Sampah TPA meluber ke perumahan, warga ancam angkut sampah ke kota
Bentuk protes warga dilampiaskan dengan mendorong sampah-sampah itu ke badan jalan sehingga akses jalan tertutup.
Warga di Jalan Borong Jambu, Antang Kecamatan Manggala, Makassar memprotes sampah-sampah yang meluber hingga kawasan pemukiman mereka. Padahal sedianya sampah-sampah busuk itu diteruskan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang terdapat di Jalan Borong Jambu itu juga, jaraknya sekira 1 kilometer dari rumah warga.
Menurut warga, pengelola TPA Antang tidak becus mengelola mengakibatkan mobil-mobil truk sampah hanya antre di depan pintu utama masuk TPA itu. Tidak ada kegiatan penurunan sampah dari truk sehingga sampah pun mencapai pemukiman warga.
Bentuk protes warga dilampiaskan dengan mendorong sampah-sampah itu ke badan jalan sehingga akses jalan warga tertutup, Kamis, (24/12).
"Kalau Wali kota tidak turun tangan sesegera mungkin, kami akan angkut sampah sekalian masuk kota," tutur Ningsih (41), ibu rumah tangga warga di Jalan Borong Jambu itu dengan nada kesal.
Kata Ningsih, saat penilaian Adipura berlangsung saja, truk-truk sampah itu keluar masuk dengan tertib melakukan kegiatan bongkar sampah. Usai penilaian Adipura dan Kota Makassar berhasil meraih penghargaan, keruwetan pengelolaan sampah ini terjadi lagi.
Rismal (26) juga warga Jalan Borong Jambu mengatakan, mobil-mobil truk antre di pintu utama masuk TPA sampah. Lalu kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) melakukan kesepakatan dengan pemilik lahan kosong di samping rumahnya menjadi pintu masuk alternatif menuju TPA. Dengan catatan satu mobil dikenai biaya masuk Rp 5.000.
"Kepala UPTD ini membuat kesepakatan tanpa persetujuan warga sekitar lainnya. Al hasil, truk-truk sampah juga ngantre depan rumah bahkan ada sampah yang dibongkar depan rumah. Sementara fasilitas eskavator di TPA hanya satu yang berfungsi. Bisa menumpuk sampah ini depan rumah," kata Rismal.
Adapun Daeng Sakka, selaku kepala UPTD TPA Antang yang dikonfirmasi mengaku pihaknya memang sedikit kewalahan menangani sampah-sampah tersebut di tengah kekurangan fasilitas khususnya eskavator sebagai pendukung utama penertiban tumpukan sampah di TPA ini.
Menurutnya, volume sampah-sampah warga Kota Makassar bertambah di musim hujan. Rata-rata 800 ton per hari, sebelumnya hanya sekira 700 ton per hari. Akibatnya, zona darurat dalam TPA ini juga dipenuhi sampah karena zona aktif sudah padat.
Menurut Daeng Sakka, masalahnya ada pada akses jalan masuk ke titik pembuangan dan fasilitas eskavator yang sangat minim. Karena musim hujan ini, kata Daeng Sakka, jalan menjadi licin, masih tanah dan berlumpur. Belum dibeton. Sehingga mobil truk sampah kesulitan masuk. Akhirnya sampah ditumpuk di bagian depan hingga ketinggiannya saat ini mencapai tujuh meter.
Disusul volume sampah terus bertambah sehingga mobil-mobil truk terpaksa antre untuk bongkar muat karena menunggu eskavator mendorong sampah masuk ke dalam. Sementara fasilitas eskavator yang tersedia sangat minus.
"Kita punya tiga eskavator. Tapi satu sudah rusak jadi sisa dua unit yang digunakan. Hanya saja dua eskavator ini juga sudah tidak bisa maksimal kerja karena usia sudah tua. Sehingga sampah pun terus menumpuk," jelas Daeng Sakka.
Kepada UPTD TPA Antang ini berharap warga bisa sedikit bersabar karena siang tadi sudah tiba bantuan dari wali kota berupa satu unit eskavator. "Kita sudah menghentikan truk-truk sampah mendrop sampah melalui pintu alternatif dari lahan yang dipinjamkan warga. Kita juga sudah berusaha maksimal dengan menggunakan eskavator itu untuk mendorong sampah masuk lebih dalam agar truk-truk sampah ngantre di pintu masuk dan segera melakukan bongkar muat sehingga bisa kembali ke kota menjemput sampah," jelasnya.