Tekan Angka Kematian, Satgas Tingkatkan Pengetahuan Nakes Tangani Pasien Covid-19
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Nasional mengungkapkan, angka kematian Covid-19 di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara dalam WHO Covid-19 Dashboard.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Nasional mengungkapkan, angka kematian Covid-19 di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara dalam WHO Covid-19 Dashboard. Seperti yang diketahui, per 3 Juni 2021, sebanyak 51.095 nyawa melayang karena terinfeksi virus Corona.
Untuk itu, Satgas Covid-19 akan mengoptimalisasi pelayanan kesehatan, baik itu dari segi fasilitas maupun sumber daya manusianya. Optimalisasi itu dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan mengenai penanganan terhadap pasien Covid-19, baik itu pasien tidak bergejala, gejala ringan, hingga pasien kritis.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
“Kita dari BNPB, bersama Kemenkes, dan profesi lainnya melakukan peningkatan pengetahuan atau ilmu (terkait) tata laksana Covid-19 ini, mulai dari yang sedang sampai yang kritis,” ujar Ketua Subbidang Optimalisasi Fasilitas Kesehatan, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dr. Fathiyah Isbaniyah dalam diskusi virtual BNPB, Jumat (4/6).
Rencananya, upaya peningkatan ilmu pengetahuan tersebut akan dilakukan bukan hanya bagi dokter spesialis, namun juga akan dilakukan bagi dokter umum, dan tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, pihaknya juga akan meminta seluruh unit kesehatan untuk meningkatkan pemantauan para pasien, khususnya pasien yang bergejala. Dia meminta unit kesehatan setingkat puskesmas untuk memastikan bahwa pasien yang tidak bergejala maupun pasien suspek betul-betul melakukan isolasi mandiri sesuai aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Selain itu, pengawasan itu juga dilakukan agar bisa mengetahui perkembangan pasien. Pasalnya, kata dia, tidak jarang ditemukan pasien yang awalnya tidak bergejala, namun setelah beberapa hari isolasi mandiri, gejala-gejala Covid-19 tersebut muncul. Fathiyah mengatakan, jika pasien itu tidak mendapatkan penanganan dengan tepat dan cepat, maka akan berakibat fatal berujung kematian.
"Kita juga koordinasi dengan puskesmas agar terus memantau pasien-pasien yang isolasi Mandiri. Apabila dia dengan gejala, kalau gejalanya sedang, dia harus segera lapor ke rumah sakit untuk mendapatkan tatalaksana secepatnya,” katanya.
“Kalau pasien dibiarkan dan baru ke rumah sakit dalam keadaan berat, maka akan lebih buruk (kondisinya) dibandingkan jika pasien tersebut cepat mendapatkan tatalaksana,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Subbidang Optimalisasi Fasilitas Kesehatan, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dr. Lusi Syamsi membeberkan hasil audit kematian pasien Covid-19 di Jakarta dan Jawa Timur. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata pasien tersebut saturasi oksigennya rendah, di bawah 93 persen. Saturasi oksigen ini merupakan salah satu unsur untuk mengukur tingkat keparahan atau gejala suatu pasien.
"Yang saturasi oksigennya di bawah 93 persen, di RS rujukan Jakarta ada 51 persen, RS non rujukan 42 persen. Di RS rujukan Jatim 49 persen, di RS non rujukan 73 persen, tinggi ya," kata Lusi dalam diskusi tersebut
Meskipun saturasi oksigennya termasuk rendah, namun, kata Lusi, tingkat kesadaran para pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat RS-RS tersebut masih terbilang tinggi.
"Dari segi kesadaran atau composmentisnya, di Rs rujukan Jakarta itu 70 persen, non rujukan 96 persen. Sedangkan di RS rujukan Jatim 83 persen, dan di non rujukan 89 persen. Jadi mereka datang ke IGD dan masih sadar untuk menerangkan gejalanya ke dokter," kata Lusi.
Baca juga:
Pemkot Kudus Ajak Warganya Tetap di Rumah Selama Dua Hari
Kemenkes Periksa 75 Sampel Genome Pasien Covid-19 di Kudus
Hasil Audit Satgas Covid-19: Angka Kematian di DKI dan Jawa Timur Tertinggi
Emtek Lindungi Kesehatan 3000 Pegawainya dari Covid Lewat Vaksin Gotong Royong
Cara Gunakan Masker Ganda Efektif Cegah Covid-19