Potret pilu SMA negeri di Serang hancur lebur, nasib siswa terbengkalai
Potret pilu SMA negeri di Serang hancur lebur, nasib siswa terbengkalai. Puluhan siswa SMA Negeri 1 Padarincang, di Jalan Palima – Cinangka (Palka), Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang terpaksa belajar di musala, akibat ruang kelas sekolah rusak parah.
Puluhan siswa SMA Negeri 1 Padarincang, di Jalan Palima – Cinangka (Palka), Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang terpaksa belajar di musala, akibat ruang kelas sekolah rusak parah.
Berdasarkan pantauan, tampak dua ruang kelas porak poranda tinggal rangka bangunan tanpa atap. Dua ruang kelas tersebut yakni ruang Kelas XI IPS-1 dan IPS-2.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
Kondisi bangunan memang memprihatinkan. Kondisi kelas hanya tinggal tembok dengan tiang sisa. Tak ada atap dan jendela. Kayu yang lapuk sudah habis dimakan musim. Bangku dan meja lapuk tertumpuk tak teratur di bagian pojok ruang kelas.
Dua lokal kelas itu belum lagi dibangun sejak hancur tertimpa batang besar pohon asam setahun lalu. "Tidak ada hujan, tidak ada angin nimpa genting sampai hancur dua ruang kelas," ujar Andriato penjaga sekolah.
Andrianto menceritakan, kejadian ambruknya pohon dan menimpa dua ruang kelas itu terjadi pada hari Senin di awal bulan Januari 2017 lalu. Siswa baru saja mengikuti upacara bendera. Sebagian besar siswa tengah berada di kantin sekira pukul 08.30 WIB. Ada lima orang siswa lain yang tengah asik bermain di dalam kelas XI IPS-2.
SMA Negeri 1 Padarincang rusak parah ©2018 Merdeka.com/dwi prasetya
Rangka atap yang terbuat dari baja ringan saat itu tak kuat menahan batang pohon dan genteng yang terbuat dari tanah liat. Ketika batang pohon itu patah dan menimpa atap sekolah, kelima siswa tengah duduk di belakang ruang.
"Alhamdulillah selamat karena posisinya di belakang. Kalau saat itu posisinya ada di tengah, mungkin mereka tertimpa atap sekolah," ujarnya.
Andrianto sejak peristiwa itu, dua kelas dipindahkan ke mushola dan ruang laboratorium. Siswa kelas XI IPS-2 menempati laboratorium dan XI IPS-1 terpaksa belajar di mushola dengan mengampar di lantai.
Ada 36 siswa yang kini belajar di mushola Baitul Makmur. Di ruang berukuran 8 X 8 meter persegi tersebut mereka menghabiskan waktu belajar dari mulai pukul 07.15 hingga 16.00 WIB.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Padarincang Kartono yang ditemui di rumahnya mengaku tak dapat berbuat banyak. Semula ia berharap dengan beralih kewenangan SMA/SMK ke Pemerintah Provinsi Banten, sekolahnya cepat dibangun.
SMA Negeri 1 Padarincang rusak parah ©2018 Merdeka.com/dwi prasetya
Namun, setelah peralihan tersebut banyak kendala. Mulai dari birokrasi yang berbelit-belit, pola bantuan yang kurang resposif, hingga keterlambatan berbagai tunjangan guru. Tak jarang ia mendengar keluhan siswanya yang belajar di mushola.
"Karena belajarnya di lantai sambil tengkurap, siswa sering mengeluh sakit perut. Mungkin karena dingin," kata Kartono.
Ruang yang dijadikan kelas darurat itu hanya terdapat satu papan tulis yang ditempelkan ke dinding bagian kiri musala, tanpa kursi, tanpa meja.
Nasib yang lumayan baik bagi siswa yang dipindahkan ke ruang laboratrium. Di ruang tersebut siswa dapat belajar menggunakan kursi dan meja yan sudah ada.
Atap bangunan sekolah yan kini ambruk itu sendiri merupakan bantuan dari PT Krakatau Steel (Persero) pada 5 Agustus 2004 silam.
Kartono mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Provinsi Banten. Sebrlumnya pihak Dinas Pendidikan Provinsi Banten menjanjikan akan membangun ruang kelas baru (RKB) pada APBD Perubahan 2017. Nemun harapannya pupus katika mendekati akhir Desember 2017 tak ada tanda-tanda akan dibangun.
"Malah ada pemberitahuan dianggarkan di tahun 2018. Kalau begitu paling Juni bisa dibangun. Cuaca belakangan kurang bagus. Belajar sudah tidak kondusif. Kasihan siswa yang belajar di mushola. Apalagi kalau tahun ajaran baru siswa yang baru juga harus belajar di sana," kata dia.
Baca juga:
Berdiri sejak 1816, SMPN 32 di Pejagalan ambruk dan melukai guru
Bangunan cagar budaya di lingkungan SMP N 32 Jakarta roboh, 3 alami luka
Potret miris SMA di Berau, berdinding triplek dan beralas tanah
Mendikbud janjikan renovasi sekolah terdampak banjir di Gunung Kidul
Jarak dengan Jakarta cuma 65 km, gedung SD di Banten ini amat tak layak
Mirisnya murid SD negeri belajar di lantai kelas
Surat penuh haru siswi SMP di pelosok Cilacap untuk Jokowi