Tahanan sering kabur, Rutan Makassar terjunkan intelijen
Pihak Rutan Kelas I Makassar mengintensifkan tim intelijen internalnya untuk mengantisipasi tahanan atau warga binaan yang nekad kabur demi bertemu keluarganya jelang lebaran.
Pihak Rutan Kelas I Makassar mengintensifkan tim intelijen internalnya untuk mengantisipasi tahanan atau warga binaan yang nekad kabur demi bertemu keluarganya jelang lebaran. Para warga binaan yang saat ini jumlahnya mencapai 1.684 diminta tetap bersabar menjalani hukuman dan memanfaatkan saja waktu kunjungan untuk keluarga dan kerabatnya.
"Kita turunkan tim intelijen internal yang kerjanya terselubung untuk mencari tahu kemungkinan-kemungkinan adanya tahanan yang kabur untuk ketemu keluarganya jelang lebaran. Mengenai jumlah tim ini dan siapa-siapa saja dan teknis kerjanya bagaimana, tentu kami tidak ungkap karena namanya saja kerja-kerja terselubung sebagai langkah antisipasi dini," kata Kepala Rutan Kelas I Makassar Suriyanto di Makassar, Kamis (15/6).
Diketahui, kasus tahanan kabur di Makassar beberapa bulan terakhir ini kerap terjadi. Di pertengahan Mei lalu, seorang terpidana kasus pembunuhan dan perkosaan 23 perempuan yang dikenal dengan nama Kolor Ijo dan dua rekannya sesama terpidana kabur dari Lapas Kelas I Makassar. Kolor Ijo sudah ditemukan dan tewas tertembak berikut satu rekannya sudah tertangkap, satu lagi masih buron.
Kemudian Senin baru-baru ini, (13/6), seorang tahanan warga binaan Rutan Kelas I Makassar atas nama Jufri, (19) pelaku begal kabur saat berada di Pengadilan Negeri (PN) sesaat sebelum jalani sidang.
Suriyanto mengungkapkan, saat tahanan sudah keluar dari pintu Rutan untuk ikuti sidang berarti bukan lagi tanggungjawabnya melainkan tanggung jawab pihak yang menahan baik itu jaksa maupun pihak PN. Meski demikian, dengan adanya kasus itu, maka akan jadi pembelajaran baginya bahwa dekat-dekat lebaran ini memungkinkan banyak tahanan yang berniat kabur.
"Selain mengintensifkan tim intelijen, kita pastikan senantiasa melakukan evaluasi internal dan jadikan pembelajaran dalam hal kewaspadaan," tuturnya.
Pihaknya juga kini lebih perketat pengawasan. Ada 8 orang petugas staf yang di BKO-kan untuk berjaga untuk mendukung 16 orang pengamanan reguler di 4 sift yang patroli tiap saat. Satgas lainnya, tambah Suriyanto, ada satgas P2U atau Petugas Pengamanan Pintu Utama.
Tidak ada tambahan CCTV atau kamera pengawas karena 14 CCTV yang ada dinilai sementara ini sudah cukup. Belasan kamera pengawas itu dipasang di titik-titik rawan seperti yang menghadap ke dinding tembok, pintu masuk dan di steril area.
Satu lagi yang diantisipasi, kata Suriyanto, adalah kelompok-kelompok tahanan yang potensi berpidananya tinggi seperti di kasus tindak pidana korupsi dan narkoba. Biasanya mereka itu orang-orang pintar, piawai dalam konsep. Mungkin mereka tidak akan melakukan tindakan kekerasan, berkelahi karena gampang terlihat, tapi bisa berbuat dalam bentuk provokasi dengan memanfaatkan kecerdasannya.
"Bayangkan kalau mereka yang dulu sehari-harinya di kantor dengan segala fasilitas yang ada lalu tiba-tiba harus mendekam di ruangan kecil dihuni lebih dari satu orang, ini bisa jadi pemicu pikiran mereka untuk melakukan provokasi. Hal-hal seperti ini kita sudah antisipasi. Ada tim konseling yang tangani," tutupnya.