Susi minta China serahkan kapal Kway Fey yang masuk ilegal ke Natuna
Saat ditangkap hanya anak buah kapal yang diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk diproses hukum.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta China menyerahkan kapal China Kway Fey yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal di Zona Ekonomi Eksklusif Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (19/3). Sebab, saat ditangkap hanya anak buah kapal yang diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk diproses hukum.
"Kita proses sudah ditangkap. Kapalnya di sana enggak bisa kita tarik, ABK-nya doang. Dalam pemeriksaan ini. China minta untuk dibebaskan, mereka lobi. Tapi ini akan diproses hukum. Ini kan kita ada proses. Kapal dikasih ke kita, reaksi mereka kita tunggu," kata Susi di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (24/3).
Menurut Susi, saat penangkapan kapal itu tak mendengarkan peringatan kapal patroli KKP. Namun saat kapal itu hendak dibawa ke pulau terdekat, kapal penjaga pantai China mengganggu operasi KKP, lalu membebaskan Kway Fey agar tak dibawa masuk perairan Indonesia.
"Jadi sama (kasus kapal Taiwan) sambil mancing, pancingnya jalan. Kelihatan disuruh berhenti enggak mau. Ya sama kaya China di Natuna. Enggak ada beda. Ini lurus jalan terus. China mereka ditarik keluar. KKP dan seluruh jajaran TNI Polri dan Jaksa. Akan tetap enforce hukum illegal fishing di zona kita,"kata Susi.
Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan menilai kapal patroli KKP sudah memenuhi prosedur dalam menangkap kapal nelayan China itu. Sebab, kapal patroli KKP sudah memberikan peringatan, namun tak didengarkan.
"Jadi gini, semua prosedur untuk menghadapi masuk ke kita sudah dilaksanakan TNI AL. Bendera, suara, tembakan di belakang. Tembakan di buritan, enggak ada yang salah dari prosedur internasional. Kita himbau mereka agar mereka enggak masuk ke zona zee kita," kata dia.
Dalam kasus ini, kata dia, pemerintah akan menjaga hubungan baik dengan China. Namun pemerintah tak akan menyerahkan kedaulatan kepada negara siapapun.
"Kita akan memelihara hubungan baik kita tanpa mengorbankan kedaulatan kita. Kita evaluasi sistem keamanan kita di sana. Terus entar kita laporkan presiden. Ada hal hal teknis ini akan dipertajam. Tapi kita enggak akan menyerahkan kedaulatan kita," kata Luhut.
Baca juga:
Pemerintah tunggu klarifikasi Tiongkok soal kapal nelayan di Natuna
China sempat minta Indonesia tak umbar kasus KM Kway Fey
Dua Kapal asing pengeruk pasir mondar mandir di perairan Banten
TNI AL bantah tembaki kapal nelayan Taiwan di Selat Malaka
Satgas KKP akui tembak kapal Taiwan tapi yakin sesuai prosedur
Batas wilayah dilanggar, RI tunggu balasan nota protes ke China
-
Siapa suami dari Susi Pudjiastuti? Anak Susi Pudjiastuti Nadine Kaiser adalah anak dari Susi dan mantan suaminya, Daniel Kaiser, yang berasal dari Swiss.
-
Mengapa Susi Pudjiastuti bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Bagaimana cara Susi Pudjiastuti menunjukkan keakraban dengan Prabowo? Baik Prabowo maupun Susi keduanya turun langsung untuk ikut melepas tukik ke laut. Raut bahagia tampak jelas di wajah dua sosok besar tanah air ini. Setelah selesai melakukan kegiatan sosial, Prabowo dan Susi sempat bercengkrama sambil masak bersama. Keakraban keduanya sangat terlihat dalam momen spesial ini.
-
Apa yang dibicarakan Susi Pudjiastuti dan Anies Baswedan saat bertemu? Tak diketahui apa saja yang dibicarakan keduanya selama melewati sore bersama. Sebelum pulang, Anies dan Susi sempat membahas soal tanaman anggrek yang menghiasi ruangan. Keduanya terlihat sangat seru berdiskusi soal bunga alih-alih membicarakan politik dan pemilu.
-
Siapa Kaisar Wu? Kaisar Wu adalah seorang penguasa dari dinasti Zhou Utara di Tiongkok kuno.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.