Tak punya biaya ke RS, TKI asal Sragen meninggal di Mekkah
Ironisnya, jasad Ngatini pun tak ada yang memulangkan ke tanah air.
Penderitaan yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di mancanegara seolah tiada hentinya. Nasib tragis penyumbang devisa negara kali ini dialami oleh Ngatini (39), TKI asal Dukuh Ngrampal, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah.
Wanita yang bekerja di Arab Saudi itu meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (1/2) lalu, setelah menderita sakit beberapa hari. Sempat menjalani perawatan di rumah sakit, Ngatini harus menjalani perawatan di kontrakan temannya, karena ketiadaan biaya. Ironisnya, nyawa Ngatini yang tak tertolong, kini jasadnya pun tak ada yang memulangkan.
Koordinator Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia, Iweng Karsiwen kepada wartawan membenarkan kondisi yang dialami Ngatini. Iweng menuturkan Ngatini meninggal setelah dirawat di rumah sakit di Arab Saudi sejak 13 Januari 2014.
"Dia mengalami sakit perut setelah melahirkan tiga bulan lalu. Dia sempat dirawat 3 hari di rumah sakit. Tapi karena tak ada biaya, Ngatini dirawat di rumah kontrakan temannya, tapi kondisinya semakin memburuk. Sempat dibawa ke rumah sakit lagi pada 13 Januari, lalu. Tapi kondisinya sudah koma, dan nyawanya tak tertolong," ujar Iweng kepada wartawan, Senin (3/2).
Iweng yang juga kuasa keluarga Ngatini mengatakan, hingga saat ini belum ada keterangan dari rumah sakit mengenai penyebab meninggalnya Ngatini.
"Belum ada keterangan resmi dari rumah sakit. Tapi informasi yang kami terima, Ngatini mengeluh sakit perut, kakinya bengkak, dan tenggorokannya juga sakit," jelasnya.
Mengenai pemulangan jenazah, Iweng mengaku menemui kendala, lantaran Ngatini tidak punya dokumen resmi. Iweng menambahkan, Ngatini juga kabur dari rumah majikan karena 5 bulan bekerja tanpa menerima gaji.
"Kami mendesak pemerintah untuk memulangkan jenazah, serta mengurus gaji Ngatini yang belum dibayarkan. Pemerintah juga harus memulangkan anak Ngatini yang masih berusia 3 bulan, yang saat ini dirawat salah seorang kawannya di Arab Saudi," tandasnya.
Terpisah, Kepala Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jawa Tengah, AB Rahman mengatakan masih akan menunggu sikap keluarga. Terkait pemulangan jenazah Ngatini, Rahman menyerahkan ke keluarga.
"Kami menunggu sikap keluarga, mau dimakamkan di Arab Saudi atau dibawa pulang. Saya mendengar keluarga merelakan Ngatini dimakamkan di Arab Saudi. Tapi kalau mau dipulangkan ke Indonesia, pemerintah siap membantu. Keluarga atau kuasa keluarga diminta berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi," ucapnya.
Lebih lanjut Rahman mengatakan, pemerintah akan mengurus gaji Ngatini yang belum dibayarkan oleh majikannya.
"Gaji akan kita urus. Kalau anak, Kedutaan sudah menawarkan diri merawatnya, namun ternyata ada rekannya yang merawat. Kami siap memulangkan anak Ngatini jika keluarga bersedia menerimanya. Kami akan segera urus SPLP (surat perjalanan laksana paspor) anak tersebut," pungkasnya.