Satu keluarga di Sulawesi Selatan hilang 8 bulan diduga ikut Gafatar
Komunikasi dengan keluarga terakhir dilakukan sekitar bulan Mei tahun lalu.
Organisasi terlarang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ternyata hidup di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel). Di antara korban dari daerah ini, adalah Andi Muliani (23) dan suaminya, Burhan Faisal.
Keduanya merupakan warga Kabupaten Luwu, Kecamatan Palopo Selatan. Bahkan sudah sejak Mei 2015 dinyatakan oleh keluarganya. Akhirnya keduanya dilaporkan hilang oleh kakak Andi Muliani, bernama Andi Besse (25) ke Polres Luwu.
Andi Besse melaporkan adik berikut iparnya itu hilang bersama anaknya yang saat itu masih berusia kurang lebih setahun itu. Andi Besse bersama keluarga besarnya yakin adiknya menghilang karena ikut bergabung di Gafatar.
Andi Besse meyakinkan kalau adiknya bergabung dalam Gafatar. Sebab, tahun 2012 lalu, dirinya juga sempat masuk ke Gafatar atas ajakan Andi Muliani. Belakangan juga diketahui kalau Burhan Faisal juga anggota Gafatar dengan adiknya.
"Saya sendiri hanya seminggu bergabung dalam organisasi Gafatar karena menemukan kejanggalan yakni dilarang berhijab, diminta buka jilbab," kata Andi Besse saat dikonfirmasi, Selasa (12/1).
Guru SD ini sempat meminta Andi Muliani untuk keluar dari organisasi itu. Sayangnya, adiknya masih nekat lanjut bersama Burhan Faisal.
Andi Besse sendiri tertarik masuk Gafatar tahun 2012 itu karena melihat aksi sosial Gafatar yang cukup menempuh rasa kemanusiaan. "Saat itu saya diajak Andi Muliani adik saya hadiri acara donor darah di Palopo. Saya pikir bagus juga ini organisasi karena kegiatannya adalah aksi-aksi sosial. Tapi belakangan saya tahu kalau ada yang salah dari organisasi ini lantaran diminta buka jilbab," tutur Andi Besse.
Lebih rinci soal adiknya ini, Andi Besse mengatakan, mereka empat bersaudara. Dia sendiri anak pertama sementara Andi Muliani anak kedua.
Terkait kronologis adiknya hilang, Andi Besse menceritakan, Andi Muliani pamit ke keluarga untuk berangkat ke Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan alasan suaminya pindah tugas. Sekitar bulan Mei 2015 sempat kontakan dan pembicaraan terakhir saat itu, Andi Muliani kembali minta izin untuk berangkat ke Berau, Kalimantan Timur alasannya suami pindah tugas lagi.
"Sejak saat itu Andi Muliani dan suaminya tidak bisa lagi dihubungi. Nomor-nomor telepon yang pernah digunakannya sudah tidak aktif. Seolah adik saya ini raib begitu saja selama delapan bulan ini," tutur Andi Besse.
Berbulan-bulan keluarga mencoba menelusuri keberadaan Andi Muliani baik melalui media sosial maupun ke keluarga suaminya yang berasal dari Bulu Poddo, Sinjai Utara, Sulsel.
"Keluarga ipar mengaku tidak tahu apa-apa. Sampai akhirnya kami melihat pemberitaan di media tentang orang-orang yang hilang karena bergabung dalam organisasi Gafatar itu. Lalu kami pun melaporkan adik kami dengan harapan dia bisa ditemukan bersama keluarganya," pungkas Andi Besse.
Sementara itu, Kapolres Luwu AKBP Adex Yudiswan mengatakan pihak segera menelusuri kemungkinan adanya organisasi Gafatar wilayah operasinya. Langkah ini sekaligus menanggapi laporan Andi Besse.
"Saya saat sementara berada di atas gunung, ada pelantikan lurah. Terkait laporan itu, saya akan telepon Kasat Reskrim saya untuk mengecek masuknya laporan tersebut apakah benar sudah masuk apa belum. Dan besok pagi saya akan mulai kumpulkan data baik dengan dukungan teknologi maupun dari data-data profil warga yang dilaporkan hilang itu," kata AKBP Adex Yudiswan.