Senapati Nusantara, UNESCO dan Kemendikbud bahas penetapan Hari Keris
Dua dasar yang diajukan Senapati Nusantara dalam pengusulan Hari Keris Nasional yakni 4 dan 25 November.
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (Puslitjakdikbud) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar diskusi Dampak Pengakuan Keris Indonesia oleh UNESCO dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya, berdasarkan usulan yang diajukan Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senapati Nusantara) mengenai usulan hari keris nasional. Kegiatan yang digelar di Hotel Sotis Jl Falatehan 1 No 21-23 Melawai Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Senin (28/5), dihadari perwakilan pemerintah, Fasilitator ICH-UNESCO dan Litbang Senapati Nusantara.
"Alhamdulillah Senapati Nusantara akhirnya bisa bersinergi dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang rencana pengusulan Hari Keris, bersama Bidang Penelitian Kebijakan Kebudayaan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Ketua Bidang Litbang Senapati Nusantara Imam Mubarok.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Apa fungsi utama Gedung Kesenian Jakarta saat ini? Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara.
Senapati Nusantara saat ini menaungi 76 Paguyuban Keris di hampir seluruh provinsi, dan terus berkegiatan untuk pelestarian keris sejak berdiri pada Februari 2017. Meski baru berumur 1 tahun 3 bulan, namun sedikit banyak Senapati Nusantara telah banyak berkontribusi bagi pelestarian keris, salah satunya adalah membantu terwujudnya Meseum Keris Nusantara di Surakarta, di mana peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam Musyawarah Agung Senapati tanggal 24-26 Februari 2017 di Yogyakarta, yang saat itu dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan Hilman Farid, menyampaikan naskah akademik menjadi suatu hal yang penting dan diperlukan sebagai dasar untuk Presiden mengambil kebijakan menetapkan hari keris nasional. Atas dasar itulah Senapati Nusantara mengusulkan kerja sama dengan Balitbang Kemendikbud dalam proses penyusunannya.
Dua dasar yang diajukan Senapati Nusantara dalam pengusulan Hari Keris Nasional yakni pertama 25 November. Tanggal ini bertepatan dengan pengakuan UNESCO terkait keris sebagai a masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity (karya agung lisan tak Benda barisan kemanusiaan) tahun 2005. Dampak dari penghargaan UNESCO tersebut sangat luas bagi dunia perkerisan di Indonesia. Semenjak pengakuan tersebut, dunia perkerisan semakin berkembang luas.
Kedua, 4 November. Indonesia mendapatkan pengakuan atas warisan budaya tak benda dalam daftar masterpieces pada tahun 2003 (wayang) dan 2005 (keris).
Warisan budaya masterpieces yang sudah diakui sebelumnya, yakni wayang kulit dan keris, lalu terinskripsi otomatis dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia di bawah konvensi tahun 2003 saat Sidang Biasa ke-3 Komite Antar-Pemerintah untuk pelindungan warisan budaya tak benda di Istanbul Turki pada tanggal 4 November 2008. Sejak saat itu dan hingga kini, keris Indonesia masuk dalam daftar representatif warisan budaya tak benda.
Fasilitator ICH-UNESCO untuk Asia Pasifik, Harry Waluyo yang hadir dalam kegiatan ini memberi tanggapan positif atas usulan Senapati Nusantara terkait Hari Keris.
"Orang kadang selalu mengingat peristiwa-peristiwa penting terutama oleh masyarakat perkerisan. Bahwa keris tidak hanya diakui oleh budaya Nusantara tapi juga dunia. Karena ini pengakuanya untuk negara, sehingga perlu adanya hari bersama dan perayaan bersama atau dirayakan oleh semua warga negara Indonesia. Itulah salah satu kepentingannya," kata Harry Waluyo.
Harry Waluyo menambahan berangkat dari hal tersebut, mungkin orang bisa melakukan evaluasi apa yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan, hal ini harus diselesaikan secara musyawarah. "Mereka akan mendapatkan manfaat akhir karena mereka yang sebenarnya punya rasa dan bagian dari budaya mereka," tambahnya.
Menurut Harry Waluyo, tujuan UNESCO dalam pengakuan keris ada tiga poin penting. Pertama adanya pengakuan, yakni keris sudah diakui oleh dunia, tidak hanya budaya Indonesia tetapi juga budaya dunia. Kedua, UNESCO mengakui keberagaman, sehingga dengan diakuinya keris tidak hanya bisa dipelajari oleh orang Indonesia saja tapi juga oleh negara lain, sehingga dengan demikian orang akan banyak mengapresiasi tentang keris ini. Dan yang ketiga harapannya penetapan UNESCO bermanfaat untuk perdamaian, dengan saling mengenal keberagaman.
Disinggung apakah dua usulan tanggal yang diajukan Senapati Nusantara tepat? "Ini konteksnya pengakuan keris sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO, kalau konteksnya tentang Hari Keris yang lebih pas adalah sejak kapan keris diakui oleh UNESCO. Tapi kalau konteksnya Indonesia kita kembalikan akar budaya ini mulai sejak kapan orang mengenal budaya keris," tandasnya.
Kepala Bidang Penelitian Kebijakan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Yaya Zakaria, memberikan tanggapan yang serupa terkait usulan Hari Keris.
"(Keris) suatu hal yang sangat penting dalam upaya melestarikan budaya, ini harus kita lestarikan. Bagian tugas pemerintah dalam memajukan kebudayaan salah satunya bagaimana supaya keris tumbuh dan lestari. Dan di keris ini memiliki nilai budaya, karakter dan selanjutnya kita wariskan ke generasi-generasi yang akan datang. Di samping itu, keris telah memberikan nilai manfaat ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Ini terbukti dengan semakin meningkatnya pelaku-pelaku keris. Harapan kita ke depan bisa menjadi komiditi tersendiri," terangnya.
Sementara itu, Hartanti Maya Krishna dari Direktorat Warisan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyampaikan bahwa dunia perkerisan itu luas. Pihaknya berharap stakeholder kompak dan bersama-sama dalam memajukan perkerisan seperti saat pengajuan ke UNESCO tahun 2005.
"Terkait Hari Keris secara netral menurut saya adalah di mana UNESCO mengakui keris sebagai warisan budaya tak benda tanggal 25 November itu sangat netral. Atau di 4 November 2008, dua-duanya ada dasarnya dan kita sama-sama punya sertifikatnya. Kalau kita mengajukan itu dasarnya lebih kuat di bandingkan dengan yang lain dari pada kelahiran organisasi. Kasusnya sama sebetulnya ketika batik menjadi Hari Batik, menggunakan 2 Oktober masuknya batik ke UNESCO, lebih universal. Wayang juga saat ini sedang mengajukan, ada dua tanggal. Satunya pengakuan UNESCO satunya hari lahirnya Senawangi, lebih netral dan aman masuk ke jalurnya UNESCO untuk semua orang," pungkasnya.
(mdk/cob)