Puisi 'Ibu Indonesia', massa geruduk Polres Surakarta desak tangkap Sukmawati
Sebuah spanduk besar bertuliskan 'Sukmawati Sombong, Menolak Kebenaran, Merendahkan Orang lain' mereka bentangkan di depan Mapolresta.
Ratusan umat Islam dari berbagai elemen yang tergabung dalam Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) mendatangi Mapolresta Surakarta, Jumat (6/4). Selepas salat Jumat, secara bergelombang, mereka berkumpul di pintu masuk barat mapolresta, Jalan Adi Sucipto, Manahan.
Sebuah spanduk besar bertuliskan 'Sukmawati Sombong, Menolak Kebenaran, Merendahkan Orang lain' mereka bentangkan di depan Mapolresta. Saat aksi, mereka berjajar memanjang dan membelakangi Mapolresta. Sejumlah peserta meneriakkan kalimat agar Sukmawati segera diadili.
-
Kenapa Siti Purwanti meninggal? Diketahui bahwa mendiang Siti Purwanti telah lama menderita penyakit jantung dan gagal ginjal.
-
Apa yang diresmikan oleh Prabowo Subianto di Sukabumi? Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto meresmikan lima titik sumber air di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (30/12/2023).
-
Mengapa Susi Pudjiastuti bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Mengapa Stupa Sumberawan penting? Stupa melambangkan nirbana (kebebasan) yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa dharma yang diajarkan Guru Agung Buddha Gautama. Nirbana juga menjadi tujuan setiap umat Buddha.
-
Apa profesi suami Siti Purwanti? Terungkap bahwa Patrice Bouttier, seorang pria asal Perancis, adalah seorang koki di salah satu hotel bintang lima dan telah menekuni bidang kuliner selama 30 tahun.
-
Kapan para pemuda menculik Sukarno? Tanggal 16 Agustus, Pukul 03.00 WIB, Para Pemuda Menculik Sukarno di Rumahnya Untuk mengelabui Jepang, Sukarno disuruh mengenakan seragam tentara PETA.
Divisi Hukum DSKS, Endro Sudarsono mengatakan, puisi yang dibacakan Sukmawati telah melanggar KUHP Pasal 156 A terkait dengan penodaan agama. Yang menjadi fokus persialan dalam puisi tersebut, menurut Endro, adalah membandingkan konde dengan cadar, kemudian adzan dengan kidungan.
"Kami menilai ini melecehkan adzan dan cadar, karena perbandingan atau pertentangan ini konotasinya negatif. Untuk permintaan maaf kita maafkan, tapi karena kita negara hukum, proses hukum harus berlanjut," ujar Endro.
Untuk itu, lanjut Endro, melalui Polresta Surakarta, pihaknya menyampaikan surat kepada Kapolri sebagai bentuk dukungan adanya proses hukum terhadap Sukmawati. DSKS, tandas Endro meminta Kapolri segera memeriksa semua pelapor, memanggil saksi-saksi terkait dan mengumpulkan barang bukti.
"Kami juga meminta agar Kapolri memanggil saksi ahli yang berkompeten baik dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), ahli bahasa, maupun ahli pidana. Melakukan gelar perkara secara jujur, independen dan profesional dan jika telah memenuhi unsur pasal yang disangkakan, mohon Kapolri segera mlaku penahanan kepada Ibu Sukmawati," tegasnya.
Baca juga:
Demo puisi Sukmawati, massa aksi mulai bergerak ke Bareskrim
6.500 Personel TNI-Polri disiagakan kawal aksi desak tangkap Sukmawati ke Bareskrim
Hasto: Sukmawati menyatakan puisi 'Ibu Indonesia' tanggung jawab pribadi
Diperiksa polisi, pelapor bawa video saat Sukmawati baca puisi
Giliran gabungan ulama Sumsel polisikan Sukmawati terkait puisi