Santap menu syukuran 7 bulanan, 96 orang keracunan di Sukabumi
Warga mengalami muntah-muntah, kepala pusing hingga pingsan.
Sebanyak 96 warga Kampung Ciendog, Kelurahan Deyeuhluhur, Kota Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan keracunan usai menyantap makanan yang dihidangkan saat hajatan 7 bulanan. Mereka dibawa ke Rumah Sakit Daerah R Syamsudin SH karena mengeluh pusing dan muntah-muntah.
"Dari total 96 orang yang mendapatkan perawatan dari kami, 43 orang harus dirawat inap, 31 orang pulang, 12 orang diobservasi dan sisanya hanya mengalami pusing saja dan sudah sembuh," kata Humas RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi Joni Setiawan kepada Antara, Minggu (2/3).
Menurut Joni, warga yang mengalami gejala keracunan ini pada umumnya muntah-muntah, pusing bahkan ada yang tidak sadarkan diri karena mual. Tetapi kini, kata dia, sebagian warga kondisinya sudah mulai membaik. Warga yang daya tahan tubuhnya sudah normal diizinkan pulang oleh dokter.
Lebih lanjut, mereka yang diharuskan menjalani rawat inap karena kondisinya kritis dan harus diinfus sebab banyak kekurangan cairan sehingga tubuhnya menjadi lemas.
RSUD juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi untuk mencari tahu penyebab keracunan masal ini.
"Para korban keracunan makanan ini mayoritas dewasa, walaupun sebagian ada anak-anak. Mereka yang terpaksa dirawat inap karena kondisi tubuhnya masih sangat lemah, sehingga mereka harus mendapatkan perawatan intensif dari medis," tambahnya.
Sementara itu salah seorang warga korban keracunan Baed, mengaku mengalami gejala keracunan sekitar pukul 19.00 WIB Sabtu (1/3), atau 6-8 jam setelah dirinya memakan santapan dari acara selamatan tujuh bulanan yang digelar warga sekitar rumahnya.
"Saat Maghrib menjelang Isya saya tiba-tiba pusing, mual dan muntah-muntah yang kemudian saya langsung dibawa ke rumah sakit, ternyata di rumah sakit sudah banyak tetangga yang juga mengalami gejala seperti saya ini," kata Baed.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Sukabumi sudah mengambil sample makanan yang dimakan warga pada acara tersebut dan mendata jumlah warga yang mengalami keracunan. Namun, belum diketahui sumber penyebab keracunan makanan tersebut, karena masih dalam penelitian.