Sentimen agama diminta tak dibawa dalam Pilgub DKI Jakarta
Adanya dukungan kelompok diduga intoleran dianggap untuk mewujudkan pemerintahan syariah di DKI Jakarta. Apalagi gerakan ini dianggap masif selama Pilgub DKI. Kondisi ini diminta sebaiknya dicermati warga.
Adanya dukungan kelompok diduga intoleran dianggap untuk mewujudkan pemerintahan syariah di DKI Jakarta. Apalagi gerakan ini dianggap masif selama Pilgub DKI. Kondisi ini diminta sebaiknya dicermati warga.
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, mengkhawatirkan kelompok itu bakal memaksakan penerapan syariat Islam di Jakarta. Caranya melalui dukungan terhadap salah satu calon dalam Pilgub DKI.
"Kontestasi politik ini sebenarnya silakan saja mau memilih apa, tapi jangan bawa-bawa sentimen agama. Apalagi kalau sudah ada arahnya pada pemerintahan yang bersyariah," kata Yaqut Cholil dalam keterangannya, Kamis (13/4).
Dalam pandangannya, penerapan aturan syariah dalam kehidupan bermasyarakat bakal membahayakan keutuhan negara. Apalagi konsep itu diterapkan di Jakarta, sebagai barometer Indonesia secara keseluruhan.
Kondisi ini, lanjut dia, dikhawatirkan daerah lain dengan justru mayoritasnya bukan muslim akan merasa tidak terlindungi negara. "Kemajemukan di Jakarta itu adalah sunatullah, kita tidak bisa memaksakan segala sesuatu untuk menjadi seragam. Jakarta yang begitu plural ini tidak mungkin bisa dipaksakan untuk syariah," ujar Gus Tutut, sapaan akrabnya.
Maka dari itu, GP Ansor bakal menentang segala bentuk intoleransi dimunculkan dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Menurutnya, pasangan calon yang didukung oleh kelompok radikal dan anti Pancasila bisa saja mengakomodasi kepentingan golongan, seperti wacana Jakarta Bersyariah.