Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia yang mahir revolusi
Tak berbeda dengan Yamin, Presiden Soekarno juga memiliki rasa kagum terhadap Tan Malaka.
Ketokohan Tan Malaka di era 1920-an hingga 1940-an tak bisa diragukan. Meski pada 1922, Tan Malaka berada di luar negeri karena dibuang oleh Belanda, namanya tetap berkibar di kalangan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Setelah kembali ke tanah air pada 1942, Tan Malaka tak langsung membuka identitas aslinya. Tan Malaka baru membuka identitasnya kali pertama kepada Soebardjo pasca Proklamasi Kemerdekaan.
Tan Malaka lantas dipertemukan dengan Soekarno dan Hatta. Setelah itu, Tan Malaka melakukan perjalanan keliling jawa, termasuk ke Surabaya. Saat itu, Surabaya tengah dalam kondisi perang sengit dengan Inggris pada November 1945.
Kabar keberadaan Tan Malaka di Surabaya tercium oleh media massa. Namun, hanya harian merdeka saja yang saat itu yakin memberitakan keberadaan Tan Malaka di Surabaya.
Keragu-raguan publik soal telah kembalinya Tan Malaka ke tanah air pun hilang setelah Moh Yamin menulis sebuah artikel panjang di surat kabar Jakarta 'Ra'jat' pada 22 Desember 1945. Yamin memberi judul artikel itu dengan 'Tan Malaka Bapak Republik Indonesia.'
Artikel Yamin tersebut seakan mematahkan keraguan Tan Malaka untuk tampil di depan publik dalam waktu dekat. Dengan gaya tulisannya yang khas, Yamin mengungkapkan kegembiraannya atas pulangnya sang Patjar Merah ke tanah pertiwi.
"Di atas lembaran sedjarah Negara Indonesia selama lima boelan ini, maka perdjoeangan Rakjat Moerba mengalami soeatoe kegembiraan jang penoeh dengan kechidmatan sanoebari dan kesjoekoeran hati terima kasih karena kesoenggoeh-soenggoehan telah sampai kepada kepastian chabar jang menggirangkan, bahwa di tengah-tengah njalaan api Revolusi Proletariat Indonesia teroetama di kota Soerabaja tampak tersemboenji ikoet berjoeang dengan Boeroeh dab Pemoeda gagah perwira di bawah kibaran Merah Poetih pandji-pandji kedaoelatan internasional seorang poetera Indonesia jang telah beroemoer kira-kira lima poeloeh tahoen dengan bernama Ibrahim dan memikoel gelar warisan Tan Malacca, Bapak Republik Indonesia," tulis Yamin seperti dikutip dari 'Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia' Jilid 1 Karya Harry A Poeze.
Dalam artikelnya, Yamin juga menulis Tan Malaka akan ikut serta dalam perjuangan besar Republik Indonesia sesuai yang diinginkannya sejak lama. Yamin bahkan mensejajarkan Tan Malaka dengan Jefferson dan Washington yang telah membangun kemerdekaan Amerika Serikat.
"Ia (Tan Malaka) pantas menerima segala kehormatan sebagai Bapak Republik Indonesia, seperti telah diramalkannya di dalam risalahnya tahun 1924," kata Yamin.
Tak berbeda dengan Yamin, Presiden Soekarno juga memiliki rasa kagum terhadap Tan Malaka. Bung Karno bahkan menyebut Tan Malaka sebagai 'orang yang mahir dalam revolusi.
Soekarno mengenal risalah-risalah dan pemikiran Tan Malaka sejak tahun 1920-an. Dari 'Naar de Republiek Indonesia' sampai 'Massa Actie' telah dilahap habis oleh Soekarno untuk dipelajari. Terutama 'Massa Actie' sangat berpengaruh kepada pemikiran politik Soekarno.
Bahkan pada 1931, Soekarno diadili pemerintah Belanda karena dituduh menghasut pemberontakan. Saat itu, dalam vonis sidang berkali-kali disebut 'Massa Actie' merupakan salah satu referensi utama Soekarno dalam pemikiran.
Namun sayang, Tan Malaka dan Soekarno akhirnya berbeda jalan. Tan Malaka tak suka dengan jalan diplomasi dan perundingan yang dilakukan Soekarno terhadap penjajah Belanda. Sebab, menurut Tan Malaka, kemerdekaan harus diraih 100 persen dengan jalan diperjuangkan bahkan jika perlu lewat perang, bukan lewat perundingan.
Perundingan baru bisa dilakukan jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia 100 persen dan menarik pasukannya dari wilayah Indonesia. Tan Malaka menyatakan, tak ada penjajah yang mau memberi kemerdekaan kepada wilayah yang dijajahnya.
"Tuan rumah tak akan berunding dengan maling yang merampok rumahnya," demikian prinsip Tan Malaka.
Baca juga:
Nakalnya Tan Malaka kecil, dipukul sapu sampai diputar pusarnya
Bulan Tan Malaka di merdeka.com
Kisah warga Belanda terobsesi meneliti Tan Malaka seumur hidup
'Banyak korupsi, politisi masa kini harus belajar ke Tan Malaka'
4 Permintaan keluarga soal makam Tan Malaka
-
Di mana rumah masa kecil Tan Malaka berada? Salah satu jejak sejarah yang saat ini masih tersisa yakni rumahnya yang berada di Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
-
Kapan Rumah Hantu Malioboro buka? Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 22.00.
-
Dimana lokasi Jembatan Talang Bululawang? Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang Malang) terletak di dua desa, yaitu Desa Bululawang dan Desa Krebet Senggrong, Kabupaten Malang.
-
Seperti apa bentuk rumah masa kecil Tan Malaka? Mengutip dari beberapa sumber, rumah masa kecil Tan Malaka ini berdiri gagah jauh dari permukiman warga di Limapuluh Kota tersebut berbentuk Rumah Gadang atau rumah tradisional masyarakat Minangkabau.
-
Siapa yang membangun rumah masa kecil Tan Malaka? Rumah tersebut menjadi tempat tinggalnya untuk menghabiskan masa kecilnya sebelum hijrah ke Bukittinggi dan berpindah tempat ke berbagai daerah hingga luar negeri.
-
Dimana lokasi Teras Malioboro? Teras Malioboro merupakan ikon wisata belanja terbaru di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.