Tangisan istri-istri Soekarno melepas kepergian sang arjuna
Mereka menangis histeris saat melihat jasad Soekarno terbujur kaku. Putra Sang Fajar pergi selamanya.
Setelah lama menderita akibat penyakit yang dideritanya, Soekarno akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tepat pukul 07.07 WIB, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Berita duka itu disambut isak tangis oleh para istri dan anak-anak Bung Karno .
Hartini, istri ke-4 Bung Karno , baru sampai di RSPAD sekitar pukul 08.30 WIB. Begitu melihat suami yang sangat dicintainya itu telah tak bernapas lagi, Hartini langsung jatuh pingsan.
Setelah beberapa saat siuman, Hartini kembali meluapkan kesedihan dan rasa kehilangannya. Dengan penuh kesedihan, Hartini menciumi jasad suaminya yang sudah tak bernyawa itu.
Selang setengah jam kemudian, Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) istri ke-5 Bung Karno tiba di RSPAD. Kesedihan dan isak tangis tak terbendung dari dirinya. Dewi yang datang dengan buah cintanya bersama Bung Karno , Karina (Kartika) menangis sedih sembari menciumi jasad Bung Karno .
Meski kabar duka wafatnya Bung Karno baru diterima Inggit Ganarsih, istri kedua Bung Karno , pukul 15.00 WIB, hal itu tak menghalanginya untuk langsung bergegas meninggalkan Bandung menuju Jakarta.
Meski sempat kecewa karena Bung Karno menikahi wanita lain, hal itu tak menjadi penghalang Inggit menemui mantan suami yang begitu dicintainya itu. Setibanya di RSPAD, Inggit menangis sedih karena pria yang dicintainya itu telah mendahuluinya.
"Ngkus, guing Ngkus mendahului, Ngit mendoakan," kata Inggit dengan suara terputus-putus, seperti dikutip dari buku 'Hari-Hari Terakhir Sukarno' Karya Peter Kasenda, terbitan Komunitas Bambu.
Senada dengan Inggit, mantan istri Bung Karno , Haryatie merasa hancur hatinya saat melihat pria yang dulu memberinya kasih sayang kini diam dingin dengan wajah tertutup kafan. Suasana hati Haryatie seakan ingin memberontak, menjerit dan menangis saat itu.
Namun hal itu tidak dilakukannya. Dalam hati Haryatie berbisik kepada Soekarno . Dia meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dibuatnya.
Sementara itu, Yurike Sanger, istri ke-7 Bung Karno , menangis histeris saat melihat putra sang fajar telah membujur kaku. Saat itu, jenazah Bung Karno sudah disemayamkan di Wisma Yaso.
Dalam buku 'Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA' karya Kadjat Adra'i, terbitan Komunitas Bambu, diceritakan, Yurike meratapi kepergian Bung Karno . Dia meratapi wajah Bung Karno yang tersenyum damai di balik kerudung kelambu putih itu.
"Kata orang aku tak sekadar meratap, tetapi histeris. Aku tidak peduli. Berkali-kali kupanggil namanya hingga suaraku tak terdengar lagi," kata Yurike.
Berbeda dengan istri-istri Soekarno yang lain, Fatmawati, istri ke tiga Bung Karno , memilih tak datang melihat jenazah suaminya. Kalimat 'Innalillahi Wainnaillaihi raji'un' sontak keluar dari mulutnya saat mendengar kabar wafatnya Bung Karno .
Fatmawati menangis di rumahnya yang terletak di Jalan Sriwijaya 26 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rasa cemburu kepada Hartini sepertinya masih membekas di hatinya.
Meski demikian, Fatmawati saat itu meminta kepada pemerintah agar jenazah Bung Karno disemayamkan di kediamannya. Namun, dia harus kecewa berat karena Presiden Soeharto menolak dan memilih Wisma Yaso sebagai tempat mensemayamkan Bung Karno .
Saat itu, batin Fatmawati benar-benar terguncang. Dia merasa amat terpukul karena permintaannya ditolak Presiden Soeharto. Ketika jutaan rakyat terpaku kelu dengan duka mendalam atas kepergian sang pemimpin besar revolusi, Fatmawati justru termangu sunyi di rumahnya.
Baca juga:
Cerita sedih Soekarno tak punya uang untuk pernikahan putrinya
Dengan sandal butut dan kaos lusuh, Soekarno tinggalkan istana
112 Tahun Bung Karno, semangatnya masih dibutuhkan Indonesia
Melongok makam impian Bung Karno yang tak pernah terwujud
De-Soekarnoisasi, Soeharto 'bunuh' Bung Karno di hati rakyat
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Di mana rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu berada? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Apa saja yang disimpan di rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Di dalam bangunan, banyak sekali barang-barang peninggalan Bung Karno yang sampai saat ini masih awet. Di antaranya yaitu sepeda onthel, satu set kursi yang ada di ruang tamu, lemari makan, bahkan surat cinta yang ia tulis untuk Fatmawati, dan beberapa perabotan klasik lainnya.
-
Bagaimana bentuk dan ukuran rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Rumah ini memiliki luas bangunan 162 meter persegi dengan bangunan 9 x 18 meter. Bentuknya persegi panjang, tidak berkaki serta memiliki halaman yang cukup luas.
-
Kapan Bung Karno merenovasi Masjid Jamik? Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dari catatan sejarah yang ada, di balik keberadaan Masjid Jamik rupanya ada peran Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu pada 1938 sampai 1942.
-
Bagaimana cara Bung Karno menghabiskan waktu di Istana Gebang? Di Rumah Gebang, Bung Karno muda menghabiskan waktu libur sekolah dan berdiskusi secara informal tentang kemerdekaan Indonesia dengan sahabat, keluarga dan pekerja rumah tangga di sana.