'Ruang tamu' Indonesia malah kerap mati lampu
Bandara di Indonesia kerap alami mati lampu. Pemerintah janji benahi karena bisa membahayakan penumpang.
Menyandang status Bandar Udara Internasional, Soekarno-Hatta, di Cengkareng, Banten, perlu terus berbenah diri. Sebab, fasilitas bandar udara kerap disebut 'ruang tamu' sebuah bangsa. Sebab orang asing pertama kali menginjakkan kaki di sana. Kesan terhadap sebuah negara, akan tercermin dari kondisi bandara.
Celakanya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta dua tahun terakhir kerap mengalami gangguan listrik dan radar. Hal ini bukan cuma mengurangi kenyamanan, tapi sudah membahayakan keamanan penumpang.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Dimana Bandara Kertajati berada? Bandara Kertajati siap beroperasi penuh 29 Oktober mendatang. Mulai 29 Oktober mendatang seluruh penerbangan domestik dan internasional di Jawa Barat akan dipindahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka secara penuh.
-
Bagaimana bandara Lolak diresmikan? Peresmian ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat tipe DHC-6 Twin Otter maskapai SAM Air sekitar pukul 15.52 WITA.
-
Kapan Bandara Ngebul di Salatiga mulai ramai? Disebutkan bahwa pendaratan itu banyak berlangsung di medio 1940-an.
-
Di mana radar LARID ditempatkan? Radar LARID, yang dibangun di Pulau Hainan pada tahun lalu, memiliki jangkauan deteksi hingga 9.600 km, memungkinkan China menjadi negara pertama yang mampu mendeteksi gelembung plasma menggunakan radar.
-
Di mana Bandara Panua Pohuwato terletak? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
Listrik yang mati serta gangguan radar, menyebabkan kekacauan terjadi di bandara. Hal ini pernah terjadi Desember tahun lalu menyebabkan chaos di Bandara. "Bukan radarnya tapi sistemnya, karena tidak ada pasokan listrik jadi pengoperasian Jakarta Automatic Air sistem (JAAS) nya tidak berjalan," ujar Humas Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan, kepada merdeka.com, Minggu (16/12)
Saat itu, bandara mengalami dua kali padamnya listrik, yakni sekitar pukul 16.50 WIB dan pukul 17.10 WIB. Akibatnya sejumlah penerbangan di bandara Soetta sempat mengalami kekacauan. "Jam 19.00 WIB tadi radarnya sudah operasi sudah diperbaiki, jadi sudah tidak ada masalah," tandasnya.
Ironisnya, persoalan byar-pet listrik ini dialami bandara lain. Tengok saja peristiwa serupa di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, di mana aliran listrik padam menyebabkan radar Bandara mati selama hampir 40 menit.
Kendati tidak sampai menyebabkan terganggunya jadwal penerbangan di Bandara internasional tersebut, namun Asisten Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, Faizal Indra Kusuma mengatakan, Air Traffic Control (ATC) segera melakukan panduan secara manual, sehingga tiga pesawat yang akan mendarat bisa segera dipandu dan mendarat dengan baik.
Berbeda dengan kejadian di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, sebanyak lima pesawat mengalami penundaan (delay) karena penutupan Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo akibat kerusakan radar navigasi.
Walau tim Angkasa Pura mampu memperbaiki kerusakan radar navigasi tersebut, penutupan bandara sempat terjadi sekitar satu jam. "Penutupan bandara terjadi antara pukul 07.00 WIB hingga pukul 07.55 WIB," kata Humas PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Firstson Mansyur, Jumat (15/6).
Berkali-kali bandara internasional mengalami gangguan, Menteri Perhubungan EE Mangindaan memprioritaskan kerjanya di awal 2013 dengan mengawal perbaikan sistem radar di Bandara, utamanya Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Alat Uninterruptible Power Supply (UPS) baru sudah didatangkan dari Jerman guna menangani persoalan radar di bandara tersebut.
"Kalau Soekarno Hatta 2013 jangan tanya soal radar harus selesai, awal tahun ini harus terpasang semuanya dengan layer-layernya, lapisannya, jangan sampai terjadi seperti kemarin (mati). Angkasa Pura saya minta serius," ujarnya di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (2/1).
