Satu bulan ikut Gafatar, Abdul ogah balik sama keluarga
Selama ikut Gafatar Abdul bekerja sebagai petani.
Abdul Wahid (44) terlihat lelah setiba di Balai Dinsos Jabar, Kota Cimahi. Tatapannya seolah kosong. Sembari menanti panggilan dari petugas untuk menghuni kamar, pria asal Cirebon itu sesekali melihat handphone pribadinya.
Abdul Wahid adalah salah satu dari 192 orang yang pernah terlibat organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Kini, pria yang berdomisili di Tangerang itu akan dibina oleh Pemprov Jabar setelah sebulan lamanya tinggal di Kalimantan bersama organisasinya itu.
"Saya sudah satu bulan di sana sama Gafatar," katanya pada merdeka.com, di gedung Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Dinsos Jabar, Kota Cimahi, Selasa (26/1).
Satu bulan di sana nyatanya membuat Abdul kerasan. Buktinya jika disuruh memilih ia tidak ingin kembali ke rumah bersama keluarganya, melainkan ingin ke Kalimantan untuk hidup.
"Saya sudah enak di sana, enggak mau balik. Saya ngerasa sudah kaya kampung halaman," ujarnya tanpa menyebut alasan kerasan tinggal di Kalimantan.
Saban hari Abdul yang sebelum bergabung dengan Gafatar adalah kuli bangunan, di sana bekerja sebagai petani. Aktivitas di sana menurutnya jauh lebih menyenangkan. Kebersamaan yang dijalin bersama individu lainnya kata dia sangat menyenangkan.
"Saya tani di sana. Setiap hari dapat uang sekitar Rp 75 ribu. Cukup sih," ungkapnya. Menurutnya keadilan dan kesejahteraan yang diamanatkan dalam Pancasila justru terasa. "Saya merasa di sana sejahtera."
Tapi jika bicara agama dia tak menampik ada yang bertentangan dengan orang mayoritas muslim lainnya. Semisal tidak mewajibkannya salat bagi umat Islam. "Memang ke arah sana (enggak salat). Tapi saya belum dapat pemahaman sampai sana, karena baru satu bulan. Kalau yang lain ada yang sudah dari Agustus tahun lalu," ungkapnya.
Abdul pun kini hanya pasrah. Dia siap dibina jika memang pemerintah punya pandangan lain soal Gafatar. "Saya di sini aja ikut apa yang diperintahkan. Kalau sudah dibina saya balik sama istri dan anak," jelasnya sembari mengeluh akan bekerja apa selepas dibina.
Baca juga:
Kapolri sebut pimpinan Gafatar bisa masuk pidana penipuan
Mensos minta Pemda kawal eks Gafatar pulang ke kampung halaman
Pemerintah jamin relokasi eks Gafatar berjalan lancar
192 Eks Gafatar tiba ditampung di gedung Dinsos Jawa Barat
Kloter pertama, 192 eks Gafatar ditampung dan dibina Dinsos Jabar
MUI Pusat segera keluarkan fatwa soal Gafatar
400 Eks Gafatar asal Jawa Barat akan dipulangkan
-
Kapan warga Kampung Adat Lebak Bitung menumbuk padi? Menariknya, padi yang ditumbuk adalah yang disimpan di leuit berusia empat sampai enam tahun dan masih sangat baik untuk dikonsumsi.
-
Kapan Burung Enggang Gading dinyatakan punah? Burung Kuau Bergaris Ganda, bagian dari genus Argusianus, dikenal hanya melalui beberapa bulu yang ditemukan dan dikirim ke London untuk diteliti. Hingga kini, keberadaan burung ini tidak pernah terungkap di alam liar. Berdasarkan hasil penelitian, burung ini dinyatakan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), menambah daftar panjang spesies Indonesia yang telah lenyap.
-
Kenapa pondok perambah hutan dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Dimana pondok perambah hutan dibakar? Pondok pertama ada di koordinat 0.241583 S, 101.912962 E.
-
Kapan Putri Gading meninggal? Kerangka ini ditemukan di Sevilla, Spanyol. Kerangka manusia berusia 5.000 tahun ditemukan di Sevilla, Spanyol.
-
Kenapa Waduk Gajah Mungkur dibangun? Waduk ini dibangun pada tahun 1978 dengan maksud untuk menyediakan sumber daya air bagi irigasi, perikanan, dan energi listrik.