Rawon bakal jadi saingan rendang di ajang MEA
Soekarwo berharap melalui MEA, rawon dapat menjadi komoditas ekspor yang di pasarkan di seluruh dunia
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mengatakan masakan rawon akan menjadi saingan untuk rendang dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal itu karena rawon akan menjadi unggulan di tempat lainnya.
"MEA akan menjadi peluang bagus untuk kita, termasuk produk kultural kita yang akan bisa menang di tempat lain, seperti masakan rawon yang akan menjadi menu favorit seperti masakan rendang di tingkat internasional, namun untuk rujak cingur saya kira masih belum," katanya di sela Pameran Karya Cipta Siswa SMK/Mahasiswa dan Job Matching di Surabaya, Kamis (17/9).
Setelah membuka pameran itu, Gubernur yang akrab disapa Pak De Karwo itu mengatakan pihaknya menginginkan masyarakat memproduksi ekstrak bumbu-bumbu masakan khas Indonesia, seperti rawon kualitas ekspor agar bisa dipasarkan ke seluruh dunia dengan memanfaatkan momen MEA.
"Untuk mendukung itu semuanya saya katakan siklus dalam daya saing industri harus didukung dengan tiga hal, yaitu sumber daya manusia, pembiayaan, dan pasar, jika semua hal tersebut dibenahi maka perekonomian kita semakin meningkat, terlihat dari sekarang 20,6 persen pasar dalam negeri dari Jatim," tuturnya.
Menurut dia, lebih dari seperlima pasar dalam negeri dikuasai oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan industri Jatim, jika ini dibenahi dengan standar internasional melalui kerja sama dengan pemerintah luar negeri, seperti Osaka, Jepang, German, Australia, dan lainnya, maka produk Jatim akan semakin dikenal di pasar global.
Selain itu, ia menambahkan potensi perikanan dan kelautan di Jatim sebelah utara hanya 35-40 persen, tetapi 80 persennya ikan diambil di laut utara dengan rincian 60 persen ada di pantai selatan, padahal memiliki potensi ikan yang banyak, namun terhalang oleh teknologi.
"Saya berharap sektor perdagangan, baik ekspor impor ke luar negeri maupun perdagangan antarpulau menjadi satu kesatuan memiliki nilai surplus, apabila tidak maka sama dengan kondisi defisit neraca berjalan mengganggu rupiah," ucapnya.
Untuk memperkuat industri sebagai tulang punggung dari ekonomi, maka industri harus memberikan nilai tambah primer, seperti hasil pertanian diolah, yang kemudian olahan menjadi produk.