Terombang-ambing 8 hari di laut, nelayan Aceh terdampar di Thailand
Miftah menceritakan, peristiwa ini bermula ketika mereka melaut pada Selasa (14/8) lalu dari Pelabuhan Lampulo, Banda Aceh. Keempat nelayan ini membawa pancing tuna, namun tiba-tiba mesin kapal mati karena kerusakan baterai.
Setelah terombang-ambing selama 8 hari di tengah laut, empat nelayan asal Aceh terdampar di perairan Phang Nga, Thailand, Kamis (23/8). Mereka terombang-ambing lantaran mesin kapal motor yang ditumpangi rusak akibat cuaca buruk.
Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftah Cut Adek membenarkan ada nelayan Aceh yang terdampar di Thailand. Ia mengaku mendapat kabar langsung dari nahkoda KM Nelayan 2016/347 atas nama Arifin.
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
-
Kapan bangkai kapal tersebut tenggelam? Para arkeolog mengatakan, temuan unik ini berasal dari periode Romawi dan Mamluk sekitar 1.700 dan 600 tahun lalu.
-
Kapan bangkai kapal itu diperkirakan tenggelam? Kapal berusia 3.300 tahun dan muatannya yang terdiri dari ratusan amphorae (bejana penyimpanan) yang masih utuh itu ditemukan di dasar laut Mediterania, seperti yang dilaporkan dalam siaran pers bersama hari ini dari Otoritas Purbakala Israel (IAA) dan Energean.
-
Kapan kapal Dinasti Ming tenggelam? Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664.
"Pada 24 Agustus 2018 Panglima Laot Aceh mendapatkan berita tentang ada nelayan Aceh dari Pelabuhan Lampulo terdampar di Perairan Phang Nga Thailand," katanya di Banda Aceh, Selasa (28/8).
Miftah menceritakan, peristiwa ini bermula ketika mereka melaut pada Selasa (14/8) lalu dari Pelabuhan Lampulo, Banda Aceh. Keempat nelayan ini membawa pancing tuna, namun tiba-tiba mesin kapal mati karena kerusakan baterai.
Kapal ini sempat terombang-ambing selama beberapa jam. Lalu mereka bertemu dengan nelayan dari India. Setelah dibantu mengecas baterai, kapal tersebut kembali hidup. Keesokan harinya, saat hendak pulang kembali ke Pelabuhan Lampulo, Banda Aceh, kapal tersebut kembali dihempas ombak besar sehingga mengalami kerusakan parah.
"Kapal KM Nelayan mengalami kerusakan patah as kipas (kumudo) dan tidak bisa diperbaiki lagi, akibatnya mulai tanggal 16 Agustus 2018 kapal tidak bisa jalan lagi dan terkatung di laut selama 8 hari," jelas Miftah.
Kapal yang dinahkodai Arifin (35) warga Simeulue bersama 3 ABK yakni Muhammad (31) warga, Pidie, serta Dedi Surianto (37) dan Dendi R (30) keduanya warga Abdya kemudian berlayar mengikuti arah angin. Sehingga mereka terdampar ke wilayah Pulau Sembilan Phang Nga, Thailand, Kamis (23/8).
"Para nelayan kemudian mendapat pertolongan dari nelayan lokal dan ditarik ke darat. Sampai saat ini nelayan masih di kapal dalam keadaan aman dan sehat," jelasnya.
Dia menambahkan, Panglima Laot Aceh saat ini sedang berupaya untuk memulangkan keempat nelayan tersebut. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah Aceh, pihak Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Bakamla RI, ALRI, Polair Aceh, SAR dan pihak lainnya.
Baca juga:
Empat nelayan Bontang selamat setelah dua hari terombang ambing di laut
Menteri Susi girang kehadiran kapal bambu tawarkan harga lebih murah
Menteri Susi luncurkan perahu bambu buatan anak bangsa, pertama di dunia
Empat nelayan hilang setelah perahu terbalik di perairan utara Jawa
Australia bakal pulangkan 5 nelayan NTT yang ditangkap atas tuduhan 'illegal fishing'
Otoritas Australia tangkap 13 nelayan NTT atas tuduhan illegal fishing
Jokowi: Dulu 7.000 kapal asing wara wiri, sekarang tidak berani lagi