Puluhan transgender minta kasus pembunuhan rekannya diusut tuntas
Puluhan transgender peringati hari Transgender Day for Remembrance (TDoR).
Puluhan transgender yang tergabung dalam komunitas Sanggar Swara, Arus pelangi dan Transmen menggelar acara peringatan Transgender Day for Remembrance (TDoR) yang jatuh pada tanggal 20 November. TDoR diperingati untuk mengenang para transgender yang dibunuh oleh orang-orang yang memiliki kebencian berlebih terhadap para transgender (transpobia).
Salah satu transgender, Kanzha Vina (22) mengatakan selain untuk mengenang para transgender yang tewas terbunuh karena tindak kekerasan, acara ini pun ditujukan untuk menggalang dukungan masyarakat terhadap para transgender.
"Untuk hari ini, kita akan mengumpulkan tanda tangan dari sekitar agar mendapat dukungan sebagai bentuk penghapusan kekerasan terhadap transgender. Kita juga nanti juga akan membakar lilin untuk mengenang teman-teman yang meninggal akibat kekerasan," kata Kanzha di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (22/11).
Pada kesempatan itu, Kanzha pun meminta kejelasan atas sejumlah kasus yang menimpa para transgender. Diantaranya, kasus pembunuhan terhadap aktivis transgender, Rita Ester di San Fransisco pada tahun 1999, kemudian pembunuhan terhadap Barbie di Taman Lawang, dan Shakira yang tewas terbunuh ditembak.
"Ya kami untuk di Jakarta sendiri ya, ada banyak salah satunya Barbie di Taman Lawang meninggal karena tidak tahu apa permasalahannya meninggal ditusuk, kemudian Shakira yang kasusnya tidak pernah selesai dan dia matinya ditembak oknum," ujarnya.
"Terus ada dua lagi teman kita yang jadi korban penembakan dan ada teman kita yang meninggal di akhir 2014," tambah Kanzha.
Banyaknya kasus kekerasan yang menimpa transgender, Kanzha pun mengajak masyarakat dan pemerintah tidak lagi melakukan diskriminasi serta memandang sebelah mata para transgender.
"Jadi mulai dari situ temen-temen mulai menggerakkan transgender lainnya untuk mengajak masyarakat agar tidak lagi melakukan kekerasan, agar tidak lagi transfobia terhadap teman-teman transgender karena di Indonesia masih sedikit sekali diberikan akses pendidikan kesehatan identitas," pungkasnya.