Arkeolog Temukan Dua Bangkai Kapal di Laut China Selatan, Berisi Harta Karun dari Era Dinasti Ming
Arkeolog mencatat ada 10.000 benda dari lokasi penemuan.
Arkeolog mencatat ada 10.000 benda dari lokasi penemuan.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di China? Arkeolog asal China menemukan artefak yang diperkirakan berusia 5.000 tahun berbentuk patung naga yang diukir dari batu giok.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di bangkai kapal? Sejak 2019, proyek penggalian yang dipimpin Profesor Hakan Öniz dari Fakultas Seni Rupa Universitas Akdeniz menjelajahi dasar laut di lepas pantai Kumluca di provinsi selatan Turki, Antalya. Dilansir Heritage Daily, proyek penggalian ini menemukan bangkai kapal di kedalaman 50 meter, yang membawa muatan batangan bantal tembaga yang diyakini berasal dari Pegunungan Troodos di Siprus. Baru-baru ini, para peneliti menemukan belati perunggu berpaku perak di lokasi bangkai kapal, yang dikaitkan dengan peradaban Kreta-Minoa, budaya Zaman Perunggu yang berpusat di Pulau Kreta.
-
Siapa yang menemukan artefak di galangan kapal? Arkeolog Turki, Hakan Öniz, mengumumkan penemuan artefak baru di galangan kapal kuno terbesar dan tertua di dunia.
-
Apa yang ditemukan di Laut China Selatan? Dua kapal ini berasal dari masa Dinasti Ming, yang berkuasa di China dari tahun 1368-1644. Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
-
Bagaimana artefak di Laut Hitam ditemukan? Penggalian dilakukan oleh Direktorat Museum Kocaeli di bawah pengawasan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Warisan Budaya dan Museum.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di situs Shangshan? Para arkeolog menemukan bukti bir beras yang berumur sekitar 10.000 tahun di situs arkeologi Shangshan, Provinsi Zhejiang, China Timur.
Arkeolog Temukan Dua Bangkai Kapal di Laut China Selatan, Berisi Harta Karun dari Era Dinasti Ming
Dua bangkai kapal kuno dari Dinasti Ming ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan, ungkap Badan Warisan Budaya China (NCHA), pada Kamis. Bangkai kapal kuno ini berisi ratusan artefak yang terdiri dari tumpukan porselen, tembikar, potongan tembaga, kayu eboni dan bagian-bagian hewan yang menjadi bukti perdagangan maritim luas yang diawasi oleh Dinasti Ming.
Dilansir Good News Network, Kamis (20/6), penelitian di lokasi tersebut dilakukan sejak tahun 2023 hingga 2024, merupakan kerjasama antara lembaga penelitian dan museum lokal di Pulau Hainan dan melibatkan pengiriman kapal selam berawak dan tak berawak untuk mengumpulkan peninggalan dan mendokumentasikan bangkai kapal.
Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664. Dalam sejarah panjang China, dinasti-dinasti yang paling penting selalu terganggu oleh periode penaklukan dan pertikaian dari pihak asing. Dinasti Ming muncul dari pertikaian dan pemberontakan, dan ketika dinasti ini memusatkan kekuasaannya, ia membawa peradaban China ke puncak-puncak kejayaannya yang paling dikenal.
Pada masa tersebut, porselen Dinasti Ming yang ikonik berwarna biru dan putih menjadi incaran di seluruh dunia, penemuan kapal-kapal karam yang berisi ratusan artefak ini menjadi bukti aktivitas perdagangan masa itu.
Menurut para peneliti, tembikar-tembikar yang ditemukan di dalam kapal tersebut bernilai jual tinggi dan merupakan tembikar yang paling sulit dibuat. Proses pembuatan tembikar ini memerlukan keterampilan tinggi dan menggunakan tanah liat khusus seperti kaolinit, pualam, atau feldspar, dicat dengan pigmen mineral, dilapisi kaca dan melalui proses pemanasan pada suhu tinggi sehingga menciptakan tembikar yang berkualitas tinggi.
Para peneliti berhasil mendokumentasikan 10.000 item dari lokasi penemuan, dan membawa sepersepuluhnya ke permukaan. Peneliti juga menggunakan alat ekskavator untuk memindai bangkai kapal dengan pemindai laser 3D untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut di darat.
Kedua kapal tersebut ditemukan pada lokasi yang berbeda, terpisah sekitar 19 km, dengan jarak sekitar 145 km dari lepas pantai Hainan. Para peneliti meyakini kapal tersebut dimuat di wilayah Jingdezhen dan berfungsi sebagai kapal ekspor, mengingat pada abad ke-14, Jingdezhen menjadi pusat produksi porselen terbesar di China.
Pengalian ini menjadi upaya penting dalam program arkeologi maritim negara tersebut, ungkap NCHA.