Melihat Balairung Sari Tabek, Bukti Tumbuhnya Prinsip Demokrasi di Tanah Minangkabau
Jauh dari sebelum masa kemerdekaan Indonesia, prinsip demokrasi sudah lebih dulu lahir di dalam lapisan masyarakat Minangkabau.
Jauh dari sebelum masa kemerdekaan Indonesia, prinsip demokrasi sudah lebih dulu lahir di dalam lapisan masyarakat Minangkabau.
Melihat Balairung Sari Tabek, Bukti Tumbuhnya Prinsip Demokrasi di Tanah Minangkabau
Sebelum terbentuknya Indonesia menjadi negara kesatuan, sistem pemerintahan dahulu masih berbentuk sebuah kerajaan. Namun, tidak ada yang menduga jika prinsip demokrasi yang kita terapkan hari ini ternyata sudah berlangsung sejak lama.
Di Tanah Minang, terdapat sebuah bangunan yang menjadi saksi ditegakkannya prinsip demokrasi yang bernama Balairung Sari Tabek. Letaknya berada di Jorong Tabek, Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa tokoh budayawan terkenal dari Minangkabau? Idrus Hakimy, salah satu tokoh budayawan Minangkabau yang cuku tersohor pada masanya.
-
Kenapa Batagak Penghulu penting bagi Minangkabau? Karena adat Minangkabau yang mengusung sistem Matrilineal, maka dari itu sosok pemimpin sangatlah perlu dalam kehidupan sehari-hari mereka.
-
Dimana Batagak Penghulu dilangsungkan? Upacara adat ini dilakukan untuk pengangkatan pemimpin adat atau disebut Datuak.
-
Upacara apa yang dilakukan saat seseorang menjadi pemimpin adat di Minangkabau? Tradisi Batagak Penghulu, Upacara Pengangkatan Seseorang Menjadi Pemimpin Adat Sebuah upacara adat Minangkabau ini diperuntukkan ketika seseorang menjadi Panghulu atau disebut dengan pemimpin adat atau klan yang cukup sakral.
-
Dimana tradisi Tabuik dirayakan? Tradisi ini mulai berkembang hingga ke berbagai daerah mulai dari Bengkulu, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil.
-
Bagaimana cara demokrasi dijalankan di Indonesia? Dalam setiap pemilu, rakyat Indonesia memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka secara bebas dan adil. Pemilihan umum yang bebas dan adil ini telah membantu memastikan pergantian kekuasaan yang damai antara pemerintahan yang satu dengan yang lainnya.
Sampai detik ini bangunan bersejarah tersebut masih berdiri kokoh meski harus diterpa zaman dan modernisasi. Bangunan yang kental dengan kebudayaan Minang ini diyakini menjadi balai adat tertua di Minangkabau.
Lantas, seperti apa sejarah dan eksistensi Balairung Sari Tabek ini? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Asal-usul Balairung
Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, penegakan demokrasi di Tanah Minang ini tak lepas dari kehadiran Medan nan Bapaneh dan Medan nan Balinduang.
Bagi masyarakat Minang, balai ini dikenal sebagai Medan nan Balinduang. Kata "Medan" mengandung arti tempat orang berkumpul, sedangkang "Balinduang" adalah tempat yang tertutup. Di tempat inilah dilangsungkannya pertemuan untuk musyawarah dan berunding suatu perkara.
Bangunan dengan ukuran 18 x 4,4 meter ini diyakini sebagai balai adat tertua di Minangkabau yang konon didirikan pada sekitar abad 15 yang lalu.
Di Balairung inilah para tetua adat untuk mengambil keputusan terkait permasalahan yang terjadi pada masyarakat mereka.
Bangunan Penuh Filosofis
Balairung Sari Tabek ini terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk. Selain itu, desain lantai panggung yang datar dan memanjang ini diartikan bahwa setiap orang memiliki kah yang sama dalam bermusyawarah.
Dari bangunan ini pula menjadi bagian dari representasi pepatah Minang yaitu "Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Kemudian, bagian bangunan yang paling merepresentasikan konsep demokrasi adalah setiap ruangannya tidak disekat ataupun dinding penutup. Artinya tidak ada hal-hal yang bersifat rahasia dalam setiap jengkal diskusi dan pengambilan keputusan.
Arsitektur Sederhana
Selain berbahan dasar kayu dan ijuk sebagai atapnya, bentuk Balairung Sari Tabek ini ditopang dengan tiang-tiang berjumlah 18 pasang dengan tinggi kurang lebih 3 meter dan tinggi panggung kira-kira 1 meter.
Dari segi arsitektur, bangunan ini berdiri dengan sistem "Pasak" yang mampu menahan dari guncangan gempa dan bencana alam lainnya. Hal ini juga berangkat dari lokasi Tanah Datar yang berada di jalur lempeng bumi.
Bertahan di Era Modernisasi
Konsep demokrasi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu ini tentu akan menghadapi tantangan setiap waktu, begitu juga dengan Balairung ini. Kini, bangunan tersebut dikelola langsung oleh pemerintah dan sudah terdaftar sebagai cagar budaya.
Eksistensi Balairung ini juga masih terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar masih menggunakan bangunan ini sebagai tempat untuk berunding, berkumpul, dan melakukan pertemuan adat.
Selain itu, bukan hanya masyarakat sekitar saja yang memanfaatkan Balairung, orang-orang dari luar Tanah Datar pun rela datang untuk berkumpul dan mengadakan rapat di tempat yang penuh sejarah dan nilai-nilai budaya.
- Pilkada Jatim, Risma Bakal Terapkan SLTA Tanpa Bayar dan Makan Siang Gratis
- Nestapa Petani di Bromo, Diperintah Rawat Tanaman Ternyata Ladang Ganja Berujung Bui
- Gempa Bumi 5,3 Magnitudo Guncang Padang Sidempuan
- Veddriq Leonardo, Peraih Medali Emas Olimpiade Paris 2024 Dapat Tiket Pesawat Gratis Seumur Hidup
- Operasi Sikat Jaya, 341 Orang Terlibat Kasus Kriminal Dalan Kurun Waktu 15 Hari
Berita Terpopuler
-
VIDEO: Jokowi Tak Mau Buru-Buru soal Pindah ke IKN "Pindahan Rumah Ruwetnya Saja Kayak Gitu"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
VIDEO: Jokowi soal Pindah ke IKN "Semua Harus Dipersiapkan, Tinggal Bawa Baju"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Respons Jokowi soal Seskab Definitif Pengganti Pramono Anung
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
merdeka.com 19 Sep 2024