Polri Klaim Tak Ada Tindakan Kekerasan di Wadas: Masih Sesuai SOP
Adapun kejadian yang terjadi pada saat pengukuran, lanjut Ramadhan, kepolisian hanya melakukan upaya paksa untuk mengamankan warga, dari ancaman warga lainnya. Dia kembali menyebut tidak ada kekerasan yang dilakukan kepolisian.
Polri mengklaim jika jajarannya tidak melakukan tindak kekerasan ketika insiden konflik antara warga dengan aparat ketika melakukan pengamanan pengukuran di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), beberapa waktu lalu.
"Info dari Polda Jateng, fakta yang ada saat itu di lapangan tidak ada tindak kekerasan," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan saat dihubungi, Senin (14/2).
-
Apa masalah yang dihadapi warga di Desa Paja, Lebak akibat musim kemarau? Musim kemarau melanda sejumlah daerah di wilayah Banten. Akibatnya, masyarakat yang terdampak langsung mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang terjadi di Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Di sini, warganya harus rela berjalan kaki sejauh 1 kilometer demi mendapatkan beberapa jerigen air bersih.
-
Bagaimana konflik antar kelompok terjadi? Konflik adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
-
Apa yang terjadi pada bidan desa itu? Sebelumnya kondisi Safriani sempat melemah, karena penyakit kelumpuhan secara tiba-tiba. Ia pun hanya bisa terbaring lemah dan tidak mampu menjalankan tugas seperti biasa.
-
Apa yang terjadi di Desa Sidomulo, Pekalongan akibat hujan deras? Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Kapan hujan deras terjadi di Desa Sidomulo? Sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras.
-
Apa yang dilakukan warga Desa Mliwis saat Nyadran? Ratusan warga di sana berkumpul dan makan bersama di area makam leluhur. (Foto: YouTube Liputan6) Tradisi berkumpul bersama itu sudah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Mereka berkumpul di kompleks dengan membawa berbagai jenis makanan seperti jajanan pasar, kuliner tradisional, hingga ingkung ayam jago yang dibawa menggunakan tenong, sebuah tempat makan yang terbuat dari anyaman bambu.
Adapun kejadian yang terjadi pada saat pengukuran, lanjut Ramadhan, kepolisian hanya melakukan upaya paksa untuk mengamankan warga, dari ancaman warga lainnya. Dia kembali menyebut tidak ada kekerasan yang dilakukan kepolisian.
"Yang ada adalah upaya paksa yang dilakukan oleh anggota Polri dalam mengamankan warga dari ancaman warga yang lain," tuturnya.
Selain itu, Ramadhan menjelaskan polisi tidak melakukan penembakan saat melakukan pengamanan di Wadas. Ramadhan memastikan pengamanan dilakukan sesuai SOP.
"Tidak ada penembakan atau keluar letusan senjata, pengamanan masih menggunakan SOP. Dan Protap 01 tidak pernah dikeluarkan," terang Ramadhan.
Sedangkan, Ramadhan mengatakan koordinasi dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan instansi terkait lain dalam menyelesaikan permasalahan di Wadas. Termasuk, kedepankan dialog untuk mencari solusi bagi warga yang tak terima.
"Proses penyelesaian wadas sudah dikoordinasikan dengan Gubernur dan stakeholder lain. Mengedepankan persuasif dan dialog dengan warga terutama warga yang belum menerima untuk dicarikan solusi terbaik," imbuhnya.
Sebelumnya, Komnas HAM menerjunkan tim ke Desa Wadas, Jawa Tengah. Penurunan tim itu guna menggali keterangan dan mencari fakta peristiwa yang terjadi, Selasa (8/2) lalu.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menuturkan timnya mendapati fakta dari hasil wawancara dengan para warga. Salah satunya adanya kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian dalam pengamanan pengukuran lahan.
"Menemukan fakta adanya kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian dalam pengamanan pengukuran lahan warga yang sudah setuju," kata Beka dalam keterangan tertulis, Selasa (12/2).
Dia juga menjelaskan timnya mendapati informasi beberapa warga belum pulang ke rumah masing-masing karena masih merasa ketakutan. Tidak hanya itu banyak warga dan anak-anak alami trauma.
"Banyak warga dewasa dan anak mengalami trauma," ungkapnya.
(mdk/eko)