Sersan Mengko pertama kali kibarkan Bendera Merah Putih di Irian
Anggota Pasukan Gerak Tjepat itu diterjunkan di tengah asrama Belanda. Pertempuran seru pun terjadi.
Presiden Soekarno berteriak marah di Yogyakarta 19 Desember 1961. Dia menggelorakan Tri Komando Rakyat untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
"Karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah bangsa dan tanah air Indonesia, maka kami yang perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di daerah irian Barat, untuk melaksanakan TRI Komando Rakyat sebagai berikut:
1. Gagalkan pembentukan "Negara Papua" bikinan Belanda kolonial.
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa."
Langkah selanjutnya, pada 11 Januari Soekarno menunjuk Brigjen Soeharto sebagai Panglima Mandala. Pangkat Soeharto dinaikkan jadi Mayor Jenderal.
Dimulailah operasi untuk merebut Irian Barat melalui operasi militer. Salah satu operasi infiltrasi adalah Operasi Serigala yang diterjunkan di Terminabuan.
Operasi tersebut dikisahkan dalam buku 52 Tahun Infiltrasi PGT di Irian Barat, Bertahan dan Diburu di Belantara Irian. Buku Terbitan Majalah Angkasa ini ditulis Beny Adrian dan diluncurkan di Jakarta, Jumat (25/4) lalu di Jakarta.
81 orang Pasukan gabungan diterbangkan dengan hercules dari Laha, Ambon 19 Mei 1962, pukul 01.00 dini hari. Ada 54 anggota Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara dalam tim itu pimpinan Letnan Muda Udara I Suhadi.
Tepat pukul 02.30, mereka sudah melompat di atas Irian Barat.
Namun di tengah kegelapan malam mereka menyadari rupanya mereka mendarat tepat di atas seng asrama Belanda di Terminabuan. Tak seperti rekan-rekan mereka yang lebih dulu diterjunkan dan mendarat di atas pohon, kini mereka malah mendarat di jantung kekuatan musuh.
Pendaratan dini hari itu mengejutkan kedua pihak. Pasukan PGT kaget karena mendarat di markas Belanda. Pasukan Belanda yang sedang tertidur lelap, terbangun dan terkaget-kaget.
Dalam keadaan tak siap, kedua pihak terlibat pertempuran sengit. Saat itu Belanda rupanya tak bisa mengira berapa kekuatan pasukan musuh. Mereka memilih melarikan diri ke arah lapangan terbang yang berada beberapa kilometer.
Sementara itu, pasukan PGT pun bergerak memasuki hutan saat hari mulai terang. Sesuai garis besar operasi, mereka tak disarankan melakukan serangan langsung atau vuurcontact. Mengingat kekuatan tak seimbang, pasukan lebih diutamakan melakukan misi gerilya.
Benar saja, Komando Belanda di Biak murka mendengar kabar di Terminabuan. Mereka memerintahkan agar asrama itu segera direbut dan pasukan payung Indonesia dikejar. Mereka tak mau kemenangan psikologis itu dirasakan terlalu lama pasukan Indonesia.
Belanda mengerahkan dua kapal perang, dua kompi marinir dan pesawat pemburu Neptune serta Fairey Firefly FR.4. Operasi pembersihan digelar memburu para gerilyawan Indonesia masuk hutan.
Menghadapi kekuatan yang tak seimbang, anggota tim ini hanya bisa berusaha agar tak tertangkap. Kekurangan makanan serta penduduk yang dibina Belanda makin menyulitkan mereka. Sebagian pasukan tewas tertembak, sementara sisanya ditangkap Belanda dalam kondisi sangat lemah.
Namun yang membanggakan, pasukan inilah yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih di Irian Barat tanggal 21 Mei 1962.
Sersan Udara Mengko memerintahkan anggotanya berkumpul di kampung Wersar. Dia memerintahkan anak buahnya menebang pohon setinggi empat meter. Mengko kemudian membuka ranselnya dan mengeluarkan bendera merah putih.
Di tengah pertempuran dan belantara Irian Barat itulah merah putih berkibar pertama kalinya.