Sedekat Apa Moeldoko dengan Al-Zaytun?
Moeldoko meminta kedekatan tersebut jangan diartikan macam-macam. Menurutnya kedekatan itu justru membawa keuntungan untuk memantau Al-Zaytun.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat suara terkait kedekatannya dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun. Dia mengakui dekat dengan Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang.
"Ya biasa aja. Kan kita itu harus pandai membangun. Apalagi tugasnya kepala KSP harus pandai berkomunikasi dengan siapapun," tegas Moeldoko, di Istana, Jakarta, Senin (26/6).
-
Apa yang diberikan oleh Perindo ke Ponpes Al Islah? Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo Memberikan bantuan Puspestren (Pusat Kesehatan Pesantren) kepada Ponpes Al Islah, Jatireja, Subang, Jawa Barat, yang diterima langsung oleh Kyai sepuh pendiri Ponpes Abah KH Usfuri Anshori.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Bagaimana Pondok Pesantren Al Hamdaniyah Siwalanpanji mempersiapkan para santrinya? Mereka juga dibekali kemampuan bahasa Arab dan Inggris melalui keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) Bahasa yang berada di lingkungan ponpes.
-
Apa yang menjadi pembeda utama Pondok Pesantren Al Fatah dengan pondok pesantren lainnya? Secara umum, Pondok Pesantren Al Fatah tidak terlalu berbeda dengan pondok pesantren NU dalam tradisi keagamaan. Pondok Pesantren Temboro mengikuti Syafi'iyah dalam fikih, Asy'ariyah dalam akidah, serta Naqsyabandiyah dalam tarekat.Pembeda utama Al Fatah dengan pondok pesantren lain yakni pada ikatan kuatnya dengan Jemaah Tabligh.
-
Kenapa Perindo memberikan bantuan Puskestren ke Ponpes Al Islah? Diharapkan Puskestren ini dapat memberikan layanan kesehatan yang layak bagi warga pesantren dan sekitarnya.
Moeldoko meminta kedekatan tersebut jangan diartikan macam-macam. Menurutnya kedekatan itu justru membawa keuntungan untuk memantau Al-Zaytun.
"Konteksnya komunikasi politik, komunikasi publik dan seterusnya. Jadi jangan terus diartikan macam-macam. Dan semakin saya bisa dekat dengan pak Panji Gumilang kan saya bisa makin melihat apa yang dia akan lakukan," ujarnya.
Moeldoko mengaku sudah pernah ke Al-Zaytun sejak menjadi Pangdam Siliwangi pada tahun 2010-2011. Hubungan itu terus berlanjut sampai menjadi kepala staf kepresidenan.
"Saya dua kali. Waktu (masih) pangdam dulu ya. Pangdam sekali. Berikutnya waktu (jadi) KSP saya ke sana," katanya.
Moeldoko ke Al-Zaytun untuk memberikan ceramah kebangsaan. "Pernah. Kasih ceramah. Kasih ceramah kebangsaan di sana," sebutnya.
Dua Kali Isi Ceramah di Al-Zaytun
Selanjutnya, Moeldoko mengaku sudah dua kali ke Ponpes Al Zaytun untuk mengisi ceramah kebangsaan.
"Pernah, ngasih ceramah. Ngasih ceramah kebangsaan di sana," ujar Moeldoko.
Dia mengaku tak mengetahui secara jelas apa yang terjadi di Ponpes Al Zaytun, termasuk ada atau tidak dugaan ajaran menyimpang. Namun, Moeldoko melihat nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila selalu dibicarakan di Ponpes Al Zaytun.
"Tapi yang saya lihat bahwa norma-norma apa itu, kebangsaan berjalan di sana. Indonesia Raya selalu dinyanyikan," jelasnya.
Mantan Panglima TNI itu mengatakan dirinya sudah beberapa kali berkunjung ke sejumlah pondok pesantren. Menurut dia, persoalan kebangsaan di Ponpes Al Zaytun sangatlah kental.
"Ya lingkungannya (di Al Zaytun) berjalan seperti biasa ya. Lingkungan biasa. Karena saya sering masuk ke pesantren-pesantren ya seperti itu. Hanya yang saya lihat persoalan-persoalan kebangsaannya itu kental ya di sana (Al Zaytun)," kata dia.
Jangan Terburu-buru Menghakimi Al-Zaytun
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai tidak perlu buru-buru menghakimi Pondok Pesantren Al-Zaytun dengan mencabut izinnya. Menurut Moeldoko perlu didalami lebih dahulu dugaan ajaran menyimpang di Ponpes yang dipimpin Panji Gumilang.
"Itu jangan buru-buru ke sanalah. Dicek dulu. Makanya mendalami. Bahasa mendalami tadi kan presiden, perlu semua mendalami. Sesuai domain, tupoksinya masing-masing," ujar Moeldoko di Istana, Jakarta, Senin (26/6).
Menurut Moeldoko, Pemda bisa menangani bila ada masalah ideologi. Bila diduga terlibat ajaran radikalisme, BNPT bisa turun tangan.
Namun, bagaimana tindakan yang harus diambil, perlu dilihat hasil pendalaman terhadap Ponpes Al-Zaytun tersebut. Hukumannya tidak harus dicabut, bisa penegakan hukum atau pembinaan saja.
"Jadi kalau semua badan-badan itu bekerja, yang mendalami semuanya, kalau terjadi sesuatu seperti apa, serahkan nanti apakah itu sifatnya pembinaan, apakah itu sifatnya law enforcement. Nah itu pilihannya," ujar Moeldoko.
Mantan panglima TNI ini enggan menilai apakah Ponpes Al-Zaytun ada ajaran menyimpang. Ia hanya mendorong perlu adanya pemeriksaan yang mendalam dan intens.
"Kalau hanya sekilas kan saya engga ngerti. Bagaimana yang sesungguhnya itu apa, perlu adanya badan yang intens melihat itu sehingga nanti kesimpulannya tidak salah. Jangan membuat kesimpulan atas isu yang berkembang wah repot nanti," pungkasnya.
Tak Terima Dituding Beking Ponpes Al-Zaytun
Namun dengan tegas Moeldoko membantah membekingi Ponpes yang menjadi sorotan karena diduga ada ajaran menyimpang.
"Emang preman kok jadi beking. Itu yang ngomong itu suruh sekolah dulu itu, biar pinter dikit," ujar Moeldoko.
Kata dia, sebagai kepala staf kepresidenan memang harus membangun komunikasi yang baik dengan siapa pun
"Memang kenapa? Tidak boleh apa deket?" kata Moeldoko.