Rapid Test Hari ke-8, BIN Utamakan Lokasi Klaster Tertinggi Covid-19 di Surabaya
"Harapan kita ini supaya untuk mencegah penularan Covid-19,"
Badan Intelijen Negara (BIN) melanjutkan rangkaian rapid test massal Covid-19 di Surabaya. Memasuki hari ke-8, BIN melaksanakan rapid test di dua Titik di ibu kota Jawa Timur ini. Lokasi pertama di parkiran bus Wisata Religi Sunan Ampel. Sedangkan lokasi kedua berada di Terminal Keputih, Jalan Keputih, Tegal, Surabaya.
Kepala BIN daerah (Kabinda) Jawa Timur, Brigjen TNI M.Syafei mengungkapkan pihaknya telah memasuki 13 titik di wilayah Surabaya dalam pelaksanaan rapid test dan swab test. Dia berharap dengan masifnya penyelenggaraan rapid test ini dapat mencegah penularan Covid-19.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Siapa yang dinyatakan positif Covid-19 pertama di Indonesia? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bagaimana para ilmuwan mengetahui virus mana yang berbahaya? Tim peneliti menggunakan sel amoeba untuk mengetahui virus apa yang berbahaya. Dalam penelitian, tim peneliti menemukan hanya satu virus yang dapat membunuh sel amoeba yaitu ‘lytic viruses’.
-
Bagaimana para peneliti menemukan virus-virus tersebut di peternakan bulu? Tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut pengurutan metagenomik, jenis analisis yang memeriksa seluruh sampel DNA dan RNA. Tim meneliti jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan.
-
Bagaimana para peneliti menemukan virus tertua yang pernah ditemukan? Dalam sekuens mentah tersebut, mereka mencari sisa-sisa genom atau keseluruhan informasi genetik suatu organisme dari tiga jenis virus DNA: adenovirus, herpesvirus, dan papillomavirus. Dari analisis tersebut, para peneliti berhasil menemukan virus tertua yang pernah ditemukan.
"Hari ini kita melaksanakan kegiatan rapid test di Surabaya ini untuk yang ke-13 kalinya dalam 8 hari. Harapan kita ini supaya untuk mencegah penularan Covid-19," ucap Brigjen TNI M. Syafei di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/6).
Rapid test massal ini merupakan arahan langsung dari Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan guna memutus rantai penyebaran Covid-19.
Syafei mengatakan kegiatan rapid test akan terus berlangsung di ibu kota Jawa Timur sampai tanggal 10 Juni 2020. Sebab, Surabaya menjadi wilayah episentrum tertinggi kasus positif Covid-19 di Jawa Timur.
"Kita masih akan melaksanakan sampai tanggal 10, setiap hari 2 titik. Setiap hari berpindah tempat di dua titik. Kita melaksanakan kegiatan rapid ini yang menurut pemkot Surabaya bahwa daerah-daerah ini tingkat kasusnya tinggi. Kita prioritaskan di daerah yang ada klaster-klaster yang bisa membuat menyebar menjangkiti masyarakat sekitarnya lebih banyak, dengan harapan kegiatan ini bisa mengetahui siapa-siapa yang terpapar kemudian kita lokalisir," pungkasnya.
Seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Semampir, kawasan Wisata Sunan Ampel Surabaya, Tono, mengucapkan terima kasih kepada BIN yang telah menyelenggarakan rapid test Covid-19 massal secara gratis. Menurutnya, digelarnya rapid test ini, masyarakat dapat mengetahui secara pasti kondisi mereka.
"Manfaat saya rasa sangat besar sekali, karena sebenarnya masyarakat juga ingin tau bagaimana sih kondisi sesungguhnya," ucapnya.
"Saya mewakili masyarakat mengucapkan banyak terima kasih kepada jajaran BIN yang sangat peduli khususnya di wilayah kami di Semampir dengan menurunkan timnya. Sehingga banyak masyarakat yang diperiksa secara gratis karena ini pemeriksaan gratis yang dilaksanakan oleh BIN," sambung dia.
Tono punya harapan agar pelaksanaan rapid test Massal di wilayahnya bisa lebih lama, sehingga masyarakat yang mengikuti rapid test ini pun bisa lebih banyak. Dengan begitu, maka masyarakat akan lebih tau untuk mencegah penularan Covid-19.
"Harapan saya waktu yang terbatas, mohon kalau bisa dari pihak BIN dapat menambahkan waktu lagi agar permasalahan Surabaya ini bisa cepat terselesaikan, sehingga wabah ini segera berakhir," jelasnya.
Dr Sri Wulandari, salah satu dokter yang menangani rapid Covid-19 mengungkapkan, pada hari ke-8 ini, di lokasi pertama rapid test di Parkiran Bis Wisata Sunan Ampel telah melakukan rapid terhadap 824 orang. Dari total itu hasilnya 117 orang reaktif.
"Sedangkan untuk yang mengikuti swab jumlahnya 131 orang (tambahan 14 orang dari Puskesmas dan RS Paru)," ucap Dr. Wulan.
Di lokasi kedua, rapid test di Terminal Keputih, Jalan Keputih Surabaya, BIN telah melakukan rapid test terhadap 739 orang. Dari jumlah itu, hasilnya 62 orang reaktif. Di lokasi ini tidak ada tambahan rujukan pasien yang mengikuti swab test.
Kegiatan rapid test massal ini didukung tenaga medis, analis laboratorium dan tenaga pedukung sebanyak 40 orang dari Jakarta dan dibantu 20 anggota Binda Jatim. Satgas lawan Covid-19 BIN membawa langsung Mobil Laboratorium COVID-19, ambulans dan peralatan pendukung lainnya di kota Surabaya dan sekitarnya. Mobil Laboratorium ini, merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) mobil laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) yang bersertifikat internasional pertama di Indonesia.
Dalam rapid test ini, BIN menyiapkan 1.000 - 3.000 alat rapid test beserta 2 mobil lab untuk test PCR atau swab test setiap harinya. Swab test ini diperuntukan bagi warga yang reaktif (positif) Covid-19. Mobile Lab dari BIN ini dapat mengambil 300 sampel per harinya. Adapun hasil swab test bisa diketahui hanya dalam 2,5 jam.
(mdk/ray)