Soal eksekusi mati, Menteri Tedjo ungkit borok Australia-Belanda
Menteri Tedjo tidak gentar dengan ancaman Australia. "Memang tidak semua kulit putih tahu terima kasih," katanya.
Pelaksanaan eksekusi oleh pemerintah Indonesia terhadap beberapa terpidana mati menimbulkan reaksi keras dari dunia internasional. Australia dan Belanda adalah beberapa negara di antara penentang itu.
Keduanya menyebut Indonesia telah melanggar Hak Asasi Manusia karena menjalankan eksekusi mati. Tetapi, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Tedjo Edhy Purdijatno, membela diri. Dia menuding Australia dan Belanda seperti lupa akan sejarah. Sebab menurut dia kedua negara itu juga melakukan pelanggaran HAM terhadap warga Indonesia di masa lalu.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Siapa Tjoa Tjwan Djie? Tjoa Tjwan Djie merupakan pemilik pabrik gula Tjandi dan Porong di Sidoarjo, Jawa Timur yang berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka.
-
Siapa Aipda Purnomo? Purnomo tercatat sebagai anggota kepolisian Polres Lamongan.
-
Siapa Fredy Pratama? "Enggak (Tidak pindah-pindah) saya yakinkan dia masih Thailand. Tapi di dalam hutan," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa, Rabu (13/3).
-
Apa yang dilakukan Rendy Meidiyanto saat ini? Rendy Meidiyanto, bintang sinetron populer "Ganteng-Ganteng Serigala" yang sempat menghilang dari layar TV. Kini, memilih jalan berbeda dengan menjadi anggota TNI AL. Simak ulasannya di sini!
-
Bagaimana Purwanto meninggal dunia? Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta Nurhasan mengungkapkan, Purwanto meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga karena serangan jantung.
"Mereka lupa bahwa yang mereka lakukan adalah pelanggaran HAM. Westerling 1947 melakukan pembantaian, jangan lupa itu," kata Tedjo dalam Orasi Kebangsaan II di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Senin (9/3).
Tedjo paham Australia hanya berusaha melindungi warga negaranya terancam tewas di depan regu tembak. Tetapi dia meminta supaya negeri kanguru itu juga menghargai hukum di Indonesia. Dia menyatakan soal tawaran barter tahanan diajukan oleh Australia menunjukkan negara itu tidak memiliki etika.
"Kita saja tetap menghargai hukum negara lain, Australia harus belajar etika di UGM ini," ujar Tedjo.
Tedjo menegaskan Indonesia tidak akan melakukan negosiasi terkait eksekusi terpidana mati kasus narkoba. Dia menambahkan, Indonesia juga tidak takut meski Australia mengancam Australia akan memboikot kunjungan turis ke Bali serta ekspor daging sapi.
"Mereka ingin membatasi turis ke Bali, biarkan saja, mereka mau menghentikan impor daging sapi, paling pemerintah Australia yang bakal didemo pengusaha Australia sendiri karena kita konsumen terbesar mereka. Terus mau dijual ke mana itu daging sapi," lanjut Tedjo.
Tedjo bahkan balik mengancam meloloskan sepuluh ribu imigran hendak ke Australia kini ditahan di Indonesia. Menurut dia, jika imigran itu dilepaskan, maka Australia bakal menghadapi 'Tsunami.'
"Kita juga punya senjata. Seharusnya mereka berterima kasih, kemarin ada narkoba yang diselundupkan ke Australia kita tangkap di Indonesia. Memang tidak semua kulit putih tahu terima kasih," imbuh Tedjo.
Baca juga:
Jelang eksekusi napi, 2 kapal perang merapat ke dermaga Cilacap
Ini penampakan 2 KRI yang akan awasi perairan Nusakambangan
Ibunda dan keluarga jenguk duo 'Bali Nine' di Nusakambangan
Eksekusi mati tak jelas, Jokowi goyah ditekan Australia?
Jokowi-Mega kompak hadapi Australia soal hukuman mati kasus narkoba