Sekjen PDIP Nilai Tragedi Kudatuli Harusnya Pelanggaran HAM Berat
Menurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.
PDIP bakal konsisten memperjuangkan pengungkapan Tragedi Kudatuli
Sekjen PDIP Nilai Tragedi Kudatuli Harusnya Pelanggaran HAM Berat
"Meskipun Komnas HAM menyatakan hanya ada lima korban, tetapi dalam suatu komunikasi spiritual yang kami lakukan sebagai bangsa yang punya cara-cara untuk berkomunikasi dalam arus spiritual itu, paling tidak ada 104 korban hilang," kata Hasto.
- 36 Tahun Tragedi Bintaro, Cerita Kelam yang masih Menyisakan Duka Mendalam
- Tragedi Kebakaran Saat Pernikahan di Irak, "Kami Mati Rasa, Kami Merasa Hampa"
- Tragis! Pemuda Tewas Tertusuk Pisau Saat Tawuran, Sempat Minta Doa & Live IG saat Penyerangan
- PDIP Maknai Tragedi Kudatuli: Gerakan Arus Bawah Melawan Rezim yang Sangat Otoriter
Hasto menilai, harusnya pemerintah mampu mengungkap aktor intelektual yang terlibat dalam peristiwa Kudatuli. Agar, kata dia bangsa Indonesia belajar dari lalu.
Menurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.
"Karena itulah menjadi momentum yang penting. 27 Juli (1996) suka tidak suka, itu jadi gerbang demokratisasi di Indonesia," kata Hasto.
merdeka.com
Hasto menyebut, PDIP bakal konsisten memperjuangkan pengungkapan Tragedi Kudatuli.
Sebab, kata dia, PDIP percaya bahwa kebenaran lah yang pada akhirnya akan tetap menang.
"Meskipun kita menghadapi tembok yang sangat tebal sekali pun, yang mencoba menutupi sisi gelap masa lalu. Kami terus berjuang, tidak pernah menyerah," kata Hasto.
merdeka.com
Pada diskusi ini hadir sebagai pembicara Aktivis HAM sekaligus Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid dan sejarawan Bonnie Triyana. Selain itu, ada pula pihak penanggap yaitu saksi peristiwa 27 Juli 1996 sekaligus politikus PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning. Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bertindak sebagai moderator.
Tanggal 27 Juli dikenang sebagai hari untuk peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) tahun 1996. Kala itu terjadi peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat. Penyerangan dilakukan oleh oknum berkaos merah yang diduga merupakan massa pendukung Soerjadi. Peristiwa tersebut menandai terbentuknya PDI Kubu Drs. Soerjadi dan PDI Kubu Megawati Soekarnoputri. Peristiwa Kudatuli tak terlepas dari kesewenang-wenangan penguasa Orde Baru. Hal tersebut yang menciptakan perpecahan internal dalam partai PDI. Reporter: Winda Sumber: Liputan6.com