Takut Dikutuk, Gubernur Koster Tetap Larang Pendakian Gunung di Pulau Dewata
Gubernur Bal, Wayan Koster menegaskan tetap melarang wisatawan mendaki gunung di Pulau Dewata. Dia tidak peduli kebijakan itu diprotes sejumlah kalangan.
Gubernur Bal, Wayan Koster menegaskan tetap melarang wisatawan mendaki gunung di Pulau Dewata. Dia tidak peduli kebijakan itu diprotes sejumlah kalangan.
Koster mengatakan, pihaknya telah melakukan kajian komprehensif. Kendati ramai diprotes di media sosial, larangan itu akan terus berlaku.
-
Di mana Gunung Wayang berada? Bukit ini berada persis di pinggir jalan, dan cukup tinggi menjulang.
-
Siapa yang konon mementaskan wayang di Gunung Wayang? Konon di masa silam, lokasi ini kerap dijadikan sebagai tempat pementasan wayang golek. Tokoh yang mementaskannya adalah seorang dalang bernama Mbah Dalem Dharmawayang dan sinden Nyimas Kencering.
-
Mengapa Gunung Wayang dianggap sakral? Konon di masa silam, lokasi ini kerap dijadikan sebagai tempat pementasan wayang golek. Tokoh yang mementaskannya adalah seorang dalang bernama Mbah Dalem Dharmawayang dan sinden Nyimas Kencering.
-
Kapan Kahiyang Ayu tampil dengan busana wastra Indonesia? Berbalut busana wastra Indonesia Berbalut busana wastra Indonesia, Kahiyang memukau dengan wajah tirus dan tubuh yang mempesona, ditambah dengan gaya rambut sasak yang rapi. Pesona Kahiyang Sat HUT RI Pada Hari Kemerdekaan, Kahiyang memakai busana wastra nusantara, sambil memamerkan kecantikan wajahnya yang tirus.
-
Kapan Candi Gunung Wukir dibangun? Bahkan usia candi ini lebih tua dibandingkan Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
-
Kapan suara gamelan sering terdengar di Gunung Wayang? Saat sebelum ramai seperti sekarang, kedua tokoh karuhun (nenek moyang) ini kerap mengadakan pementasan di sana setiap malam Selasa dan malam Jumat.
"Ini ramai juga di beberapa media sosial soal larangan pendakian gunung ini. Saya akan jalan terus," kata Koster saat memberikan jawaban pandangan umum terhadap fraksi-fraksi pada Rapat Paripurna ke-19 DPRD Bali di Gedung DPRD Bali, Senin (19/6).
Kebijakan itu, kata Koster, bukan dibuat tiba-tiba dalam satu minggu atau sebulan. Sebelum terpilih menjadi Gubernur Bali, dia sudah berinisiatif untuk menegakkan aturan itu. Apalagi, dia mengaku sudah mempelajari Nangun Sat Kerthi Loka Bali, serta filosofi kehidupan alam manusia dan kebudayaan Bali.
"Saya belajar Sat Kerthi, saya belajar tentang karakter filosofi tentang kehidupan alam manusia dan kebudayaan Bali dan sudah lama saya canangkan ini, hanya momentumnya baru datang, makanya saya berlakukan," imbuhnya.
Untuk menjaga alam Bali, lanjut Koster, semua pihak perlu belajar kepada orang-orang suci Bali, para leluhur dan para tetua di Pulau Dewata.
"Bagaimana beliau ini menata alam manusia dan kebudayaan Bali, ketika Bali ini baru pertama diciptakan," ujarnya.
"Kita perlu belajar dari para penglingsir, guru-guru suci, leluhur dan tetua kita di Bali. Beliau itu, menata Bali mendapatkan inspirasi dengan cara melakukan proses spiritual yang panjang. Proses itu ditempuh melalui tempat-tempat yang menurut kekuatan spiritualnya itu di antaranya ada di gunung, di tempat-tempat tertentu," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa gunung adalah salah satu tempat para orang suci di Bali untuk mencari inspirasi bagaimana menata Bali. "Karena dulu tidak ada sekolah. Jangankan perguruan tinggi, SD saja tidak ada. Tapi, beliau punya cara untuk menemukan bagaimana menata Bali ini. Itulah yang saya pelajari bahwa gunung itu adalah tempat suci, karena tempat orang-orang suci untuk mencari inspirasi bagaimana mendapatkan cara untuk menata Bali ini," jelasnya.
"Itu yang saya laksanakan sekarang ini, tidak hanya gunung, danau, laut dan berbagai unsur alam di Bali ini yang memang masuk kategori suci harus kita jaga. Karena inilah yang menjadi sumber dari pada taksu (kekuatan suci), aura, dan tenget-nya (keramat atau sakralnya) Bali. Inilah yang membuat Bali wilayahnya kecil memiliki daya tarik, sehingga orang datang berkunjung ke Bali dari berbagai negara," ujarnya.
Koster sudah menghitung konsekuensi dari kebijakan larangan pendakian gunung di Bali. "Saya sudah hitung semua berapa wisatawan yang suka menaiki gunung, berapa wisatawan domestik yang sudah mendaki gunung, berapa penghasilannya untuk siapa penghasilannya. Kalau ini kita open, apa konsekuensinya itu sudah saya hitung," ujarnya.
"Daripada kita mengorbankan yang 15 ribu per hari wisatawan mancanegara dan 13 ribu wisatawan domestik ke Bali, hanya karena ulah 1.000 orang, bandingkan, kita justru berpotensi kehilangan yang 27 ribu lebih (wisatawan), daripada kita membela yang 1.000 itu, dan yang utama adalah kita ini mengabaikan tempat suci, ini yang prinsip bagi saya, karena itu kita harus solid semua dalam urusan ini," ujarnya.
Koster juga menyebutkan bahwa dirinya tidak peduli kepada orang-orang yang dia nilai pragmatis dan tapi tidak berpikir jangka panjang tentang tatanan alam, manusia, dan kebudayaan Bali.
"Pikiran-pikiran sempit pragmatis I'm sorry," ujarnya.
Ia juga mengaku bahwa dirinya berpikir tentang jangka panjang karena Pulau Bali diwariskan oleh guru-guru suci, para leluhur yang harus dirawat dan dirinya juga takut dikutuk bila mengabaikan untuk menjaga alam, manusia dan kebudayaan Bali.
"Kalau kita merawat saja tidak bisa kebangetan, kalau kita tidak bisa merawat mengabaikan ini dan meninggalkan ini, tunggu kutukannya beliau dan saya tidak mau dikutuk oleh beliau. Jadi, karena itu saya berjalan tegak lurus, orang cari ini, hanya yang dipikirkan hari ini dan besok tapi tidak tahu itu berakibat besar terhadap Bali. Begitu loh," katanya.
"Tolong pikirkan ini, jangan grasak-grusuk, saya berusaha melakukan itu saja mohon restu dulu secara niskala, saya lakukan ini tidak gampang, sulinggih pun saya ajak diskusi, tidak hanya orang biasa saja, saya ajak diskusi. Saya tidak gampangan, jangan dikira saya sembrono. Saya sangat berhati-hati soal Bali ini, tolong dijaga bersama, jangan dirusak Bali ini," ujarnya.