Terungkap Alasan Makam Kaisar Pertama China Tidak Pernah Dibuka
Satu ruangan di kompleks yang sangat besar ini masih belum dibuka. Ada sejumlah alasannya.
Ratusan figur ditemukan di dalam kompleks makam, termasuk banyak tentara.
Terungkap Alasan Makam Kaisar Pertama China Tidak Pernah Dibuka
Kompleks makam Qin Xi Huang terkenal di seluruh dunia dan merupakan salah satu penemuan arkeologi yang paling penting.
Jika pernah mendengar tentang prajurit terakota, atau Tentara Terakota, itu berasal dari kompleks makam yang sangat besar darikaisar pertama China, yang memerintah dari tahun 221 SM hingga 210 SM
- Punya Alat Canggih hingga Kompleks Rumah Pekerja, Pabrik Tenun Terkenal di Mojokerto Kini Terbengkalai
- Momen Uji Coba Jembatan Kaca di China, Begini Cara Tes Ketahanannya Tak Main-Main Soal Keselamatan Pengunjung
- Mahfud Ternyata Suka Tidur di Kuburan China
- Ilmuwan Ungkap Rahasia Tembok Besar China yang Selama Ini Tersembunyi
Ratusan figur ditemukan di dalam kompleks makam, termasuk banyak tentara dan juga orang-orang dari sekitar istana yang akan mengiringi sang kaisar saat wafat. Namun, satu ruangan di kompleks yang sangat besar ini masih belum dibuka. Tentu saja, ini adalah ruang yang paling penting dari semuanya dan merupakan ruang yang berisi makam dan sarkofagus kaisar sendiri.
Namun demikian, perubahan atmosfer yang sangat mendadak menyebabkan cat pada patung-patung itu mulai terkelupas. Sekarang sebagian besar patung-patung itu benar-benar telanjang. Ada kekhawatiran bahwa membuka ruang kekaisaran dapat memberikan efek yang sama pada apa pun yang ada di dalamnya.
Alasan lain adalah bahwa pihak berwenang sedang menunggu kemajuan lebih lanjut dalam ilmu pengetahuan dan teknologi arkeologi yang akan memungkinkan ntuk mendapatkan wawasan sebanyak mungkin, atau bahkan melestarikan ruangan itu, sebelum membukanya.
Kristin Romey, seorang konsultan kuratorial untuk pameran Terracotta Warrior di Discovery Times Square, New York City, mengatakan kepada Live Science: "Bukit besar, tempat kaisar dimakamkan tidak ada yang pernah ke sana." "Sebagian karena menghormati para tetua, tapi mereka juga menyadari bahwa tidak ada seorang pun di dunia saat ini yang memiliki teknologi untuk masuk dan menggalinya dengan benar," katanya.