Arkeolog Temukan Dua Tongkat Berusia 12.000 Tahun, Bukti Praktik Sihir dan Perdukunan Tertua di Dunia
Tongkat ini meninggalkan bekas sedikit terbakar di salah satu ujungnya.
Tongkat ini meninggalkan bekas sedikit terbakar di salah satu ujungnya.
-
Kapan artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
-
Dimana artefak kuno ini ditemukan? Artefak kuno ini ditemukan di selatan Aswan, terletak di daerah yang dilanda banjir karena pembangunan Bendungan Tinggi Aswan antara tahun 1960 dan 1970.
-
Dimana penemuan artefak kuno terjadi? Seorang petani secara tidak sengaja menemukan harta karun langka ketika sedang membersihkan batu di ladangnya di Lubusz, Polandia.
-
Dimana artefak kuno itu ditemukan? Para arkeolog maritim dari Universitas Bournemouth Inggris menemukan dua lempengan berukir salib dari abad pertengahan di dasar Teluk Studland, telah ada disana selama hampir 800 tahun.
-
Dimana penemuan perkakas manusia purba ini? Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa dan menjadi bukti kecerdasan Neanderthal.
-
Dimana tongkat sihir ditemukan? Temuan tongkat sihir ini terjadi di Gua Cloggs di tenggara Australia, sebuah situs arkeologi yang kaya.
Arkeolog Temukan Dua Tongkat Berusia 12.000 Tahun, Bukti Praktik Sihir dan Perdukunan Tertua di Dunia
Dua tongkat kayu ditemukan di sebuah gua di Australia, menunjukkan tanda-tanda pembuatan yang sangat mirip dengan praktik sihir dan perdukunan Aborigin yang dijelaskan pada abad ke-19. Tongkat ini diperkirakan berusia 11.000 sampai 12.000 tahun, menjadikannya sebagai bukti praktik sihir tertua di dunia.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature in Human Behaviour, penemuan ini mungkin mewakili ritual tertua yang diketahui dan diwariskan secara budaya—yang masih ada di kalangan masyarakat lokal sejak zaman es terakhir hingga zaman kolonial.
Dikutip dari Arkeonews, Selasa (2/7), tongkat ini ditemukan di Gua Cloggs, Gipplsland, Victoria, Australia tenggara, yang merupakan situs arkeologi yang kaya. Menurut penelitian sebelumnya, aktivitas manusia di gua ini berlangsung sejak 25.000 tahun lalu.
Gua Cloggs ini berada di tanah yang ditinggali orang-orang GunaiKurnai. Pada 2009, perwakilan masyarakat GunaiKurnai menyatakan mereka ingin sejarah mereka diselidiki dengan memadai dan mulai bekerja sama dengan ahli antropologi Universitas Monash.
Sekitar 6.000 tahun lalu, sebagian besar gua berubah menjadi lubang runtuhan,
yang mengakibatkan munculnya benda-benda dari berbagai zaman.
Profesor Bruno David dan rekan-rekannya memutuskan untuk berkonsentrasi pada bagian gua yang tidak rusak akibat longsor. Sebatang pohon Casuarina sepanjang 40 sentimeter yang sedikit terbakar dan dikelilingi bebatuan kapur muncul dari perapian seukuran tangan. Tongkat tersebut diberi penanggalan karbon yang berumur sekitar 12.000 tahun, menjadikannya artefak kayu tertua yang masih ada yang ditemukan di Australia.
Kayu apa pun jarang bisa bertahan selama itu, dan tongkat tersebut menunjukkan kualitas sangat menakjubkan. Tanda gosong di salah satu ujungnya menunjukkan benda itu telah dibakar sebentar di dalam api yang tidak terlalu panas.
Tongkat tersebut mengandung lemak manusia atau hewan, dan ranting-ranting yang bercabang telah dipotong dengan hati-hati.
Penggalian lebih lanjut menemukan batang Casuarina serupa, kira-kira seribu tahun lebih muda, namun diproses dengan cara yang sama. Penelitian lebih lanjut menghasilkan gambaran yang lebih komprehensif: Kedua batang kayu tersebut diletakkan di atas perapian kecil, yang hanya berupa pagar batu seukuran pohon palem yang dipenuhi rumput dan abu ranting yang sepertinya baru saja terbakar dalam waktu yang sangat singkat.
Tongkat tersebut, yang lebih tua panjangnya sekitar 40 sentimeter dan yang lebih muda panjangnya sekitar setengahnya, berasal dari dua spesies Casuarina, pohon pinus berbunga asli Australia yang memiliki sejarah panjang dalam penggunaan upacara.
Terkait penggunaan tongkat, para peneliti melakukan analisis teks etnografi tua. Pada 1887, ahli geologi pemerintah, Alfred Howitt menggambarkan ritual para penyihir yang disebut "mulla-mullung" oleh masyarakat lokal. Teks etnografi lainnya juga menghubungkan tongkat itu dengan sihir.
Dalam analisisnya, Howitt menulis praktik sihir pada masa itu dilakukan untuk mengobati orang sakit atau untuk mengutuk musuh. Analisis ini berdasarkan hasil observasi sendiri dan pengakuan dari orang Aborigin. Hasil analisis ini cocok dengan bukti yang ditemukan di dalam gua.
Menurut Bruno David, penulis utama studi dan arkeolog di Universitas Monash, bukti arkeolog dan analisis etnografi menunjukkan seberapa lama tradisi Aborigin ini bertahan.
"Itu bertahan selama 12.000 tahun, ilmu yang turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dari sebuah praktik kultural yang masih bertahan hampir sepanjang 500 generasi," jelas David.
"Itu sungguh menakjubkan."