Pembelian alat itu sudah tuntas dilakukan. Menhub yakin UPS ini akan menjadi solusi sistem kelistrikan radar Soekarno-Hatta. Dari kajian timnya, sistem lama tidak menerapkan jaringan paralel, sehingga kesulitan diperbaiki ketika terganggu.
"Listrik mati karena (jaringan lama) tidak paralel yang main seri. Dengan datang (UPS) yang baru dan lebih canggih sehingga lebih teratasi masalah itu," tegasnya.
Selain itu, pemerintah juga memutuskan untuk memisahkan layanan navigasi dan radar bandara dari Angkasa Pura. Tugas tersebut menjadi tanggung jawab Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI).
Mantan Direktur Navigasi Kementerian Perhubungan Ichwanul Idrus, yang dilantik menjadi Direktur Utama Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) pada Rabu (16/1), mengaku siap mengundurkan diri atau diberhentikan bila terjadi insiden akibat kesalahan pada pengaturan sistem navigasi bandara pada masa kepemimpinannya.
Selang beberapa minggu pelantikannya, kerusakan radar kembali terjadi dan mengakibatkan puluhan penerbangan mengalami penundaan. Namun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menanggapi santai kerusakan radar atau Air Traffic Control (ATC) yang terjadi pada Jumat (8/2) malam.
Bahkan, Dahlan menyebut sudah ada kemajuan di bidang ATC yang saat ini tidak lagi dikelola oleh Angkasa Pura II, namun dikelola oleh Perum LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia).
"Yang penting ada kemajuan sekarang dan segera baik dengan cepat, dan kita tidak mengorbankan keselamatan," ucap Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (12/2).
Dahlan mengaku sempat mengunjungi Bandara Soekarno Hatta ketika radar bandara mati beberapa waktu lalu. Namun Dahlan memutuskan tidak masuk ke ruangan ATC karena hanya akan membuat 'keributan' dan tidak menyelesaikan masalah.
"Saya ke sana sudah masuk tempat parkir. Tapi saya kalau naik tambah itu masalah elektronik perlu konsentrasi, jadi saya tidak jadi naik," jelas Dahlan.
Dahlan tetap mengapresiasi Perum LPPNPI yang bisa menyelesaikan masalahnya dengan cepat. "Bisa diatasi dengan cepat kan. Juga kalau saya naik tidak bisa membantu mereka," singkatnya.
Guna meningkatkan kinerjanya, Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Air Navigation Indonesia (AirNav) berinvestasi Rp 40 miliar lebih untuk membangun dua radar di Sulawesi.
Radar tersebut akan ditempatkan di Manado dan Kendari sebagai pemasok data yang membantu keselamatan penerbangan di wilayah udara sekitar Sulawesi.
Distrik Manager AirNav Indonesia Cabang Sulawesi Utara Harry Cahyono mengatakan pembangunan radar itu merupakan program perseroan untuk mengganti radar lama yang termakan usia. Selain itu, kemampuan radar pemasok data itu ditingkatkan sehingga keselamatan penerbangan juga semakin baik.
"Di Manado di Wakawembeng dan satu lagi Kendari. Memang sudah harus diganti karena sudah 10 tahun lebih. Pembangunan fisik yang dikerjakan oleh pihak kedua akan selesai pada Juni 2014," ujarnya," Kamis (21/11).
Saat ini AirNav di Wilayah Timur Indonesia memiliki sekitar 13 radar yang berfungsi menjadi navigator penerbangan pesawat, baik domestik ataupun luar negeri. Penerbangan dari dan menuju Makassar merupakan salah satu tersibuk sehingga harus didukung dengan radar yang lebih baik.
AirNav merupakan BUMN yang dibentuk Berdasarkan PP 77/2013 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI). Sebelumnya, pengaturan navigasi penerbangan dilayani oleh Angkasa Pura.
Sejauh ini, AirNav Indonesia memiliki 25 cabang di seluruh Indonesia. Pendapatan perseroan terutama berasal dari layanan jasa navigasi kepada setiap pesawat yang melintasi wilayah udara yang dilayani perseroan. Maskapai domestik dikenai Rp 1.000 per km, sedangkan internasional USD 62 per km.
(mdk/ard)