Puluhan Mantan Napi Teroris di Tasikmalaya Deklarasi Sukseskan Pemilu 2024
Puluhan mantan narapidana teroris yang bernaung di Yayasan Ansharul Islam, Tasikmalaya, Senin (27/11), mendeklarasikan akan berperan aktif pada Pemilu 2024.
Puluhan mantan narapidana teroris yang bernaung di Yayasan Ansharul Islam, Tasikmalaya, Senin (27/11), mendeklarasikan akan berperan aktif pada Pemilu 2024.
Puluhan Mantan Napi Teroris di Tasikmalaya Deklarasi Sukseskan Pemilu 2024
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tasikmalaya Ade Hendar mengatakan bahwa pemilu adalah momen penting yang digelar lima tahun sekali. Dalam pelaksanaannya diperlukan kondisi wilayah yang kondusif, baik dari keamanan juga ketertiban.
"Kami beserta KPU (Komisi Pemilihan Umum), Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu), dan jajaran lain, mengundang para eks napiter yang menyatakan untuk mendukung dan berperan aktif dalam pelaksanaan pemilu," kata Ade kepada wartawan.
Ia menjelaskan bahwa setidaknya ada 31 mantan narapidana teroris yang ikut dalam deklarasi untuk berperan aktif dalam pemilu. "Semua warga negara pada dasarnya memiliki hak untuk melakukan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilu, termasuk para eks napiter, namun mereka sudah lama tak menggunakan hak suaranya lantaran selama ini menganggap pemilu sebagai hal yang keliru," jelasnya.
Ade mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan KPU dan Bawaslu agar para mantan narapidana teroris mendapatkan pemahaman tentang cara menggunakan hak suara dalam pemilu. Dengan pemahaman yang diberikan akan mempermudah mereka dalam pemilu.
"Kami sampaikan kepada mereka cara mengecek apakah sudah terdaftar sebagai pemilih atau belum di TPS (tempat pemilihan suara) masing-masing. Bila kemudian nanti mereka butuh informasi tambahan, KPU dan Bawaslu siap untuk memberikan informasi," ungkapnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Ansharul Islam Tasikmalaya Anton Hilman menyatakan bahwa pihaknya pernah menganggap pemilu sebagai suatu yang syirik karena kurangnya literasi. "(Menganggap) demokrasi adalah kekufuran, syirik karena kami dulu eksklusif membaca keilmuan agama hanya dari satu sumber," katanya.
Pemahaman itu pun kemudian memudar ketika ia bersama rekan-rekannya berbaur dengan banyak orang sehingga pemikirannya kian terbuka. Hal itu pun yang kemudian mendorong mereka memutuskan akan berpartisipasi dalam pemilu.
Diakui Anton, pemilu 2024 ini adalah kali pertamanya akan datang ke TPS untuk memilih. Ia pun berharap agar pelaksanaan pemilu 2024 berjalan aman tanpa kericuhan.
Anton mengajak rekan-rekannya yang masih belum sejalan untuk lebih terbuka. "Alhamdulillah sekarang saya beserta teman-teman sudah banyak membaca literasi, keilmuan makin bertambah, ternyata demokrasi itu tujuan utama NKRI," ucapnya.
"Kami juga minta semua tidak melakukan aksi teror atau kekerasan. Kita wujudkan pemilu dengan damai, sehingga demokrasi bisa terwujud dengan baik," sambungnya.
Seorang mantan narapidana teroris Gilang Taufik (36) pun menyampaikan hal serupa. Ia menyatakan bahwa ia tidak datang mencoblos ke TPS karena kurang ilmu. "Kami lebih eksklusif. Mencari ilmu dari orang yang kita inginkan," katanya.
Dengan berbagai pengetahuannya saat ini, Gilang menyebut bahwa pemilu merupakan bagian demokrasi yang harus dijalankan dan hak warga dalam menentukan pemimpin. Ia berharap teman-temannya yang masih eksklusif mau terbuka dan diskusi dengan yang lain.
Menurutnya sifat eksklusif itu akan hilang dan wawasan makin bertambah. "Sekarang kami beranggapan, pemilu harus berjalan dengan lancar. Semua rakyat harus mengerti dan berpartisipasi," pungkasnya.