gambar-gambar dari citra satelit AS pada akhir tahun 1960-an.