Arkeolog Temukan Tembok Jebakan Romawi Sepanjang Hampir 3 Kilometer, Ungkap Sejarah Berdarah Pemberontakan Budak Melawan Pemerintah
Sejarah berdarah tersebut terekam dalam catatan sejarah yang ditulis dua tokoh Romawi.
Sejarah berdarah tersebut terekam dalam catatan sejarah yang ditulis dua tokoh Romawi.
-
Dimana arkeolog menemukan bangunan militer Romawi? Saat menggali di kota kuno Hasankeyf, Turki, para arkeolog dari Universitas Artuklu menemukan bekas bangunan militer Romawi berusia 1.600 tahun.
-
Bagaimana artefak Romawi ditemukan? Dari Slip Gaji Sampai Kulkas Artefak sejarah peradaban Romawi kuno telah banyak ditemukan.
-
Siapa yang menemukan artefak di Tembok Besar? Arkeolog yang melakukan penggalian di bagian Tembok Besar China menemukan ratusan artefak milik penjaga monumen keajaiban dunia tersebut.
-
Dimana artefak Romawi Kuno ditemukan? Panci yang ditemukan di dekat Bury St Edmunds ini dipamerkan di Desa dan Museum West Stow Anglo-Saxon.
-
Bagaimana benteng Romawi di Timur Tengah ditemukan? Sejumlah foto yang baru diungkap ke publik dari satelit mata-mata Amerika Serikat di masa Perang Dingin antara AS dan Uni Sovyet mengungkap ada lebih dari 400 benteng Romawi yang terletak di Timur Tengah, khususnya di wilayah yang sekarang menjadi Irak dan Suriah.
-
Dimana benteng Romawi ditemukan? Sejumlah foto yang baru diungkap ke publik dari satelit mata-mata Amerika Serikat di masa Perang Dingin antara AS dan Uni Sovyet mengungkap ada lebih dari 400 benteng Romawi yang terletak di Timur Tengah, khususnya di wilayah yang sekarang menjadi Irak dan Suriah.
Arkeolog Temukan Tembok Jebakan Romawi Sepanjang Hampir 3 Kilometer, Ungkap Sejarah Berdarah Pemberontakan Budak Melawan Pemerintah
Tim arkeolog menemukan tembok pertahanan Romawi di Calabria, Italia selatan. Penemuan ini dipimpin Dr Paolo Visona dari Universitas Kentucky.
Dilansir Heritage Daily, tembok ini dibangun untuk menjebak Spartacus. Sebagian besar catatan sejarah Spartacus berasal dari tulisan Plutarch dari Chaeronea (46 – 119 M) dan Appian dari Alexandria (95 -165 M).
Menurut catatan sejarah tersebut, Spartacus adalah budak yang melarikan diri dan mantan gladiator, yang memimpin pemberontakan besar para budak melawan Republik Romawi.
Bibit pemberontakan mulai muncul pada tahun 73 SM, ketika Spartacus dan sekelompok gladiator kabur dari sekolah gladiator (ludus) di dekat Capua, di daerah Campania. Mereka berkelana di sekitar kota tersebut dan membebaskan para budak untuk memperbesar barisan mereka, mengumpulkan pasukan sekitar 70.000 orang.
Pemberontakan ini menjadi tantangan signifikan bagi pemerintah Romawi, memaksa Senat mengerahkan delapan pasukan legiun yang dipimpin Marcus Licinius Crassus. Pasukan Spartacus kemudian dikalahkan pada tahun 71 SM di daerah Senerchia, yang ketika itu menjadi bagian Lucania.
Plutarch dan Appian menyatakan bahwa Spartacus tewas dalam pertempuran tersebut.
Namun Appian juga menyatakan jasad Spartacus tak pernah ditemukan.
Setelah pemberontakan tersebut, sebanyak 6.000 pemberontak yang selamat disalib di sepanjang Jalur Appian, berfungsi sebagai pencegah terhadap pemikiran pemberontakan atau penghasutan lebih lanjut.
Dalam penelitian terbaru di hutan Dosonne della Melia di Calabria, ditemukan sebuah tembok batu membentang sepanjang 2,7 km. Selain itu, jejak fossa Romawi (parit pertahanan) dan sistem agger (benteng ganda atau tanggul) juga telah diidentifikasi.
"Tembok tersebut kini telah diidentifikasi secara meyakinkan sebagai bagian dari struktur yang dibangun oleh jenderal Romawi Marcus Licinius Crassus untuk menampung pemimpin pemberontakan budak Spartacus dan pasukannya," jelas pernyataan dari Institut Arkeologi Amerika (AIA).
Dalam penggalian tersebut juga ditemukan beberapa pecahan senjata besi, gagang pedang, belati besar yang melengkung, ujung lembing, ujung tombak, dan serpihan logam lainnya, menandakan pertempuran sengit di lokasi antara pasukan Romawi dan Spartacus untuk melepaskan diri dari jebakan.
“Penemuan ini dimungkinkan berkat informasi dari kelompok pemerhati lingkungan setempat yang mengetahui keberadaan tembok tersebut, namun bingung mengenai apa yang dimaksud dengan tembok tersebut. Tim menyelidiki tembok dan parit menggunakan Ground-Penetrating Radar, LIDAR, magnetometri, dan pengambilan sampel inti tanah," papar Dr Visona.