Tanpa Bantuan, Perajin Gerabah di Palembang Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Sebelum pandemi, penghasilan bersih Yoyo mencapai Rp5 juta per bulan. Namun kini tak lebih dari separuhnya, itu pun dipotong biaya pengeluaran membeli bahan baku seperti kayu dan tanah.
Meski tidak menerima bantuan pemerintah, perajin gerabah di Palembang memilih tetap bertahan demi menyambung hidup. Pendapatan tak seberapa akibat berkurangnya pembeli masih disyukuri walaupun banyak karyawan yang dikorbankan.
Begitu dirasakan pengusaha gerabah pasangan suami istri Yoyo Kartana (50) dan Dede Sarimana (52). Yoyo mengaku usahanya di Jalan Takwa Merah Mata, Kelurahan Sei Selincah, Kalidoni, Palembang, nyaris saja tutup akibat pandemi.
-
Kapan Presiden Jokowi memberikan BLT El Nino di Banyumas? Selain itu, Presiden Jokowi juga memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino kepada para penerima manfaat di Gudang Bulog Klahang, Banyumas.
-
Apa itu BLT El Nino? BLT El Nino atau Bantuan El Nino adalah program bantuan yang diberikan untuk membantu masyarakat yang terdampak oleh fenomena El Nino.
-
Di mana kita bisa cek penerima BLT El Nino? Cara cek penerima BLT El Nino juga sangat mudah. Anda bisa melakukan cek melalui situs kemesos, bisa juga melalui aplikasi Bansos yang dibuat resmi oleh pemerintah.
-
Kenapa pemerintah memberikan BLT El Nino? Tujuan dari BLT El Nino atau Bantuan El Nino untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak, seperti bantuan pangan, air bersih, dan bantuan ekonomi.
-
Bagaimana cara cek penerima BLT El Nino? Cara cek penerima BLT El Nino juga sangat mudah. Anda bisa melakukan cek melalui situs kemesos, bisa juga melalui aplikasi Bansos yang dibuat resmi oleh pemerintah.
-
Kenapa netizen menduga BCL hamil? Perut BCL yang sedikit buncit jadi sorotan netizen, dengan beberapa yang menduga ia hamil, meski BCL sendiri sudah menyatakan tidak ingin menambah anak.
"Sudah hampir delapan bulan pendapatan usaha kami berkurang. Sekarang hanya menyambung hidup saja, tidak bisa untuk menabung atau lainnya," kata Yoyo, Kamis (1/10).
Sebelum pandemi, penghasilan bersih Yoyo mencapai Rp5 juta per bulan. Namun kini tak lebih dari separuhnya, itu pun dipotong biaya pengeluaran membeli bahan baku seperti kayu dan tanah.
"Dihitung-hitung paling satu juta pendapatan bersih setiap bulannya. Lumayanlah dari pada tidak ada pemasukan," ujarnya.
Sejak virus corona merebak, kata dia, dirinya berusaha memutar otak agar usahanya tidak berpengaruh, seperti mulai membuat pot bunga di samping tetap memproduksi celengan, kendi, dan wadah tembuni. Namun, berkurangnya daya beli masyarakat membuatnya harus merumahkan beberapa karyawannya agar usaha tetap beroperasi.
"Saya terpaksa korbankan pegawai, dari pada usaha tutup sama sekali. Kasihan mereka, kami belum berani mempekerjakan kembali karena kondisi masih sulit," kata dia.
Sejak membuka usaha gerabah pada 1987 lalu, Yoyo mengaku baru kali ini menghadapi situasi sulit. Ironisnya hingga kini dia tak pernah mendapatkan bantuan pemerintah sedikit pun.
"Tidak ada perhatian dari pemerintah, saya cuma mutar pendapatan saja. Saya pernah mengajukan BLT, tapi sampai sekarang tidak ada, padahal usaha saya jelas terdampak," terangnya.
Kini Yoyo berharap pandemi segera berakhir dan daya beli masyarakat kembali meningkat. Dia juga berharap perhatian pemerintah selama situasi sulit belum usai.
"Mudah-mudahan saja kembali normal agar tidak banyak yang dikorbankan. Kami juga tunggu kepedulian pemerintah terhadap usaha seperti kami," tutupnya.