Polri sebut minimnya saksi dan alat bukti jadi kendala ungkap kasus penyiraman Novel
Untuk mengungkap kasus ini, Martinus mengatakan, pihaknya telah meminta bantuan kepada Polisi Australia untuk membaca Circuit Closed Television (CCTV) yang merekam kejadian penyiram tersebut. Namun, hal itu pun ternyata tak membuahkan hasil yang positif.
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah menjadi korban penyiraman air keras oleh Orang Tak Kenal (OTK) pada Selasa (11/4) lalu. Sudah memasuki 200 hari kejadian itu, Polri masih kesulitan untuk menangkap pelaku penyiram itu.
Kabagpenum Divhumas Mabes Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, untuk memecahkan masalah ini, pihaknya masih kekurangan sejumlah saksi yang mengetahui atau melihat kejadian penyiraman air keras terhadap Novel.
"Kan sama-sama penyidik tahu kesulitan-kesulitan teknis dalam mengungkap suatu perkara minimnya saksi, saksi dalam arti yang bisa memilih minimnya upaya alat-alat bukti yang menjadi dasar untuk menangkap, memproses menahan, memproses orang itu kan harus terpenuhi," katanya di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (2/11).
Polri tidak ingin tergesa-gesa untuk mengusut kasus ini karena dengan minimnya saksi yang mengetahui kejadian tersebut serta tak mempunyai alat bukti yang lengkap. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari salah melakukan penangkapan terhadap seseorang yang tak bersalah.
"Jangan sampai kita melakukan upaya paksa menangkap seseorang yang ternyata bukan, padahal kita sudah itu, 1×24 jam kemudian kita dialami ternyata enggak kita keluarkan," ujarnya.
Untuk mengungkap kasus ini, Martinus mengatakan, pihaknya telah meminta bantuan kepada Polisi Australia untuk membaca Circuit Closed Television (CCTV) yang merekam kejadian penyiram tersebut. Namun, hal itu pun ternyata tak membuahkan hasil yang positif.
"Kan belum, belum ada dari apa kan belum ada yang dari Australia itu kan enggak bisa tidak bisa untuk secara detail menjelaskan wajahnya itu seperti apa," ucapnya.
Oleh karena itu, Polri akan mencoba teknologi canggih seperti Face Recognized atau wajah dikenali CCTV yang akan dibuat oleh Bareskrim Polri. Hal itu untuk mengungkap suatu perkara yang sekiranya sulit untuk diungkap.
"Itu tadi pertanyaannya maka kebutuhan-kebutuhan akan teknologi itu penting untuk bisa melakukan mengungkap suatu perkara," tandas Martinus.
Sebelumnya, Bareskrim Polri akan membuat alat Face Recognized CCTV atau wajah yang dikenali CCTV, untuk bisa mencari seseorang yang sedang tersandung dengan masalah hukum. Hal itu untuk bisa menangkap seseorang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
"Umpamanya DPOnya teroris umpannya nah ini CCTV ada di pelabuhan bandara tempat umum ketika dia menangkap wajah orang itu akan keluar profilenya yang kita susun akan keluar alat maka kita lakukan pengejaran," kata Kabareskrim Porli, Komjen Pol Ari Dono Sukamto di kantor Bareskrim Polri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (1/11).
Diketahui, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah menjadi korban penyiraman air keras oleh Orang Tak Kenal (OTK) pada Selasa (11/4) lalu. Dan pada Senin (30/10) kemarin, menjadi hari ke-200 kasus penyiraman Novel yang sampai sekarang polisi belum bisa ungkap siapa pelaku penyiraman air keras tersebut.
Baca juga:
Temui Wapres JK, Ketum Pemuda Muhammadiyah dorong pembentukan TGPF Novel Baswedan
Tabir gelap kasus Novel Baswedan
Abraham Samad sebut banyak kasus penyerangan pegawai KPK tak terungkap
Taufik Kurniawan tak masalah pembentukan TGPF kasus penyiraman Novel
Ungkap kasus penyiraman Novel, Abraham Samad desak pembentukan TGPF
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kapan Air Rumi lahir? Air Rumi, anak dari pasangan Irish Bella dan Ammar Zonni lahir pada 17 September 2020.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kapan air liur anjing dianggap najis? Air liur anjing tergolong sebagai najis berat atau mughaladhah, yang artinya harus dibersihkan dengan cara yang khusus agar suci kembali.
-
Kenapa Air Panas Citando di Lebak sekarang terbengkalai? Sayangnya pemandian air panas yang dikelilingi pohon rindang itu tinggal kenangan. Kondisi tak terawat tampak di destinasi air panas Citando, Desa Senanghati, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Keadaan di sekitar area parkir, sampai titik sungai air panas sudah dipenuhi ranting dan dedaunan hingga menguatkan kesan terbengkalai.
-
Kapan Saluran Air Nglinguk I ditemukan? Saluran air dengan batu-bata kuno di kedua sisinya ini tidak sengaja ditemukan oleh pekerja pembuat bata pada tahun 2007 silam.