Selama disandera, 10 WNI diberi makan dan tidur beralas tanah
Kelompok Abu Sayyaf hanya memberikan kebebasan untuk menunaikan ibadah salat.
Wendi Khardian, korban penyekapan Kelompok Abu Sayyaf di Filipina beberapa waktu lalu, menceritakan bahwa dirinya selama disekap bersama sembilan Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia lainnya, tetap diberi makan.
"Selama disekap itu setiap harinya saya beserta teman yang lain tetap diberi makan nasi. Sistemnya, kami makan jika diberikan, kadang tiga kali sehari, kadang kurang dari itu," tutur Wendi di Padang, Selasa (3/5).
-
Bagaimana cara orang tersebut pamit dari grup WA Islami? Asalamualaikum. Halo teman-teman, dengan ini saya mengajukan izin untuk keluar dari grup. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, baik itu disengaja maupun tidak. Semoga sukses selalu untuk kalian semua! Wasalamu'alaikum.
-
Siapa yang mewakili TNI dalam perundingan Wonosobo? Pasukan TNI diwakili Kolonel Sarbini, sedangkan dari Belanda diwakili Kolonel Breemouer.
-
Bagaimana anggota TNI dikeroyok oleh warga? Personel dari Koramil yang dikeroyok menerima banyak sekali pukulan dan tendangan dari warga.
-
Siapa yang memimpin TNI saat menghadapi Agresi Militer Belanda? Kala itu kekuatan TNI sangat terbatas dalam menghadapi Agresi Militer Belanda. Rakyat Indonesia akhirnya turun tangan membantu TNI hingga munculah Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.
-
Kenapa warga mengeroyok anggota TNI? Pada momen itulah warga yang sedang berada di situasi tersulut emosi kemudian melakukan pengeroyokan terhadap anggota TNI tersebut.
-
Bagaimana cara prajurit TNI menangkap 'penyusup' tersebut? Saat itu, prajurit TNI mengenakan seragam PDL nampak memegang bagian ekor biawak dan mencoba memindahkannya ke tempat lebih aman.
Untuk porsi makanan, masih kata Wendi, juga diberikan secukupnya. Namun dirinya tidak bisa menikmati makanan tersebut lantaran dalam keadaan cemas serta was-was.
Selama disandera, Wendi bersama sembilan rekannya sehari-harinya hanya duduk di tempat mereka dikumpulkan bersama-sama.
"Kami 10 orang itu dikumpulkan pada satu tempat, dan tidak boleh menjauh dari tempat itu. Kami tidak berani berbuat macam-macam, karena selalu diawasi oleh beberapa orang yang menggenggam senjata laras panjang," beber Wendi.
Wendi menambahkan tempat yang ditempatinya itu tidak menetap, dari satu tempat ke tempat lain. Karena penyekap selalu berpindah-pindah lokasi sesuai penilaian situasi.
"Jika mereka menilai suatu titik hutan itu tidak aman, maka pindah ke titik lainnya. Setiap titik itu kami tidur, dan duduk hanya beralas tanah saja," ungkapnya.
Selain itu pada malam hari, hanya bergelap-gelapan tanpa sedikitpun penerangan.
Wendi juga menceritakan kelompok Abu Sayyaf memberikan kebebasan untuk menunaikan ibadah salat.
"Tidak ada larangan ketika kami menunaikan salat, dibiarkan saja. Kami juga tidak pernah menerima tindakan kekerasan," ujar Wendi.
Kepulangan Wendi membuat rumahnya ramai dikunjungi oleh warga serta kerabat sejak dirinya sampai di Padang, Sumatera Barat, sekitar pukul 09.20 WIB.
"Sejak sampai di rumah, hingga pukul 13.20 WIB kerabat serta warga masih terus bergantian datang untuk menjenguk serta mengetahui kondisi Wendi saat ini," kata ayah Wendi, Aidil.
Aidil mengaku, pihak keluarga sangat bersyukur atas kedatangan anak pertamanya itu di rumah yang beralamat di RT 01, RW 01, Jalan Doktor Mohammad Hatta, Pasar Ambacang, daerah setempat.
"Kami sangat bersyukur akhirnya bisa melihat anak kami lagi, dalam keadaan selamat," ucapnya.
Baca juga:
Wendi korban sandera Kelompok Abu Sayyaf tak kapok melaut
Panglima TNI dan Menlu bakal ke Filipina bahas pengawasan perairan
Kisah awal 10 WNI disandera, anggota Abu Sayyaf naik kapal minta air
Polri sebut Kivlan Zen berperan bebaskan 10 WNI dari Abu Sayyaf
Istana tegaskan pembebasan 10 WNI tempuh diplomasi total
Polri soal 4 WNI disandera Abu Sayyaf: Kerjasama ini belum selesai!
Pembebasan 10 WNI bukti efektifnya diplomasi multijalur